HALLE, MINGGU - Untuk pertama kalinya, Roger Federer meraih 10 gelar juara dari satu turnamen. Gelar yang didapat dari turnamen lapangan rumput di Halle, Jerman, itu akan dibawanya ke Wimbledon untuk menambah delapan gelar dari Grand Slam yang telah berusia 142 tahun tersebut.
Gelar tersebut didapat Federer setelah mengalahkan David Goffin, 7-6 (2), 6-1, dalam final yang digelar Minggu (23/6/2019). Itu menjadi final ke-13 maestro tenis tersebut di Halle. “Menakjubkan. Saat pertama tampil di sini, tak pernah terpikir oleh saya bisa mendapat 10 gelar juara,” kata Federer yang menjalani debut di Halle pada 19 tahun lalu.
Sepuluh gelar tersebut menjadikan Halle sebagai turnamen yang memberi gelar terbanyak bagi Federer, diikuti sembilan gelar dari 14 final di ATP Basel, Swiss. Turnamen lain yang juga menjadi bagian dari 102 gelarnya adalah delapan gelar, masing-masing dari Wimbledon dan Dubai, serta tujuh dari Cincinnati.
Dengan gelar tersebut, Federer juga semakin mendekatkan diri pada rekor 109 juara milik Jimmy Connors yang diraih saat menjadi petenis profesional pada 1972-1996. “Ini sangat-sangat spesial. Saya senang memiliki kesempatan lain pada tahun ini. Tahun lalu, saya tak memiliki gambaran apakah akan tampil lagi di final di Halle atau tidak,” ujarnya, sebelum final. Pada 2018, Federer dikalahkan petenis 22 tahun asal Kroasia, Borna Coric.
Hasil tersebut juga menempatkan Federer sebagai salah satu kandidat juara Wimbledon, 1-16 Juli, setelah dihentikan Kevin Anderson pada perempat final 2018. Dengan karakter sebagai lapangan cepat, Wimbledon cocok untuk Federer meski akan berusia 38 tahun pada Agustus.
Dengan pantulan bola yang cepat, perebutan setiap poin cenderung berlangsung singkat, bahkan, bisa didapat dari servis yang menjadi salah satu keunggulan Federer. Meski servisnya tak secepat para big server, seperti John Isner, Marin Cilic, dan Juan Martin Del Potro, yang bisa mencapai 250-an kilometer per jam, Federer memiliki akurasi dalam servis hingga mempersulit lawan untuk mengembalikannya.
Saat melawan Goffin misalnya, sebanyak 83 persen servis pertama Federer menghasilkan poin, unggul atas lawannya dengan persentase 66 persen. Sebanyak tujuh poin di antaranya didapat dari as, sama seperti yang didapat Goffin.
“Penampilan saya di sini cukup solid. Tak terlalu sulit saat melakukan servis, juga bisa memanfaatkan peluang saat mengembalikan servis,” kata Federer yang kini memiliki statistik kemenangan 68-7 di Halle, turnamen yang rutin diikutinya sebelum Wimbledon.
Dari turnamen putri di Birmingham, Inggris, Ashleigh Barty melengkapi gelar juara Grand Slam Perancis Terbuka, dua pekan lalu, dengan status petenis nomor satu dunia. Barty menggeser posisi Naomi Osaka dari puncak peringkat dunia setelah mengalahkan Julia Goerges, 6-3, 7-5, pada final, Minggu.
Barty pun menjadi petenis putri Australia pertama yang menempati posisi teratas daftar peringkat dunia setelah Evonne Goolagong pada 1976.
Sementara, petenis Indonesia, Christopher Rungkat, menjalani persaingan pada turnamen ATP 250 di Antalya, Turki, 23-30 Juni. Ini menjadi persiapan petenis bernama panggilan Christo tersebut untuk tampil di Wimbledon dalam nomor ganda putra bersama Hsieh Cheng Peng (Taiwan). Pada babak pertama yang berlangsung Minggu tengah malam waktu Indonesia, Christo/Hsieh berhadapan dengan pasangan Australia, Luke Seville/Jordan Thompson.
Christo/Hsieh menembus babak utama Wimbledon untuk pertama kalinya setelah menjadi pemian urutan ke-38 (berdasarkan akumulasi peringkat dunia) dari 57 pasangan yang langsung diterima (direct acceptance) panitia. Berdasarkan daftar peringkat dunia pada 17 Juni, Christo berada pada peringkat ke-68 (posisi terbaik dalam kariernya), sementara Hsieh ke-62. (AFP/REUTERS)