Jembatan Darurat Perlancar Akses Transportasi Lintas Timur
Satu pekan sejak amblesnya jembatan Way Mesuji di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan, pemerintah pusat membangun jembatan darurat. Infratruktur tersebut dibangun untuk memperlancar akses transportasi di Jalan Lintas Timur Sumatera.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS - Satu pekan sejak amblesnya jembatan Way Mesuji di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan, pemerintah pusat membangun jembatan darurat. Infratruktur tersebut dibangun untuk memperlancar akses transportasi di Jalan Lintas Timur Sumatera.
Kepala Kepolisian Resor Mesuji Ajun Komisaris Besar Edi Purnomo menjelaskan, jembatan tersebut hanya dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Jembatan digunakam sementara waktu hingga perbaikan jembatan yang ambles selesai dilakukan.
"Kami mengimbau agar pengendara tidak saling mendahului karena dapat menimbulkan kemacetan atau kecelakaan," kata Edi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Minggu (23/6/2019).
Menurut dia, pihaknya telah berkordinasi dengan Polres Ogan Komering Ilir untuk berpatroli di sekitar lokasi. Penjagaan ini dilakukam untuk menghindari aksi premanisme dan kriminal jalanan. Selain itu, polisi juga membangun posko penjagaan di dekat jembatan darurat.
Sebelumnya, jembatan Way Mesuji di Jalan Lintas Timur Sumatera, tepatnya di Kilometer 200, Desa Agung Batin, Kecamatan Simpang Pematang, Mesuji, Lampung, ambled, pada Senin (17/6) dini hari. Akibatnya, arus lalu lintas dari Lampung menuju Sumatera Selatan di jalan lintas timur sempat terputus. Dua truk bermuatan semen dan sawit yang terjebak di tengah jembatan telah dievakuasi pada Rabu (19/6).
Kelebihan muatan pada dua truk yang melintas dan terjebak di jembatan diduga menjadi pemicu rusaknya pelat jembatan tersebut. Beban truk yang melintas saat itu diperkirakan 40-60 ton. Padahal, jembatan tersebut hanya dapat menahan beban maksimal 30 ton.
Beban truk yang melintas saat itu diperkirakan 40-60 ton. Padahal, jembatan tersebut hanya dapat menahan beban maksimal 30 ton.
Terkait hal tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mengimbau agar truk, bus, dan kontainer beralih ke Jalan Lintas Tengah Sumatera (Bandar Jaya-Kotabumi-Baturaja-Prabumulih-Indralaya). Muatan truk juga tidak boleh melebihi kapasitas.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XIX Bandar Lampung Muh Insal U Maha, mengatakan, pihaknya berupaya mempercepat upaya perbaikan jembatan. Perbaikan jembatan membutuhkan waktu 7-14 hari. Namun, apabila bahan dan peralatan yang dibutuhkan belum tersedia, waktu perbaikan membutuhkan waktu lebih lama.
Jalan lintas timur Sumatera merupakan akses vital bagi transportasi truk dan bus dari Lampung menuju Sumatera Selatan. Setiap hari, sedikitnya ada 2.000 kendaraan yang melintas di jalur tersebut. Jalan itu dipilih karena merupakan jalur terpendek sehingga dapat memangkas biaya pembelian bahan bakar.
Rustam Subandi (35), salah satu sopir ekspedisi di Lampung berharap, pemerintah dapat membuka kembali jalan tol Terbanggi Besar-Kayu Agung secara fungsional hingga perbaikan jembatan selesai. Pasalnya, biaya operasional yang dibutuhkan jika melewati lintas tengah akan lebih besar.