JAKARTA, KOMPAS Di usianya yang ke-492, Jakarta tetap perkasa sebagai kota terbesar di Indonesia. Lebih dari 10 juta jiwa menetap di sini, belum lagi jutaan orang lain yang setiap hari pergi pulang mencari rezeki.
Yang tak banyak disadari, saat mentari pun belum beranjak bangun, petugas kebersihan sudah menyapu jalan. Sopir mikrolet bersiap menjemput penumpang di mulut gang perumahan menuju stasiun kereta api komuter atau ke halte bus Transjakarta.
Di rumah sakit-rumah sakit, juga di instalasi gawat darurat puskesmas, petugas kesehatan bersiaga. Pemadam kebakaran siap setiap saat menuju lokasi guna mematikan amukan api. Para petugas itu, tua muda, laki-laki maupun perempuan, merupakan bagian dari para ”pelayan” warga Ibu Kota. Mereka membentuk sistem dan jaringan raksasa yang tidak pernah absen bertugas.
Petugas kebersihan menjadi salah satu bagian dari sistem itu dengan jumlah tenaga yang cukup besar. Data dari laman data.jakarta.go.id, pada 2017, menunjukkan, jumlah petugas yang tergabung dalam Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Jakarta 3.968 orang. Mereka tersebar di 267 kelurahan di Jakarta, termasuk di Kepulauan Seribu.
Esa (33), petugas PPSU dari Kelurahan Gandaria Selatan, ketika ditemui pada Sabtu (22/6/2019) sore mengatakan, pengawasan dan perawatan satu zona dalam kelurahan biasanya diurus oleh dua petugas. Panjang jalan dalam satu zona hampir 1 kilometer.
Berbekal peralatan seadanya, seperti sapu lidi, sekop, dan karung, Mentari Rahmadhany atau biasa disapa Rahma (27) mulai bekerja membersihkan sampah pada Minggu (23/6) pukul 04.00, di zona Palmerah Barat. Zona ini berada di sepanjang Jalan Palmerah Utara, Jakarta Barat.
”Jika baru mulai pukul 05.00 sesuai jadwal, saya tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Pukul 07.00 sudah harus bersih,” kata perempuan asal Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu. Rahma tergabung bersama ribuan petugas kebersihan yang disebut Pasukan Oranye. Pasukan ini merupakan bagian dari jajaran petugas PPSU. Pasukan Oranye bekerja 24 jam yang dibagi dalam tiga sif.
Malam hari pedagang memenuhi area pinggir jalan. Mereka menawarkan beragam makanan sehingga banyak sampah bekas makanan dan minuman bertebaran. Ada juga kumpulan sampah rumah tangga yang sering dibuang ke pinggir jalan. Esa (33), petugas PPSU dari Kelurahan Gandaria Selatan, mengatakan biasa membersihkan bangkai tikus di jalanan.
Selain menjalankan tugasnya, Esa, Rahma, dan semua petugas kebersihan juga punya misi khusus, misi berat sebagai wakil dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yaitu mempromosikan kebiasaan hidup bersih kepada masyarakat.
Petugas PPSU memasang berbagai peringatan tertulis dalam spanduk di beberapa tempat di pinggir jalan. Pesan yang disampaikan antara lain berterima kasih kepada warga yang membuang sampah pada tempatnya atau memperingatkan warga bahwa membuang sampah sembarangan dapat dikenai denda hingga Rp 500.000, sesuai Peraturan DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah. ”Tapi, tetap saja banyak yang belum sadar,” tambah Esa.
Kehidupan di perkotaan ataupun di tempat lainnya tidak dapat maju tanpa partisipasi masyarakat yang baik. Seperti ditekankan Gubernur DKI Anies Baswedan, Sabtu lalu saat perayaan ulang tahun Jakarta, pembangunan di Jakarta selalu melibatkan warga dan butuh peran aktif warga untuk maju bersama. (AYU/GIO)