Museum Hak Asasi Manusia Omah Munir bersama Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, menggelar pameran hasil Kompetisi Seni Rupa Ruang Publik Omah Munir. Pameran yang berlangsung di Balai Kota Among Tani Kota Batu 24-27 Juni itu mengetengahkan 10 karya berupa instalasi dan patung.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS-Museum Hak Asasi Manusia Omah Munir bersama Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, menggelar pameran hasil Kompetisi Seni Rupa Ruang Publik Omah Munir. Pameran yang berlangsung di Balai Kota Among Tani Kota Batu 24-27 Juni itu mengetengahkan 10 karya berupa instalasi dan patung.
Ketua Kompetisi Seni Rupa Ruang Publik Omah Munir, Mufti Makarimal Ahlaq, mengatakan, pameran ini ada hubungannya dengan rencana revitalisasi Museum Ham Omah Munir. Karya pemenang kompetisi akan menjadi bagian isi museum yang baru nanti.
"Selain isi kasus dan perjalanan tentang Ham, kita juga akan menampilkan karya seni yang berkaitan dengan HAM," ujar Mufti pada pembukaan pameran, Senin (24/6/2019) siang. Hadir pada kesempatan ini Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko dan Dewan Pembina Museum Omah Munir Suciwati.
Selain isi kasus dan perjalanan tentang Ham, kita juga akan menampilkan karya seni yang berkaitan dengan HAM
Seperti diketahui, museum yang selama ini menempati rumah milik penggiat Ham Munir Said Thalib di Jalan Bukit , Kelurahan Sidomulyo, akan pindah ke gedung baru di Kelurahan Sisir, Kota Batu. Lokasi museum yang ada sejak tahun 2013 selama ini dinilai kurang representatif dalam rangka mempromosikan pendidikan HAM.
Menurut Mufti--yang juga Ketua Dewan Pengurus Museum HAM Omah Munir--pihaknya bermaksud mengembangkan bangunan museum yang lebih kompetitif sesuai ikon Batu. Upaya tersebut mendapat dukungan penuh dari pemerintah Kota Batu. Hasil kompetisi mengenai desain bangunan museum sudah diumumkan Desember 2018 lalu.
Adapun terkait dengan pameran kali ini, ada sejumlah perupa yang karyanya menghiasi Balai Kota Among Tani selama tiga hari ke depan. Mereka, antara lain Herdy Aswarudi dari Tengerang Selatan, Ndaru Ranuhandoko dari Depok, dan Alfiah Rahdini dari Bandung.
Ada juga karya Dessy Wahyuni dari Jakarta, Koko Sondaka Bandung, Raymond Gandayuwana dari Depok, dan Gusti Reynaldi Cakramurti dari Jakarta, serta Munir dari Banyumas.
Kompetisi Seni Rupa Ruang Publik Omah Munir dengan tema "Hak Atas Kehidupan yang Layak". Diselenggarakan oleh Museum Ham Omah Munir dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) didukung Yayasan Tifa. Proses penjurian telah berlangsung sejak Maret sampai Mei 2019.
Total karya yang masuk pada kompetisi ini sebenarnya mencapai 80 buah. Dari jumlah tersebut ada 77 karya yang dinilai layak. Karya-karya itu kemudian disaring lagi tinggal 10 buah karya terbaik dan 3 karya yang masuk final.
Adapun dewan juri yang terlibat penilaian adalah sejarawan dan penulis Andi Achdian, pendiri Yayasan Tifa Debrah H Yatim, pengajar di Fakultas Seni Rupa IKJ Dolorosa Sinaga, sastrawan dan pengajar Seno Gumira Ajidarma, serta salah satu pendiri Urban Poor Consortium Wardah Hafidz.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan ke depan museum HAM Omah Munir akan menjadi destinasi wisata baru di Batu. Museum HAM, menurut Dewanti akan membuka pikiran pengunjung bahwa setiap orang punya hak yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
Pemerintah Kota Batu menyediakan lahan seluas sekitar 2.000 meter persegi guna dipinjampakaikan untuk pembangunan museum. Harapannya proses perencanaan pembangunan museum bisa selesai tahun ini sehingga pembangunan gedung baru bisa dilakukan tahun depan.