KAIRO, SELASA — Mantan presiden ke-5 Mesir, Muhammad Mursi (67), meninggal pada Senin (17/6/2019) waktu setempat. Mursi ambruk ketika persidangan berlangsung, lalu dibawa ke rumah sakit terdekat, dan dinyatakan meninggal setelah tiba di rumah sakit.
Mursi adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis pada Juni 2012. Namun, ia digulingkan oleh militer pada Juli 2013. Mursi kemudian dihukum 45 tahun penjara atas tuduhan menghasut dan melakukan kekerasan terhadap para demonstran pada 2012 dan pengintaian terhadap Qatar.
”Pengadilan mengabulkan permintaannya untuk berbicara selama 5 menit. Ia lalu jatuh di dalam ruangan sidang dan segera dibawa ke rumah sakit. Laporan medis menyebutkan, jantungnya berhenti berdetak dan tidak bernapas,” demikian pernyataan Kantor Kejaksaan Agung.
Waktu itu, Mursi sedang menjalani pemeriksaan dalam pengadilan ulang atas kasus spionase. Dalam kasus ini, ia dituduh berkolaborasi dengan sejumlah kekuatan asing dan kelompok militan.
Dalam pernyataan itu juga disebutkan, Mursi tiba di rumah sakit pada pukul 16.50 waktu setempat. Pemeriksaan kasatmata terhadap tubuhnya tidak menemukan ada luka baru dalam bentuk apa pun.
”Kami mendengar bunyi benturan di kaca bilik dan para tahanan lainnya berteriak kencang bahwa Mursi telah meninggal dunia,” kata Osama El Helw, salah satu anggota tim pengacara Mursi.
Pengacara Mursi, Abdel Moneim Abdel Maksoud, mengatakan, kliennya itu akan dimakamkan di Distrik Medinat Nasr, bagian timur Kairo. Namun, ia tidak mengetahui kapan pemakaman akan dilaksanakan.
Amnesty International meminta otoritas Mesir menyelidiki kematian Mursi secara independen, transparan, dan menyeluruh, termasuk dengan kondisi penahanan dan akses Mursi kepada layanan kesehatan. Menurut televisi nasional Mesir, ia meninggal karena serangan jantung.
Akses terbatas
Partai Kebebasan dan Keadilan, yang berafiliasi dengan organisasi Persaudaraan Muslim, menuduh otoritas Mesir sengaja membunuh Mursi secara perlahan. Menurut mereka, hak asasi manusia untuk Mursi tidak dihormati, misalnya Mursi ditempatkan di sel isolasi serta tidak diberi obat-obatan dan makanan yang tidak layak.
Mursi diberitakan juga memperoleh akses yang terbatas untuk bertemu keluarganya. Ia terakhir bertemu keluarganya pada September 2018. Sebulan setelah bertemu, salah satu putranya, Abdallah, ditahan.
Sejak Mursi digulingkan, President Abdel Fatah el-Sisi merupakan mantan menteri pertahanan Mursi saat ia masih sebagai presiden. Sisi mengincar pendukung Mursi dari organisasi Persaudaraan Muslim (Ikhwahul Muslimin) dengan memenjarakan ribuan orang, ratusan di antaranya dijatuhi hukuman mati.
Televisi di Mesir melabeli Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris setelah kematian Mursi. Mereka juga menulis tagline bahwa Ikhwanul Muslim adalah pembohong.
Belasungkawa
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani menyampaikan penyesalan mendalam atas kematian Mursi yang tiba-tiba. ”Kami menerima kabar memilukan atas kematian Mursi. Saya turut berbelasungkawa kepada keluarganya dan rakyat Mesir,” katanya.
Qatar merupakan salah satu pendukung Mursi selama menjadi presiden. Hubungan Qatar dan Mesir menurun setelah Sisi menjabat menggantikan Mursi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyalahkan Mesir atas kematian Mursi. Erdogan sebelumnya mengecam penggulingan Mursi sebagai kudeta. Hubungan antara Mesir dan Turki juga tidak bergitu baik setelah Mursi lengser.
”Sejarah tidak akan melupakan bagaimana para tiran itu menyebabkan kematian Mursi dengan menjebloskannya ke dalam penjara dan mengancamnya dengan eksekusi. Kematian Mursi merupakan simbol persekusi yang menargetkannya dan pendukungnya,” ujar Erdogan. (AFP)