Di tengah situasi kawasan Teluk yang makin memanas, Pemerintah Iran mengumumkan untuk meningkatkan pengayaan uranium dan air berat.
TEHERAN, SENIN— Iran mengumumkan langkah yang menyimpang dari komitmen Kesepakatan Nuklir 2015, yaitu akan meningkatkan pengayaan uranium dan produksi air berat, yang merupakan tahapan menuju produksi senjata nuklir.
Pengumuman itu muncul di tengah situasi yang makin memanas dalam konflik antara Iran dan AS. Washington dan Riyadh menuduh Iran berada di belakang serangan terhadap sejumlah tanker yang berada di perairan Teluk. Namun, Iran berkeras bahwa AS berada di balik serangan-serangan itu untuk membangun ”fobia Iran” di dunia internasional.
Pengumuman Iran itu dilaporkan kantor berita Iran, Tasnim, Senin (17/6/2019). ”Badan Energi Atom Iran (IAEO) akan mengumumkan langkah-langkah persiapan mengurangi komitmen Teheran pada kesepakatan nuklir,” tulis Tasnim tanpa menyebut sumber kutipan.
Disebutkan, Iran akan melakukan pengayaan uranium dan juga memproduksi air berat di Arak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Teheran, Mei lalu, bahwa Iran akan memulai pengayaan uranium di level yang tinggi, kecuali para pemimpin dunia mampu melindungi perekonomian Iran dari sanksi AS dalam waktu 60 hari.
Hitung mundur
”Hari ini hitung mundur untuk melampaui 300 kilogram cadangan pengayaan uranium dimulai dan dalam 10 hari ke depan... kami akan melewati batas itu,” kata Behrouz Kamalvandi, juru bicara IAEO, saat jumpa pers.
Sesuai Kesepakatan Nuklir 2015, yang ditandatangani Iran dan enam negara (AS, Rusia, China, Perancis, Inggris, dan Jerman), Iran dibatasi dalam kapasitas pengayaan uranium level rendah pada 300 kg uranium hexafluoride hingga 3,67 persen atau yang setara selama 15 tahun. Dari inspeksi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berulang kali, selama ini Iran dinyatakan memenuhi komitmennya.
Presiden Donald Trump tahun lalu secara unilateral memutuskan AS menarik diri dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada era Presiden Barack Obama. Trump lalu menerapkan kembali sanksi ekonomi untuk Iran dan melarang negara-negara lain membeli minyak dari Iran.
Washington juga menetapkan Garda Revolusi Iran (militer Iran) sebagai organisasi teroris. Langkah itu dibalas Teheran dengan menetapkan semua pasukan AS di Timur Tengah sebagai teroris. Saat ini ribuan tentara AS masih berada Timur Tengah, antara lain di Qatar dan Afghanistan. Terkait itu, AS menuduh bahwa Iran kini berupaya menyerang pasukan dan kepentingan AS di Teluk.
Menlu AS Mike Pompeo kemarin coba meyakinkan para pemimpin Asia dan Eropa bahwa Iran berada di belakang serangan terhadap tanker-tanker minyak di perairan Teluk. Ia menyebut, bukti-bukti yang dimiliki AS ”tak mungkin keliru”. ”Dunia harus bersatu,” kata Pompeo yang mengonfirmasi respons itu bisa berbentuk pengerahan pasukan militer.
Sejumlah negara Eropa telah meminta semua pihak terkait menahan diri dan perlunya penyelidikan yang hati-hati untuk menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas serangan- serangan itu. (AP/AFP/REUTERS/MYR)