SAO PAULO, SENIN – Tim nasional Kolombia tidak peduli dengan gaya bermain sepak bola mereka. Bagi mereka, cara bermain untuk memenangi laga adalah hal terpenting. Paradigma baru yang membuat Argentina terkapar pad alaga pertama itu akan kembali diusung Kolombia saat tampil melawan Qatar pada penyisihan grup B Copa America 2019, Kamis (20/6/2019) pukul 04.30 WIB.
Tim-tim peserta Copa America 2019 datang ke Brasil dengan karakter atau identitas berbeda. Tuan rumah Brasil, misalnya, mengusung gaya samba modern ala Eropa. Adapun Argentina di bawah pelatih Lionel Scaloni mulai menanggalkan tiki-taka .
Hal berbeda dibawa oleh Kolombia. Mereka mengusung cara bermain yang disebut pelatihnya, Carlos Queiroz, sebagai seni menang.
”Setelah lebih 36 tahun berkarier sebagai pelatih, saya bisa katakan bahwa gaya yang paling saya sukai adalah seni menang. Jika itu harus melalui gaya rock and roll (seperti Liverpool FC), kami lakukan. Jika memang harus berupa samba (macam Brasil), juga kami lakukan. Apa pun gayanya, paradigma kami selalu mengejar kemenangan,” ujar pelatih asal Portugal itu saat diperkenalkan sebagai pelatih Kolombia, Februari 2019.
Pola pikir itu tertanam di kepala para pemain “Los Cafeteros”, julukan timnas sepak bola Kolombia. Sejak diasuh Queiroz, Kolombia memiliki karakter baru. Para pemain mereka, termasuk bintang seperti James Rodriguez dan Radamel Falcao yang merupakan penyerang, kini lebih ngotot dalam menekan atau berupaya merebut bola dari lawan. Pertahanan mereka pun lebih terorganisasi.
Karakter tangguh itu membuat Kolombia sulit ditembus Argentina dan bintangnya, Lionel Messi. Untuk kali pertama dalam 11 tahun, Cafeteros menang atas Argentina, pada laga pembuka grup B, akhir pekan lalu. ”Mereka bermain terorganisasi, fungsional, dan sangat efesien. Ini menakjubkan karena (tim) ini bukan mesin Swiss, tapi ala Portugis,” tulis koran Kolombia, El Tiempo.
Waspada
Kolombia kini memuncaki grup B dengan tiga poin. Jika kembali menang, yaitu atas Qatar, Cafeteros hampir pasti bakal melenggang ke fase gugur, yaitu perempat final. Pelatih Qatar Felix Sanchez pun mewaspadai ancaman Kolombia. Menurutnya, Cofeteros merupakan favorit juara Copa America 2019 bersama Brasil dan Argentina.
Tidak heran, bagi Qatar—yang baru pertama kalinya ikut Copa America sebagai tim undangan—laga kontra Kolombia tidak ubahnya partai final. Juara Piala Asia 2019 itu harus mengemas poin sempurna jika ingin menjaga kans lolos ke perempat final. Saat ini, mereka baru mengemas satu poin dari hasil imbang atas Paraguay 2-2. ”Mereka (Kolombia) negara hebat di sepak bola,” ujar Sanchez.
Berbeda dengan Kolombia, yang mengejar gelar juara, Qatar datang ke Brasil untuk menimba pengalaman sebagai modal menatap Piala Dunia 2022 yang digelar di negara asal Timur Tengah itu. Tim yang belum pernah tampil di Piala Dunia itu berkesempatan berduel dengan tim-tim kelas dunia yang tidak pernah mereka temui di Asia, seperti Argentina dan Kolombia.
Kekuatan Asia
Di Asia, Qatar mulai naik level, sejajar dengan dua poros kekuatan benua itu, Jepang dan Korea Selatan. Itu dibuktikan dengan kegemilangan mereka menjuarai Piala Asia 2019 dengan mencetak 19 gol dan hanya sekali kebobolan. Striker Qatar yang tampil menonjol di Piala Asia saat itu, Ali Almoez, kembali menjadi andalan tim itu di Brasil.
Almoez menyumbang satu gol saat Qatar bangkit dan menahan Paraguay 2-2. ”Kami harus melupakan pencapaian di Piala Asia 2019 dan fokus ke sini (Copa America 2019). Turnamen ini kesempatan bagus bagi kami untuk menatap Piala Dunia 2022 dengan kondisi bagus dan bersaing,” ujar Sanchez, pelatih asal Spanyol. (AP/AFP)