Pelayaran Perintis yang Terhenti di Maluku Dilayani Sementara
Setelah terhenti sejak Februari lalu, pelayaran perintis rute Pulau Seram ke Pulau Teon-Nila-Serua, Maluku, akan dilayani sementara oleh KM Sabuk Nusantara 71, pada 26 Juni mendatang. Pemerintah Provinsi Maluku menilai PT Pelni selaku operator pelayaran perintis sangat lamban merespons kerusakan kapal. Banyak dampak buruk telah dialami masyarakat selama empat bulan terakhir.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Setelah terhenti sejak Februari lalu, pelayaran perintis rute Pulau Seram ke Pulau Teon-Nila-Serua, Maluku, akan dilayani sementara oleh KM Sabuk Nusantara 71 pada 26 Juni mendatang. Pemerintah Provinsi Maluku menilai, PT Pelni selaku operator pelayaran perintis sangat lamban merespons kerusakan kapal. Banyak dampak buruk telah dialami masyarakat selama empat bulan terakhir.
”Empat bulan termasuk waktu yang lama. Kami sudah mengetahui hal itu sehingga kami pun sudah menyurati pihak Pelni. Harapannya, setiap keluhan masyarakat harus segera direspons. Jangan lamban,” kata Agusta Izaac, Kepala Seksi Manajemen Lalu Lintas Angkutan Laut di Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, kepada Kompas di Ambon, Jumat (21/6/2019).
Sejak Februari 2019, KM Sabuk Nusantara 87 yang melayani rute Pulau Seram ke Teon-Nila-Serua patah kemudi sehingga harus diperbaiki. Akibatnya, sepanjang waktu itu pula tiga pulau tersebut terisolasi. Pelni selaku operator kapal perintis tidak menyiapkan kapal pengganti atau memerintahkan pengalihan rute kapal lain agar masuk ke sana.
Lantaran tidak ada respons cepat dari PT Pelni, tutur Agusta, pihaknya lalu menyurati Direktorat Jenderal Perhubungan Laut di Kementerian Perhubungan pada 18 Juni lalu. Mereka meminta pengalihan KM Sabuk Nusantara 71 agar melewati tiga pulau yang berada di tengah Laut Banda itu. Saat ini, gelombang tinggi sedang melanda Laut Banda sehingga warga tidak berani menggunakan perahu motor.
Salah satu pertimbangan yang ditulis dalam surat itu adalah banyak warga di Pulau Seram hendak memanen cengkeh di tiga pulau itu. Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, jumlah warga yang hendak berangkat hampir 1.000 orang. Mereka adalah petani dan buruh panen.
Cengkeh sudah matang pada bulan Mei lalu sehingga kini diperkirakan banyak yang rusak. Selain itu, warga yang terisolasi di tiga pulau itu kini kekurangan bahan pangan dan obat-obatan yang dipasok dari Pulau Seram.
Tiga pulau itu telah lama dijadikan kebun oleh warga. Semula, warga tinggal di sana, tetapi diperintahkan mengosongkan pulau-pulau itu oleh pemerintah pusat pada 1978. Hingga kini mereka menggantungkan hidup di tiga pulau penghasil cengkeh kualitas terbaik di Maluku itu.
Kasus semacam itu pernah terjadi tiga tahun lalu. Waktu itu, seorang warga yang terisolasi di sana sakit dan pada akhirnya meninggal.
Agusta mengatakan, Kemenhub telah menyetujui pengalihan rute KM Sabuk Nusantara 71. Pada 26 Juni nanti, kapal akan mengangkut petani dan buruh itu dari Pulau Seram menuju Pulau Serua dengan jarak tempuh 220 mil laut, Nila (45 mil laut), dan Pulau Teon (20 mil laut).
Dion Marantika (31), tokoh pemuda dari Paguyuban Teon Nila Serua, menambahkan, selain kerugian akibat cengkeh yang rusak, saat ini sejumlah warga yang tinggal di tiga pulau itu dilaporkan sakit. ”Kasus semacam itu pernah terjadi tiga tahun lalu. Waktu itu, seorang warga yang terisolasi di sana sakit dan pada akhirnya meninggal,” katanya. Warga di Seram berkomunikasi dengan mereka yang tinggal di tiga pulau itu menggunakan radio SSB (single-side-band).
Sementara itu, Manajer Operasi PT Pelni Cabang Ambon Jasman yang dihubungi secara terpisah membenarkan adanya pengalihan KM Sabuk Nusantara 71 itu. Namun, pengalihan itu dilakukan hanya satu kali perjalanan pergi dan pulang. ”Selanjutnya akan dipikirkan lagi seperti apa,” ujar Jasman. Normalnya, tiga pulau itu disinggahi kapal sekali dalam dua minggu.
Jasman mengatakan, pihaknya memiliki keterbatasan kapal. Pelni Cabang Ambon mengoperasikan lima kapal perintis. Setiap kapal sudah memiliki jalur masing-masing. Tidak ada kapal yang khusus disiapkan sebagai pengganti yang rusak. KM Sabuk Nusantara 87 yang rusak diperkirakan kembali beroperasi pertengahan bulan Juli.