TOKYO, KAMIS — Indeks pasar saham global, termasuk Asia, pada awal perdagangan, Kamis (20/6/2019), naik mendekati level tertinggi pada tahun ini setelah The Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga, akhir tahun ini. Optimisme negosiasi dagang AS-China juga menambah semangat investor untuk masuk ke pasar.
Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen, sementara Indeks Nikkei Jepang naik 0,5 persen. MSCI All Country World Index (ACWI), yang memasukkan 49 pasar ekuitas di seluruh dunia, naik 0,2 persen. Pasar mencoba memulihkan diri setelah mencatat penurunan besar setelah adanya ancaman Presiden AS Donald Trump terkait penerapan tarif baru pada semua impor China, bulan lalu.
Tanda-tanda bahwa China dan AS kembali ke meja perundingan setelah enam minggu absen juga mendukung sentimen atas risiko di pasar keuangan global. Reli saham terjadi di tengah penangguhan pertemuan perwakilan bank-bank sentral di Asia. Para analis memperkirakan sebagian besar bank sentral akan bergerak menuju pengaturan moneter yang lebih longgar.
Di Wall Street, Indeks S&P 500 naik 0,3 menjadi 2.926 semalam; hanya 19 poin dari rekor penutupan tertinggi pada 30 April 2019. The Fed AS, Rabu (19/6/2019), mengatakan bahwa pihaknya siap untuk memerangi risiko ekonomi global dan domestik yang sedang tumbuh dengan penurunan suku bunga dimulai pada awal bulan depan. Kebijakan itu dipilih karena meningkatnya ketegangan perdagangan dan meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi yang lemah.
Sebagian besar pembuat kebijakan The Fed memangkas prospek suku bunga mereka untuk sisa tahun ini sekitar setengah poin persentase. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, para pihak tampaknya sepakat dengan rencana yang dibangun The Fed. Banyak investor melihat secara nada keseluruhan, The Fed bertindak lebih ”lembut” daripada ekspektasi mereka sebelumnya.
Kondisi tersebut pun mengirimkan imbal hasil US Treasury 10 tahun ke level 1,986 persen, level terendah sejak November 2016. Imbal hasil US Treasury dua tahun turun menjadi 1,721 persen, level yang terakhir terlihat pada November 2017.
Di derivatif pasar uang, seperti futures dana Fed dan swap indeks semalam, sepenuhnya menilai penurunan suku bunga 25 basis poin pada tinjauan kebijakan berikutnya pada 30-31 Juli, dengan sekitar sepertiga peluang pemotongan 50 basis poin lebih besar. Total terjadi pengurangan 75 basis poin proyeksinya pada akhir tahun.
Namun, penurunan suku bunga yang agresif ketika harga saham sangat dekat dengan rekor tertinggi akan jarang terjadi. Hal ini membuat beberapa investor gelisah tentang apakah The Fed mungkin bereaksi berlebihan.
”Tampaknya Fed menghadapi risiko dan melakukan apa pun untuk menghindari implikasi penurunan ekonomi karena potensi perlambatan,” kata Robin Anderson, ekonom senior global di Principal Global Investors di Des Moines, Iowa di AS. Ia juga melanjutkan, ”Namun, jika inflasi kembali naik, saya khawatir Fed bisa berada di belakang kurva jika suku bunga memang dipotong terlalu cepat,” katanya, melanjutkan.
Banyak investor berpikir harapan penurunan suku bunga bisa dibatalkan jika Washington dan Beijing membuat beberapa kemajuan dalam pembicaraan mereka. Tanda-tanda terkait hal itu dapat dilihat pada realisasi dan hasil pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Forum G-20 di Jepang, pekan depan.
”Sementara kami mengharapkan penurunan suku bunga dapat dipastikan tahun ini, kami pikir waktu dan besarnya pelonggaran kebijakan tidak pasti dan agak tergantung pada hubungan perdagangan AS-China,” kata Andrew Wilson, CEO Goldman Sachs Asset Management untuk EMEA dan kepala global di sektor pendapatan tetap di lembaga itu.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan, dia akan berunding dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He sebelum pertemuan minggu depan di antara kedua presiden. Mata uang yuan China telah pulih selama beberapa hari terakhir dengan harapan pembicaraan AS-China pada minggu depan di sela-sela KTT G-20 itu. (REUTERS)