Belajar Strategi Meraih Devisa
Kegiatan pariwisata sedang bergairah. Masyarakat gandrung pada perjalanan wisata, menikmati daerah-daerah baru nan indah.
Pemerintah juga menetapkan pariwisata sebagai sektor penghasil devisa negara. Bersama migas, kelapa sawit, dan batubara, pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar.
Sudah banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengundang wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Indonesia. Jumlah wisman yang datang bertambah kendati belum mencapai target yang ditetapkan. Tahun ini, pemerintah menargetkan bisa mendatangkan 20 juta wisman dengan jumlah devisa yang dihasilkan 17,6 miliar dollar AS.
Salah satu negara yang mengelola pariwisatanya dengan baik adalah Korea Selatan. Dengan luas negara yang tidak terlalu besar dan jumlah penduduk sekitar 50 juta jiwa, wisman yang datang ke Korea cukup banyak. Pada 2018, 15,3 juta wisman datang ke negara itu, naik dari 2017 yang sebanyak 13,5 juta orang. Jumlah ini terus meningkat, padahal pengurusan visa ke Korsel mensyaratkan banyak hal.
Misalnya, perempuan menikah harus menyertakan surat izin dari suami. Adapun anak harus menyertakan surat izin dari orangtua dan sekolah. Pemohon juga harus menyertakan laporan pajak tahunan terakhir, sedangkan pemilik perusahaan harus menyertakan surat izin usaha perdagangan. Namun, persyaratan komplet ini tidak menyurutkan keinginan wisman datang ke ”Negeri Ginseng”.
Korsel mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sumber penghasilan terbesar. Maka, upaya untuk sektor pariwisata sangat terencana dan terstruktur, termasuk memberikan subsidi bagi pengembangan pariwisatanya.
Contohnya, subsidi bagi keluarga yang menjaga rumah tradisional mereka di Pulau Jeju. Subsidi berupa beasiswa sekolah bagi anak-anak di keluarga itu serta biaya perbaikan rumah.
Saat ini, ada sekitar 500 keluarga yang tinggal di rumah-rumah tradisional itu. Rumah tradisional itu berupa susunan batu alam yang direkatkan dengan tanah lihat yang dicampur dengan kotoran kuda, dengan atap dari alang-alang kering yang dianyam dan diikat. Akan tetapi, jangan salah, di dalamnya modern dan dilengkapi peralatan rumah tangga terbaru.
Pemerintah Korsel juga memberikan subsidi kepada wisman yang datang melalui biro perjalanan. Dengan demikian, wisman bisa datang ke Korsel dengan tarif terjangkau. Misalnya, untuk paket perjalanan wisata lima hari, wisman hanya membayar Rp 8 juta-Rp 10 juta per orang. Sementara paket tujuh hari, termasuk ke Pulau Jeju, tarifnya sekitar Rp 14 juta. Harga ini mencakup semuanya, yaitu makan, hotel, tiket pesawat, tiket wisata, transportasi, dan visa. Tempat yang dikunjungi dalam paket tujuh hari berkisar 22-25 destinasi.
Namun, wisman mesti mengunjungi sejumlah lokasi yang ditunjuk pemerintah, misalnya lokasi penjualan ginseng, makanan kesehatan, dan rumput laut, meskipun pengunjung tidak diharuskan membeli produk tersebut.
Untuk menggugah hasrat belanja wisman, lokasi itu menyiapkan staf yang bisa berbahasa asing dengan lancar. Umumnya, wisman yang datang dari China, Indonesia, Vietnam, dan Filipina sehingga para staf mesti bisa menjelaskan produksi yang dijual dalam bahasa-bahasa tersebut.
Cara seperti ini bisa terwujud karena kerja sama pemerintah, biro perjalanan, dan produsen sangat erat. Semua saling mendukung karena semua akan mendapat manfaat. Istilah sinergi dan kolaborasi sudah dilakukan Korea demi kepentingan bersama.
Harapannya, semakin banyak wisman yang datang ke Korea, maka semakin banyak nilai tambah bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan bagi negara. Pariwisata Korea semakin mendunia seiring kian mendunianya kelompok penyanyi BTS dan Blackpink serta serial drama Korea. (M Clara Wresti)