Sudah dua minggu banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, belum surut total. Tiga kelurahan di Samarinda masih dilanda banjir hingga 50 sentimeter. Pemerintah melihat perkembangan banjir hingga besok untuk menentukan perpanjangan tanggap darurat banjir.
Oleh
SUCIPTO
·2 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Sudah dua minggu banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, belum surut total. Sebanyak tiga kelurahan di Samarinda masih dilanda banjir hingga 50 sentimeter. Pemerintah melihat perkembangan banjir hingga besok untuk menentukan perpanjangan tanggap darurat banjir.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda mencatat, daerah yang terendam banjir antara lain Kelurahan Sempaja Timur, Gunung Lingai, dan Kelurahan Temindung Permai. Daerah terdampak yang masih cukup parah terjadi di Perumahan Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur.
”Kami masih waspada karena hujan lokal kerap turun di Samarinda sekitar 2 jam. Air langsung naik lagi di banyak titik,” kata Kepala BPBD Kota Samarinda Sulaiman Sade saat dihubungi dari Balikpapan, Jumat (21/6/2019).
Ia mengatakan, jumlah warga yang terdampak sekitar 5.000 jiwa. Sebelumnya, BPBD mencatat, 56.123 jiwa atau 17.485 keluarga terdampak di tiga kecamatan.
Saat ini, tim gabungan mendirikan posko di daerah-daerah yang belum surut. Makanan dan minuman tetap didistribusikan. Sebab, meski air dan listrik mulai menyala, masyarakat belum bisa beraktivitas maksimal karena air masuk hingga rumah.
Menurut catatan Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, pada masa silam, wilayah perumahan Bengkuring merupakan daerah rawa alami. Ketika permukiman dibangun di daerah itu, air meluap dan membanjiri permukiman warga.
Sulaiman menyebutkan, air sulit mengalir di daerah tersebut karena drainase yang buruk. Selain itu, naiknya air laut menyebabkan tinggi air Sungai Mahakam ikut naik. ”Itu juga yang disinyalir membuat air tidak kunjung mengalir ke anak Sungai Mahakam, seperti di Sungai Karang Mumus,” ucap Sulaiman.
Pemerintah masih mempertimbangkan akan memperpanjang masa tanggap darurat banjir untuk kedua kalinya atau tidak. Sebelumnya, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menetapkan masa tanggap darurat banjir sejak 8 Juni, kemudian diperpanjang hingga 21 Juni.
”Tadi Wali Kota sudah meninjau lokasi. Besok, dari tinjauan lapangan, kami dan dari semua instansi terkait akan bertemu dan membahas soal tanggap darurat,” ujar Sulaiman.
Pemerintah provinsi dan pusat menganggarkan dana sekitar Rp 25,7 miliar untuk pembangunan embung serbaguna, normalisasi Sungai Karang Mumus, dan peningkatan kapasitas Bendungan Benanga dengan pengerukan sedimentasi.
Hal itu dibahas pada rapat pengendalian banjir Samarinda, Senin, 17 Juni. Rapat dihadiri Kepala Bappeda Kaltim Zairin Zain, Sekretaris Daerah Kota Samarinda Sugeng Chairuddin, dan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Anang Muchlis beserta jajarannya.
Tahun ini, BWS Kalimantan III akan memulai pembangunan kolam retensi di Kelurahan Sempaja. ”Tahun ini sudah terkontrak dan kontraktor sedang persiapan untuk segera meninjau lapangan. Tahun depan, kami menindaklanjuti pemasangan turap di Sungai Karang Mumus,” kata Kepala BWS Kalimantan III Anang Muchlis.