PT Jaya Bersama Indo Tbk, pemegang merek The Duck King Group, akan memperlebar sayap bisnisnya ke Ho Chi Minh dengan membuka satu gerai baru di kota terbesar Vietnam ini. Pembukaan gerai pertama di luar negeri ini menjadi 1 dari 12 gerai yang akan dibuka sepanjang tahun ini.
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Jaya Bersama Indo Tbk, pemegang merek The Duck King Group, akan memperlebar sayap bisnis ke Ho Chi Minh, Vietnam, dengan membuka satu gerai baru. Pembukaan gerai pertama di luar negeri ini menjadi salah satu dari 12 gerai yang akan dibuka sepanjang tahun ini. Investasi untuk pembukaan gerai di Ho Chi Minh ini diperkirakan Rp 10 miliar-Rp 15 miliar.
”Untuk pertama kali kami menyasar ke luar negeri. Hal ini seperti yang kami janjikan dalam penjualan saham perdana kami pada 2018,” kata Direktur Utama PT Jaya Bersama Indo Tbk Limpa Itsin Bachtiar saat paparan publik seusai rapat umum pemegang saham tahunan di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Selain di Ho Chi Minh, emiten berkode DUCK ini juga akan membuka cabang di Jakarta, Cakung, Karawaci, Medan, Batam, Bali, dan Yogyakarta, dan Depok.
”Investasi di tiap gerai sekitar Rp 7 miliar-Rp 10 miliar. Total investasi pada 2019 ini sebesar Rp 160 miliar. Kami masih menyewa lahan, seperti menyatu dengan mal, dan belum berdiri sendiri. Ke depan, kami juga ingin berdiri sendiri dan membuka cabang di kota dan negara lain,” kata Limpa.
Limpa menjelaskan, tahun 2020 pihaknya juga akan membuka gerai di Hanoi (Vietnam) dan Kamboja. ”Kami belum masuk ke Singapura dan Malaysia karena kompetitornya lebih banyak,” ujar Limpa.
Direktur Keuangan yang juga menjabat Sekretaris Perusahaan, Dewi Tio, menambahkan, sumber pendanaan untuk investasi berasal dari dana yang terkumpul dari penjualan saham. ”Kami berhasil mendapatkan dana Rp 259 miliar. Dipotong biaya, dana yang bisa dikembangkan menjadi Rp 245 miliar. Dana ini akan kami gunakan untuk ekspansi pada 2019 dan 2020,” kata Dewi.
Menurut Dewi, prospek pembukaan rumah makan sangat besar karena masyarakat senang makan di luar rumah. Bahkan, salah satu upaya untuk menghilangkan stres adalah makan di luar rumah. ”Kami sudah memulai bisnis ini sejak 16 tahun lalu dan sambutan masyarakat terus meningkat. Yang kami jual adalah daging bebek dan halal. Dengan tagline No Pork No Lard, restoran kami bisa berkembang pesat,” ujar Dewi.
Adapun terkait kinerja 2018, DUCK membukukan pendapatan bersih Rp 617,7 miliar, meningkat 14,77 persen dibandingkan dengan 2017. Total aset menjadi Rp 1 triliun. Laba bersih komprehensif perusahaan Rp 117,38 miliar. Namun, beban usaha perseroan meningkat dari Rp 271,77 miliar pada 2017 menjadi Rp 313,38 miliar pada 2018.
”Kami berharap pembukaan cabang-cabang baru ini akan mendukung pencapaian target pendapatan kami pada 2019 sebesar Rp 800 miliar,” kata Dewi.
Saat ini dengan sembilan merek berbeda, DUCK mempunyai 31 gerai yang dimiliki sendiri dan 6 gerai waralaba.