Kedua Belah Pihak Untung
Kerja sama perusahaan efek anggota bursa dan perusahaan rintisan teknologi finansial membentuk ekosistem keuangan yang sehat. Produk dan layanan keuangan bisa lebih baik.
JAKARTA, KOMPAS
Kemitraan antara perusahaan efek anggota bursa dengan perusahaan rintisan, termasuk perusahaan teknologi finansial, sudah lumrah terjadi. Kerja sama atau kolaborasi itu menguntungkan kedua belah pihak.
Perusahaan teknologi finansial (tekfin) bisa mendorong perusahaan efek agar semakin inovatif. Di sisi lain, tekfin dapat menggalang dana melalui pasar modal.
Meski demikian, menurut Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi, BEI sebagai otoritas bursa tidak dapat menjangkau tekfin secara langsung agar mengikuti regulasi yang dibuat bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Perusahaan sekuritas yang akan mensyaratkan tekfin untuk mengikuti ketentuan yang diatur bursa atau OJK dalam menjalin perjanjian bisnis,” ujarnya, di sela-sela Fintech for Capital Market Expo 2019" di Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Acara yang diselengarakan Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) dan BEI itu digelar menjelang Capital Market Summit Expo di Jakarta, Agustus 2019. Kemarin, sejumlah perusahaan tekfin membuka gerai untuk mempromosikan produk dan inovasinya.
Terkait peran tekfin dalam pengembangan pasar modal, dalam waktu dekat, perusahaan tekfin PT Hensel Davest Indonesia akan menawarkan saham perdana di BEI. Perusahaan pengembangan aplikasi dagang dalam jaringan atau e-dagang ini berencana melepas 381 juta lembar saham atau 25 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Mengutip keterangan pers di laman perusahaan, Direktur Utama Hensel Davest Indonesia, Hendra David, memaparkan, 65 persen dana yang diperoleh dari penawaran saham perdana (IPO) akan dialokasikan untuk meningkatkan modal kerja. Adapun 10 persen lainnnya untuk meningkatkan teknologi informasi dan 25 persen untuk membeli bangunan bagi operasional perusahaan.
Ekosistem
Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI, Fithri Hadi, menambahkan, kemitraan perusahaan rintisan tekfin dan perusahaan efek perlu diperkuat. Sebab, kerja sama saling menguntungkan antara kedua belah pihak dapat membangun ekosistem keuangan yang sehat.
“Kolaborasi dengan tekfin dapat membantu perusahaan efek untuk lebih inovatif, inklusif, efisien, dan adaptif terhadap perubahan gaya hidup masyarakat yang cepat saat ini,” katanya.
Fithri menambahkan, dari sisi demografi, semakin banyak calon investor berusia muda. Umumnya, mereka adalah pengguna tekfin.
Kolaborasi dengan tekfin dapat membantu perusahaan efek untuk lebih inovatif.
Dengan kerja sama bisnis serta kolaborasi pengembangan teknologi, masyarakat luas dapat menikmati produk dan layanan keuangan lebih baik. Adapun otoritas bursa, ujar Fithri, dapat mengkonversi basis pengguna tekfin untuk menjadi investor pasar modal.
Sekretaris Jenderal Aftech, Karaniya Dharmasaputra, mengatakan, Aftech ingin meningkatkan pemahaman masyarakat soal perkembangan industri tekfin serta berbagai kategori bisnis di sektor tekfin.
“Hal ini sejalan dengan komitmen Aftech untuk medorong pertumbuhan industri tekfin yang berkesinambungan, demi tercapainya inklusi keuangan,” ujarnya.
Karaniya juga menekankan pentingnya kolaborasi industri tekfin dengan entitas bisnis lain seiring perubahan tren pasar. Sebab, dunia keuangan berubah dengan porsi nasabah ritel yang mulai dominan di tengah perkembangan teknologi dan penetrasi internet.
CEO PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit), platform penjualan reksa dana, Wellson Lo, meyakini, kolaborasi dengan otoritas pasar modal membantu perusahaan mencapai target menggandeng 200.000 nasabah hingga akhir tahun 2019.
Sementara, Direktur PT Pembayaran Lintas Usaha Sukses (Espay) Joshua Dharmawan menilai, kerja sama tekfin dengan otoritas bisnis lain dapat mempersempit ruang bagi pelaku kejahatan finansial yang manfaatkan bisnis investasi. (DIM)