Seperti apa cantiknya anggrek-anggrek alam berkumpul dari berbagai hutan tropis Sumatera. Dalam Taman Anggrek Sri Soedewi yang terletak di tengah Kota Jambi, mereka tengah berbunga. Pesonanya bikin mata tak ingin terpejam.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·4 menit baca
Seperti apa cantiknya anggrek-anggrek alam berkumpul dari berbagai hutan tropis Sumatera. Dalam Taman Anggrek Sri Soedewi yang terletak di tengah Kota Jambi, semua sedang berbunga. Pesonanya bikin mata tak ingin terpejam.
Tampaklah anggrek-anggrek tanah yang biasanya tumbuh liar di hutan tropis Muaro Jambi hingga Sarolangun kini berbaris dengan kecantikan berbeda. ”Yang dari wilayah dataran rendah, ukuran bunganya lebih besar,” kata Kepala Balai Benih Induk Taman Anggrek Sri Soedewi, Popy Handayani, yang ditemui pada Jumat (21/6/2019).
Di taman itu ada juga anggrek hitam dan anggrek macan yang semakin langka. Namun, di Jambi, anggrek itu didapati tumbuh di sejumlah taman nasional. Indukan anggrek diperbanyak dalam laboratorium Taman Sri Soedewi lewat cara kultur jaringan. ”Dari satu indukan dapat dihasilkan puluhan hingga ratusan anakan anggrek,” lanjutnya.
Keragaman jenis anggrek di sana pun semakin berkembang. Sepuluh tahun silam, koleksinya 53 jenis, kini sudah lebih dari 100 jenis. Selain anggrek tanah dan hutan, ada banyak jenis hibrida. Semuanya berkumpul dalam taman seluas 2 hektar, mulai dari anggrek alam arundina, acriopsis, bulbophyllum, hingga anggrek tanah. Ada lagi anggrek emma storie, anggrek vanda douglas, james storie, vanda macan, dan berta baraga. Tak luput dendrobium, ocidium, cattleya, mocara, dan phalaenipsis.
Keragaman
Bagi pencinta tanaman anggrek tak harus jauh-jauh menjelajah hutan tropis Sumatera untuk mendapatkan pesona tanaman itu. Mampirlah ke Sri Soedewi di Telanaipura, Kota Jambi. Di sana akan tampak keragaman anggrek dari empat taman nasional di Jambi, mulai dari Berbak, Bukit Duabelas, Bukit Tigapuluh, hingga Kerinci Seblat, dikembangkan di taman yang hanya berjarak 200 meter dari Kantor Gubernur Jambi.
Dari satu indukan dapat dihasilkan puluhan hingga ratusan anakan anggrek.
Anggrek alam yang terkumpul kini sekitar 85 jenis. Sementara anggrek tanah ada 7 jenis. Anggrek hibrida ada 50-an jenis.
Taman Anggrek Sri Soedewi diresmikan oleh istri presiden kedua RI, Hj Tien Soeharto, pada 1984. Taman tersebut awalnya belum menjadi taman kota yang dapat dimanfaatkan secara umum. Untuk masuk pun pengunjung harus meminta izin ke kantor Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jambi.
Namun, melihat antusiasme masyarakat Jambi, pemerintah daerah mengupayakan sejumlah pengembangan. Sejak tahun lalu dibangunkan ruang terbuka hijau di luar taman. Dibuka pula loket karcis masuk sehingga pengunjung tak perlu lagi repot mengurus izin ke kantor dinas. Area dalam taman dibenahi dengan jalur setapak. Dibangunkan pula arena bermain anak.
Menjelajah masuk ke taman itu seperti masuk ke dalam hutan. Udara terasa sejuk karena dinaungi pepohonan bertajuk luas. Di tengah taman itu ada danau kecil yang kini dilengkapi air mancur. ”Ini jadi salah satu tempat favorit saya kalau sedang jenuh dengan urusan pekerjaan,” kata Melanie, salah seorang pengunjung.
Pada sejumlah sisi taman berdiri rumah-rumah bayang untuk tanaman anggrek. Di situlah hasil pemuliaan dikembangkan. Tampak beragam jenis tengah berbunga.
Tak jauh dari rumah bayang, tampaklah hamparan luas kebun anggrek tanah yang juga tengah berbunga. Spot ini kerap dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto.
Proses pemuliaan
Dari berbagai jenis anggrek hutan tadi, sebagian kian langka seiring pembukaan hutan-hutan Sumatera. Kerap pihaknya dihubungi petugas taman nasional ketika ada temuan baru anggrek. Indukan anggrek pun diupayakan perbanyakan agar jangan sampai punah.
Proses pemuliaan bermula dari sebuah biji anggrek. Di dalam laboratorium tersimpan ratusan stoples dan botol yang menyimpan biji indukan. Dalam stoples terlihat media khusus yang telah diasup vitamin B, pupuk, agar-agar, dan air kelapa. Resep ini diberikan supaya dari biji dapat cepat menghasilkan bibit-bibit anggrek. Dari tiap wadah itulah akan muncul puluhan bahkan ratusan tanaman.
Meskipun dapat menghasilkan ratusan tanaman dari tiap bijinya, pemuliaan anggrek tidak semudah yang dibayangkan. Butuh sekitar satu tahun menunggu bibit anggrek bertumbuh dan siap untuk ditanam di luar ruangan.
Bibit tidak boleh terkena bakteri dari luar. Karena itu, hasil pemuliaan harus disimpan rapat dalam tabung dan botol di sebuah ruangan.
Setelah berukuran 10 hingga 20 sentimeter, barulah tanaman siap dibawa ke luar ruangan untuk ditanam dalam rumah bayang yang bercahaya redup.
Lamanya waktu dan perlakuan khusus yang dibutuhkan untuk menumbuhkan anggrek jadi penyebab cenderung mahalnya harga anggrek di pasaran. Namun, penjualan bibit anggrek di taman itu masih rendah, sekitar 200-an batang setahun.
Padahal, rumitnya proses pemuliaan membutuhkan dana operasional yang tidak kecil. Kenyataannya, dana operasional yang digulirkan Pemerintah Provinsi Jambi kian menurun dari tahun ke tahun. Status pengelolaan taman itu semula masih berupa Unit Pengelolaan Terpadu Daerah, tetapi malahan diturunkan menjadi BBI. Dana operasional yang semula Rp 66 juta per tahun kini hanya Rp 40 juta.
Taman ini akan terus ditata lebih baik lagi, termasuk fasilitas pendukungnya.
Dengan berkurangnya dukungan dana daerah, pihaknya berharap dapat mengoptimalkan pemasukan dari tiket pengunjung dan penjualan bibit anggrek.
Gubernur Jambi Fachrori Umar mengatakan, pihaknya mengupayakan revitalisasi Taman Anggrek Sri Soedewi. Tujuannya, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan. Pembangunan yang hampir selesai adalah ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan jalur track.
Dari jalur itu, pengunjung dapat menikmati taman anggrek dari atas. ”Taman ini akan terus ditata lebih baik lagi, termasuk fasilitas pendukungnya,” katanya.