Memacu sektor pariwisata tentu tak sekadar mendatangkan wisatawan mancanegara dan membuat mereka nyaman tinggal di hotel berbintang. Memacu sektor pariwisata juga terkait dengan segala upaya agar wisman mendapat pengalaman yang baik.
Oleh
Ferry Santoso
·3 menit baca
Memacu sektor pariwisata tentu tak sekadar mendatangkan wisatawan mancanegara dan membuat mereka nyaman tinggal di hotel-hotel berbintang. Memacu sektor pariwisata juga terkait dengan segala daya upaya agar wisatawan mancanegara mendapat pengalaman yang baik dan positif terhadap pariwisata di Tanah Air.
Ada banyak hal terkait pariwisata, misalnya keunggulan keindahan alam, budaya, kearifan lokal, serta produk seni dan kerajinan masyarakat lokal. Hal lain adalah penyediaan sarana dan prasarana fisik pariwisata yang nyaman oleh pemerintah pusat dan daerah serta konektivitas yang memungkinkan wisatawan mancanegara (wisman) memiliki akses yang cepat dan mudah ke tempat-tempat tujuan akhir wisata. Yang tak kalah penting, aspek sosial terkait kemampuan masyarakat lokal berelasi dan melayani wisman.
Oleh karena itu, menciptakan ekosistem pariwisata sangat penting, misalnya terkait integrasi kawasan. Bagaimana membentuk konektivitas wisman yang datang di Candi Prambanan, berlanjut ke Candi Ratu Boko. Pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero) berencana membuat kereta gantung dari Candi Prambanan ke Candi Ratu Boko. Rencana itu masih dalam tahap kajian.
Selain itu, bagaimana membuat akses yang cepat dan nyaman dari bandara Kulon Progo, Yogyakarta, ke Candi Borobudur atau obyek wisata di sekitar Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar). Sebab, ada banyak destinasi wisata di kawasan Joglosemar yang bisa didatangi wisatawan, antara lain Gunung Merapi dan Dieng.
Integrasi kawasan wisata Bali dengan kawasan wisata Mandalika di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, atau Labuan Bajo di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, juga perlu ditingkatkan. Apakah mungkin ada semacam kapal pesiar kecil atau hotel ”terapung” untuk menghubungkan kedua kawasan wisata tersebut. Masyarakat lokal, terutama kalangan muda, perlu mendapat pendidikan vokasi di bidang layanan jasa pariwisata untuk mendukung industri pariwisata di Nusa Tenggara.
Apalagi, di kawasan Mandalika, PT Perusahaan Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) tengah mengembangkan dan akan membangun obyek-obyek baru yang berpotensi menarik wisatawan. Obyek baru itu, misalnya, sirkuit MotoGP bertaraf internasional dan pengembangan kawasan Mandalika.
Terobosan baru dalam membuat ekosistem pariwisata di tempat-tempat wisata untuk memacu sektor pariwisata harus dilakukan dengan terencana dan cepat. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendorong pariwisata, misalnya menciptakan pilihan akses konektivitas yang lebih cepat dan nyaman ke kawasan wisata Gunung Bromo, Jawa Timur.
Di masa mendatang, yang tak kalah penting adalah pemberdayaan masyarakat lokal untuk mengembangkan wisata lokal. Oleh karena itu, berbagai pendidikan vokasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting.
Pendidikan vokasi, termasuk pelatihan kepariwisataan, yang ditujukan bagi anak-anak muda bisa diselenggarakan sejumlah pihak, seperti pemerintah daerah, BUMN, dan kementerian.
Dengan berbagai terobosan itu, diharapkan pariwisata dapat menjadi salah satu sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi, termasuk penyerapan tenaga kerja. Apalagi, tekanan ekonomi global masih besar pada tahun ini, yang menimbulkan ketidakpastian. Pariwisata bisa menjadi jawaban untuk meraup devisa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kunjungan wisman pada 2018 yang sebanyak 15,8 juta kunjungan masih jauh dari target, yakni 17 juta kunjungan. Meski demikian, kunjungan wisman pada 2018 lebih banyak dari 2017 yang sebanyak 14,03 juta kunjungan.
Pada akhir tahun ini, sesuai target pemerintah sebelumnya, kunjungan wisman ke Indonesia ditargetkan 20 juta kunjungan. Dengan berbagai terobosan yang digarap pemerintah, diharapkan kunjungan wisman dalam lima tahun mendatang dapat terus meningkat signifikan.
Dengan peningkatan kunjungan, harapannya juga, Indonesia bisa mengambil manfaat. Siapkan kita menyambut wisatawan?