Traveloka Bidik Bisnis Pemasaran Ajang dan Tempat Wisata
Tren konsumsi yang sebelumnya cenderung ke pembelian barang, seperti rumah atau mobil, kini bergeser ke pembelian pengalaman, seperti berwisata.
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tren konsumsi yang sebelumnya cenderung ke pembelian barang, seperti rumah atau mobil, kini bergeser ke pembelian pengalaman, seperti berwisata. Sadar dengan kebutuhan itu, platform pemesanan tiket dan hotel, seperti Traveloka, mulai menawarkan tempat berekreasi yang bisa dinikmati di Indonesia serta luar negeri, melalui fitur terbarunya bernama Traveloka Xperience.
CEO Traveloka Xperience Christian Suwarna, Kamis (20/6/2019) di Jakarta mengatakan, menyediakan tiket dan hotel saja kepada calon wisatawan sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan saat berlibur. Dalam berwisata, bagian paling berkesan bukan saat berada di dalam pesawat, kereta, bus, atau hotel, tetapi pengalaman atau kegiatan yang dilakukan.
Dalam fitur Traveloka Xperience, kegiatan itu dibagi dalam 12 kategori, termasuk taman hiburan, bioskop, acara konser, kecantikan dan spa, olahraga serta restoran. Tiket masuk dapat dipesan melalui platform digital itu. Christian mengklaim, harga yang ditawarkan Traveloka biasanya lebih murah dibanding membeli di tempat. Traveloka Xperience merupakan "evolusi" dari fitur yang sudah ada sebelumnya bernama Traveloka Attractions and Activities.
Saat ini, ada sekitar 15.000 inventori atau tempat hiburan yang ditawarkan Traveloka di 60 negara. Mayoritas masih berada di Indonesia dan lainnya di luar negeri, terutama di Asia. Pada akhir 2019, ditargetkan angka itu meningkat hingga 20.000 inventori.
Traveloka yang kini sudah beroperasi di enam negara Asia Tenggara dan Australia dinyatakan memiliki jumlah pengguna aktif sebesar 35 juta orang setiap bulan. Mayoritas adalah warga Indonesia. Pengguna luar negeri paling banyak berasal dari Thailand.
"Ke depan, yang dibutuhkan calon wisatawan adalah mengetahui suatu destinasi liburan secara terintegrasi. Mereka ingin tahu, pergi ke suatu tempat itu bisa ngapain saja. Liburan tidak hanya soal beli tiket dan hotel," tambah Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani.
Yang dimaksud dengan platform terintegrasi, baginya, adalah tempat di mana semua pelaku di bidang wisata, seperti hotel, penyedia layanan transportasi, restoran, dan tempat destinasi hiburan lainnya dapat bertemu dan berinteraksi dengan komunitas pembeli.
Perilaku wisatawan sebelumnya cenderung ikut grup atau pemandu wisata untuk berlibur. Selama lima tahun terakhir, perilaku itu berubah. Kini wisatawan cenderung menginginkan jalan-jalan sendiri dan teknologi digital, menurut Rizki, dapat membantu mereka menemukan tempat wisata yang ingin mereka kunjungi.
"Experience is the best part of travelling. Momen paling berkesan saat berlibur adalah pengalaman yang kita alami," ucap Christian.