Kerusakan Jembatan Way Mesuji di Kilometer 200, Desa Agung Batin, Kecamatan Simpang Pematang, Lampung, dipicu beban muatan dua truk yang melebihi kemampuan jembatan. Sebelum ambles, jembatan dalam kondisi siap dilalui kendaraan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kerusakan Jembatan Way Mesuji di Kilometer 200, Desa Agung Batin, Kecamatan Simpang Pematang, Lampung, dipicu beban muatan dua truk yang melebihi kemampuan jembatan. Sebelum ambles, jembatan dalam kondisi siap dilalui kendaraan.
”Tidak ada indikasi kerusakan jembatan sebelumnya. Saat arus mudik dan balik Lebaran, jembatan ini juga berfungsi baik,” kata Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XIX Bandar Lampung Muh Insal U Maha, Selasa (18/6/2019), di Bandar Lampung.
Menurut dia, kelebihan muatan pada dua truk diduga memicu rusaknya pelat jembatan tersebut. Beban truk yang melintas saat itu diperkirakan 40-60 ton. Padahal, jembatan tersebut hanya dapat menahan beban maksimal 30 ton.
Meski muatan truk telah diturunkan, petugas belum mampu mengevakuasi kedua truk itu menggunakan alat berat. Sejak ambles pada Senin (17/6/2019) dini hari, dua truk bermuatan semen dan sawit masih terjebak di tengah jembatan. Sebagian pelat jembatan sepanjang 120 meter masih ambles. Hingga Selasa sore, petugas dari BPJN XIX Bandar Lampung berupaya memindahkan kedua truk tersebut.
”Jika semua bahan dan peralatan tersedia, perbaikan dapat dilakukan dengan cepat. Tapi, ini bergantung pada ketersediaan material,” katanya. Pihaknya membutuhkan waktu 7-14 hari untuk memperbaiki jembatan tersebut.
Rusaknya jembatan ini berdampak besar bagi kendaraan yang melintas dari Lampung ke Sumatera Selatan atau sebaliknya. Jalan tersebut menjadi akses vital bagi truk pengangkut komoditas serta bus antarkota antarprovinsi. Setiap hari, sedikitnya ada 2.000 kendaraan yang melintas di jalur lintas timur (jalintim) Sumatera.
Akibat insiden tersebut, Direktorat Lalu lintas Kepolisian Daerah Lampung mengalihkan sementara kendaraan yang ingin mengarah ke Sumsel melalui jalur lintas tengah (jalinteng) Sumatera melalui Terbanggi Besar-Kota Bumi-Bukit Kemuning-Martapura.
Dari arah Sumsel menuju Lampung, pengalihan akan dilakukan di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir. Dari sana, kendaraan yang hendak ke Lampung diimbau untuk melewati jalinteng Sumatera dimulai dari Kota Prabumulih-Baturaja-Martapura-Kotabumi-Terbanggi Besar. Adapun untuk jalintim hanya boleh dilintasi kendaraan yang menuju Kayu Agung, Sumsel.
Wakil Dirlantas Polda Lampung Ajun Komisaris Besar Anang Tri mengatakan telah memasang sejumlah pengumuman terkait adanya jembatan putus. Pengumuman dipasang di sejumlah titik, mulai dari Pelabuhan Bakauheni, Terbanggi Besar, hingga Tulang Bawang.
Bagyo (40), sopir truk, menuturkan, pengalihan arus lalu lintas membuat biaya operasional pembelian bahan bakar menjadi lebih besar. Selain itu, waktu tempuh juga menjadi lebih lama. Alasannya, jarak yang harus ditempuh sopir dari Lampung menuju Sumsel melalui jalinteng jauh lebih panjang.
Menurut dia, selisih waktu tempuh 1,5-2 jam. Adapun biaya tambahan yang harus disiapkan sopir untuk membeli bahan bakar tambahan berkisar Rp 500.000-Rp 1 juta. Alasannya, sopir harus memutar balik dari Tulang Bawang kembali ke Lampung Tengah.