Drama Baru "La Albiceleste"
Lionel Messi dan Franco Armani menyelamatkan Argentina pada laga kedua penyisihan Grup B Copa America 2019. Peluang mereka untuk lolos ke babak perempat final pun masih terbuka.
BELO HORIZONTE, KAMIS - Perjalanan tim nasional Argentina di kompetisi mayor selama empat tahun terakhir selalu diwarnai drama. Tim “La Albiceleste” selalu tersandung pada awal perjalanan dan membutuhkan keajaiban untuk bertahan. Drama yang sama kembali terjadi di Copa America 2019 di Brasil.
Setelah dikalahkan Kolombia 0-2 pada laga pertama akhir pekan lalu, Argentina kembali tampil buruk dan ditahan imbang Paraguay 1-1 pada laga kedua di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Brasil, Kamis (20/6/2019) pagi WIB. Mereka beruntung karena sang kapten, Lionel Messi, dan sang kiper, Franco Armani, menyelamatkan Argentina dari kekalahan.
Argentina pada laga itu tampil dengan pertahanan yang sangat rapuh dan membuat Paraguay bisa unggul 1-0 pada menit ke-37 melalui tendangan Richard Sanhez. La Albiceleste pun tertolong ketika mendapat hadiah tendangan penalti yang sukses dieksekusi Messi pada menit ke-57.
Lima menit kemudian Paraguay juga mendapat hadiah tendangan penalti setelah bek Argentina, Nicolas Otamendi, melakukan pelanggaran. Namun, tendangan Derlis Gonzalez mampu digagalkan Armani dan skor tidak berubah. “Kami sangat percaya terhadap Armani. Saya senang dia tampil bagus,” ujar pelatih Argentina Lionel Scaloni.
Hasil imbang ini membuat Argentina masih berada di dasar klasemen Grup B dengan satu poin. Sementara Paraguay berada di peringkat kedua dengan dua poin, tertinggal empat poin di bawah Kolombia yang berada di puncak klasemen. Pada laga sebelumnya, Kamis dini hari WIB, Kolombia mengalahkan Qatar 1-0.
Dengan demikian, Argentina wajib mengalahkan Qatar pada laga terakhir grup, Senin (24/6/2019) dini hari WIB, untuk lolos ke babak perempat final. Qatar yang pada laga perdana bermain imbang 2-2 melawan Paraguay kini berada di peringkat ketiga dengan satu poin. Mereka unggul atas Argentina dalam jumlah selisih gol.
Jika berhasil mengalahkan Qatar, Argentina bisa finis dengan empat poin. Argentina pun akan otomatis lolos ke perempat final sebagai runner up grup dengan syarat Kolombia juga mengalahkan Paraguay atau bermain imbang pada laga terakhir.
Apabila Paraguay mengalahkan Kolombia, Argentina masih berpeluang lolos sebagai peringkat tiga terbaik. Namun, mereka harus bersaing dengan dua tim lainnya. Ada dua tim yang nantinya lolos ke babak perempat final sebagai peringkat ketiga terbaik.
“Gila jika kami tidak bisa lolos (ke perempat final). Kami akan melakukannya. Kami bisa melalui masa-masa sulit ini karena kami bermental juara,” ujar Messi seperti dikutip Ole. Messi pun meminta Argentina untuk tetap berpikir positif.
Bukan hal baru
Messi dan kawan-kawan masih bisa optimistis karena situasi semacam ini bukan hal baru lagi bagi Argentina. Mereka sudah terbiasa jatuh, sekarat, dan bangkit lagi ketika tampil di ajang kualifikasi maupun putaran final Piala Dunia Rusia 2018 dan sekarang di Copa America.
Pada laga-laga terakhir kualifikasi piala dunia yang terjadi pada akhir 2017, Argentina nyaris tidak lolos ke piala dunia dari zona Amerika Selatan. Mereka tampil inkonsisten sejak awal kualifikasi sehingga harus menunggu hingga laga terakhir melawan Ekuador untuk memastikan tiket ke Rusia. Mereka pun akhirnya menang 3-1 atas Ekuador dan finis di peringkat tiga klasemen akhir.
Ketika sudah berlaga pada penyisihan grup piala dunia, Argentina kembali dilanda kecemasan setelah ditahan imbang Eslandia 1-1 dan digilas Kroasia 0-3. La Albiceleste akhirnya lolos ke babak 16 besar setelah mengalahkan Nigeria 2-1 pada laga terakhir grup.
Pada ajang Copa America kali ini, nasib Argentina ada di tangan Qatar, tim peraih Piala Asia 2019. Paraguay dan Kolombia sudah membuktikan bahwa tim yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 itu tidak bisa diremehkan.
Pada laga di Stadion Morumbi, Sao Paolo, Kamis kemarin, Kolombia harus menunggu hingga menit ke-86 untuk membobol gawang Qatar. Striker Kolombia Duvan Zapata mencetak gol tunggal itu setelah menerima umpan dari James Rodriguez.
“Mereka bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik. Kami terus mencoba menyerang dan akhirnya mendapat hasil,” ujarnya. Pengalaman Rodriguez ini jelas menjadi peringatan bagi Argentina yang belum menemukan pola permainan terbaik.
Kritikan pun mengarah ke Scaloni yang dinilai tidak jeli membaca permainan. Ketika Lautaro Martinez sudah menyatu dengan Sergio Aguero pada babak kedua, Scaloni justru mengganti Martinez dengan Angel Di Maria. Intensitas serangan malah menurun dan Martinez marah. “Scaloni sepertinya bingung. Persoalan ini harus diperbaiki,” kata eks pemain Argentina, Oscar Ruggeri. (AP/AFP/REUTERS)