Negara-negara Afrika melihat industri perkeretaapian, selain sebagai solusi bagi transportasi massal dan sarana pengangkutan barang, juga medium peningkatan perdagangan intra-Afrika.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
PRETORIA, JUMAT – Negara-negara Afrika melihat industri perkeretaapian, selain sebagai solusi bagi transportasi massal dan sarana pengangkutan barang, juga medium peningkatan perdagangan intra-Afrika. Hal itu membuka peluang bagi industri Indonesia untuk masuk dan berperan serta dalam pembangunan di Afrika.
Salman Al Farisi, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Afrika Selatan, Botswana, Swaziland, dan Lesotho, menyampaikan hal tersebut ketika menyambut partisipasi PT Industri Kereta Api (Persero). INKA yang merupakan perusahaan milik negara itu mengikuti pameran Africa Rail yang berlangsung di Johannesburg pada 19-20 Juni 2019.
KBRI Pretoria dalam keterangan pers pada Jumat (21/6/2019) menyebutkan, Africa Rail adalah pameran perkeretaapian terbesar di Afrika. Pameran ke-22 ini diikuti 130 peserta dan dikunjungi 6.000 orang, termasuk para pembuat keputusan, operator, regulator, dan pejabat pengadaan bidang perkeretaapian dari banyak negara.
Selain PT INKA, perusahaan-perusahaan ternama internasional di bidang industri dan komponen perkeretaapian yang turut berpartisipasi pada Africa Rail antara lain CRRC Corporation Limited, Oracle Construction and Engineering, Voith Transnet, GE, Progress Rail, KNORR, dan Luchini.
Sementara operator termasuk Procurement Team yang hadir antara lain Botswana Railways, DRC, Ghana Railways, TransNamib dan Uganda Railways. Kehadiran PT INKA sebagai upaya penetrasi pasar Afrika yang terbuka luas memasuki the African Continental Free Trade Area (AfCFTA).
Dengan diratifikasinya dokumen AfCFTA oleh 22 negara Afrika pada akhir Mei 2019, AfCFTA resmi berlaku di kawasan Afrika. Di bawah Pakta Perdagangan bebas ini, negara-negara Afrika berkomitmen memotong hambatan tarif sebesar 90 persen pada berbagai jenis barang dengan tujuan meningkatkan perdagangan intra-Afrika.
Pada saat yang bersamaan, Uni Afrika (UA), sebagai organisasi regional yang membidani AfCFTA, juga mencanangkan Visi UA 2040 untuk program revitalisasi perkeretaapian di Afrika. Dalam visi itu, UA mencanangkan peta jalan untuk mengatasi berbagai ketimpangan konektivitas negara-negara Afrika.
Peta jalan itu mencakup penciptaan jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang menghubungkan semua ibu kota negara-negara dan pusat-pusat komersial di benua tersebut.
Corporate Communication PT INKA (Persero) Hartono menyatakan, PT INKA ingin lebih mengibarkan bendera Indonesia di kawasan Afrika. Di tengah dinamika kompetisi antarpabrikan kereta api oleh banyak negara, PT INKA menawarkan kualitas produk dan layanan purnajual yang dapat diandalkan.
”Kehadiran PT INKA untuk pertama kalinya di pameran Africa Rail diharapkan mampu membuka pintu kesempatan selanjutnya, setelah kami berhasil mengekspor kereta api ke Bangladesh, Filipina, Singapura, Australia, dan Malaysia,” kata Hartono di sela-sela pameran.
Kehadiran PT INKA di pameran Africa Rail diharapkan mampu membuka pintu kesempatan selanjutnya, setelah kami berhasil mengekspor kereta api ke Bangladesh, Filipina, Singapura, Australia, dan Malaysia.
Menurut Hartono, selain mengandalkan kelebihan layanan purnajual, PT INKA juga menyediakan tenaga ahli bagi pembeli. Hal itu untuk memastikan operasionalisasi produk berjalan baik, pemberdayaan sumber daya manusia setempat, dan alih teknologi jangka panjang.
Dalam rangka penjajakan pasar dan pengembangan kerja sama, KBRI Pretoria menjembatani pertemuan PT INKA dengan Transnet, perusahaan Afrika Selatan, dan operator kereta api PRASA. Baik Transnet maupun PRASA menyatakan ketertarikan untuk mengetahui lebih lanjut produk PT INKA dan diharapkan terdapat pembicaraan tindak lanjut.
PT INKA juga telah berkomunikasi dengan beberapa perusahaan terkait tentang kemungkinan kerja sama pengembangan perkeretaapian di Afrika. Beberapa perusahaan itu berasal dari Mozambik, Nigeria, Botswana, dan Zambia.
Kolaborasi satu atap
Pemerintah Indonesia terus mengintensifkan berbagai upaya guna menembus pasar non-tradisional, termasuk Afrika. Pada industri perkeretaapian, telah dibentuk Indonesia Railway Development Consortium (IRDC) yang terdiri dari beberapa BUMN terkait, seperti PT INKA, PT Waskita Karya, PT LEN, dan PT KAI. Konsorsium diharapkan dapat mengibarkan bendera Indonesia menjadi solusi investasi dan perdagangan satu atap.
Bersama IRDC, PT INKA berupaya mendapatkan pasar pengembangan produk perkeretaapian Indonesia melalui penyediaan sarana perkeretaapian dan pengembangan prasarana. Penyediaan itu termasuk pembangunan infrastruktur, operasional, pemeliharaan, dan penyediaan paket solusi pendanaan.
Kesuksesan PT INKA memproduksi dan memasarkan produk sarana kereta api menjadikan perusahaan terus memperbesar kapasitas produksi dengan membangun pabrik baru antara lain di Banyuwangi, Jawa Timur. Pembangunan fasilitas produksi baru diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan sarana kereta api di pasar luar negeri yang lebih luas.
Banyuwangi dipilih dengan pertimbangan kemudahan akses ke pelabuhan dan ketersediaan tenaga kerja yang akan mendukung operasional perusahaan.