Konsumsi masih jadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada triwulan I-2019, konsumsi menyumbang 2,75 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07 persen.
Oleh
Dewi Indriastuti
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi masih jadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada triwulan I-2019, konsumsi menyumbang 2,75 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07 persen.
Meski demikian, pola belanja sebagian masyarakat Indonesia berubah, antara lain menggunakan aplikasi digital di gawai atau mengakses laman perdagangan elektronik. Di sisi lain, persaingan ritel juga semakin ketat.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto dan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menyampaikan hal itu secara terpisah di Jakarta, Minggu (23/6/2019).
”Jaringan ritel yang menutup toko antara lain karena persaingan yang ketat dan penjualan yang kurang bagus. Dalam bisnis ritel, biasa terjadi, strategi menutup toko di satu lokasi, tetapi membuka toko di lokasi lain,” kata David.
Menurut David, BCA memperkirakan sektor konsumsi masih akan tumbuh 5-5,2 persen pada tahun ini. Akan tetapi, pemerintah juga mesti mulai mendorong investasi agar potensi pertumbuhan ekonomi RI bisa tercapai.
Ryan menambahkan, peritel mesti meninjau ulang strategi bisnisnya, sebagai langkah antisipasi atas meluasnya ekonomi digital. ”Hal ini mesti segera disikapi dengan mengubah model bisnis,” katanya.
Pada saat yang sama, kata Ryan, pemain ritel besar dan menengah semakin banyak di tengah pasar konsumen yang cenderung stagnan. Apalagi, minat masyarakat untuk berbelanja berubah sehingga menurunkan permintaan riil konsumen.
Kemarin, beredar kabar mengenai penutupan enam gerai toko ritel berjaringan Giant di Jabodetabek. Giant adalah merek ritel di bawah PT Hero Supermarket Tbk, bersama dengan Hero, Guardian, dan Ikea.
Mengutip laporan keuangan dari Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall di laman Bursa Efek Indonesia pada 29 April 2019, pendapatan bersih pada triwulan I-2019 sebesar Rp 3,06 triliun. Meski demikian, perusahaan rugi bersih Rp 4 miliar.
Laporan itu menyebutkan, penjualan tumbuh di bisnis kesehatan dan kecantikan serta Ikea. (IDR)