Pemerintah Timor Leste meresmikan Internacional Aeroporto De Oé-Cusse Rota do Sandalo di Distrik Oé-Cusse Ambeno, Timor Leste, Selasa (18/6/2019). Bandara internasional negara tetangga senilai 120 juta dollar AS atau Rp 1,5 triliun ini dibangun perusahaan BUMN RI, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika.
Keberhasilan Wika membangun infrastruktur di Timor Leste juga membuktikan BUMN RI tidak lagi jago kandang. Wika juga memiliki proyek pembangunan hunian, jalan, angkutan moda raya terpadu di Aljazair, Nigeria, Uni Emirat Arab, Myanmar, Malaysia, dan Taiwan.
BUMN lain yang juga berkiprah di luar negeri. PT Pertamina (Persero) mempunyai proyek (blok migas) di Aljazair, Gabon, dan Tanzania. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk memiliki proyek gas di Amerika, Aljazair, Nigeria, dan baru saja mendapat kontrak di Filipina. Adapun PT INKA (Persero) sudah mengekspor gerbong kereta ke Banglades dan mendapat pesanan dari Filipina.
Langkah BUMN mengeksplorasi pasar luar negeri ini diharapkan dapat mendongkrak kekuatan perekonomian nasional. Hal ini juga yang mendorong pemerintah untuk membuat perusahaan induk BUMN, dengan cara menghimpun perusahaan BUMN yang memiliki kompetensi dan bidang usaha serupa. Dengan cara itu, perusahaan induk memiliki modal dan kemampuan besar. BUMN bisa lebih percaya diri bersaing dengan perusahaan lain untuk menggarap proyek-proyek di luar negeri.
Langkah BUMN untuk bersaing di luar negeri juga diharapkan dapat membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk bersaing menggarap proyek di dalam negeri. Swasta, yang selama ini kerap mengeluh kurang diberi kesempatan terlibat dalam proyek infrastruktur, bisa mulai terlibat dalam pengerjaan proyek-proyek infrastruktur.
Berikutnya, perusahaan swasta kecil bisa "naik kelas", mengerjakan proyek-proyek yang nilai kontraknya lebih besar. Dengan demikian, ada pertumbuhan di dunia usaha. Bagi anak-anak muda, terbuka peluang untuk membuka perusahaan baru. Semula, perusahaan baru tersebut berskala kecil. Namun, dengan kesempatan mengerjakan proyek yang berlanjut, bisa tumbuh menjadi perusahaan menengah, bahkan besar.
Kompetisi berlanjut. Apalagi, jika swasta dari Indonesia mengepakkan sayap untuk menggarap proyek-proyek di luar negeri. Hal ini juga dilakukan banyak perusahaan di berbagai negara, seperti China, Korea Selatan, dan Jepang.
Bagi perusahaan BUMN, untuk bisa berkompetisi dan memenangi persaingan, maka proses pembentukan perusahaan induk mesti dipercepat. Setelah itu, perusahaan BUMN dan swasta Indonesia bisa "ditantang" untuk bersaing dan mengerjakan proyek di negara lain. Satu proyek di negara tetangga bisa dikerjakan bersama-sama, namun membawa nama perusahaan Indonesia.
Pengerjaan proyek di luar negeri bisa menjadi portofolio untuk menjadi perusahaan berskala internasional, bahkan diakui dunia. (M Clara Wresti)