Gerakan Islam Eksklusif Menjangkiti Delapan Perguruan Tinggi Negeri
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (LPPM UNUSIA) meneliti gerakan Islam eksklusif di delapan perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Dari hasil penelitian, gerakan itu merebak di ranah kampus melalui sejumlah instrumen yang melibatkan organisasi intra dan ekstra kampus.
Peneliti LPPM Unusia Naeni Amanulloh di Jakarta, Selasa (25/6/2019) di Jakarta, menyampaikan, penelitian dengan metode kualitatif tersebut dilakukan pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019. Tim LPPM juga mewawancarai seluruhnya 160 informan atau 20 informan di setiap PTN.
Delapan PTN di Jawa Tengah dan Yogyakarta menjadi fokus penelitian. Delapan PTN tersebut ialah Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Negeri Surakarta (UNS), Institut Agama Islam Negeri Surakarta (IAIN Surakarta), Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), dan IAIN Purwokerto.
Hasil riset menunjukkan tingginya potensi intoleransi kekerasan dan potensi radikalisme di kalangan mahasiswa
Naeni menjelaskan, fokus lokasi penelitian dilakukan di PTN karena sejumlah hasil riset menunjukkan tingginya potensi intoleransi kekerasan dan potensi radikalisme di kalangan mahasiswa secara umum. Namun, Naeni menegaskan bahwa delapan kampus tersebut dipilih secara acak oleh tim peneliti.
Menurut Naeni, tujuan penelitian ini adalah untuk memahami kompleksitas pertumbuhan gerakan dakwah di perguruan tinggi. Juga bertujuan untuk mengidentifikasi respon kampus terhadap gerakan dakwah di kampus dan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan terkait strategi penanganan potensi ekstremisme agama di kampus.
Tiga aktor utama
Dari hasil penelitian, Naeni menyatakan, secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang menyebarkan gerakan Islam eksklusif. Mereka di antaranya kelompok Tarbiyah, Salafi, dan Hizbut Tahrir. Ketiga kelompok ini menyusup masuk PTN melalui organisasi seperti Lembaga Dakwah Kampus (LDK).
Pandangan moderat akan lebih menguat jika bisa masuk dari dalam kampus sejak awal
Secara umum, Islam eksklusif atau sering juga disebut Islam transnasional merujuk pada pemahaman Islam yang cenderung menutup diri dari keragaman Indonesia dan berniat menyeragamkan Indonesia.
“Mereka berupaya menguasai ruang-ruang kampus seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Bahkan, masjid juga digunakan sebagai arena kontestasi gagasan. Dampaknya otomatis ruang-ruang itu akan dipenuhi bukan hanya dengan pemikiran tetapi juga program kerja mereka yang eksklusif itu,” katanya.
Selain itu, penelitian juga menyatakan bahwa pihak kampus memiliki respon yang beragam terkait penyebaran islam eksklusif ini. Sejumlah respon kampus tersebut antara lain, menyelenggarakan shalawat dan kegiatan yang diisi tokoh moderat, merombak struktur kepengurusan takmir masjid, hingga pembentukan pusat anti radikalisme dan kajian Pancasila.
Perkuat aktor moderat
Direktur Eksekutif Wahid Foundation Mujtaba Hamdi mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran pemahaman Islam eksklusif yaitu dengan melibatkan dan memperkuat para aktor-aktor yang moderat lewat organisasi mahasiswa dan kelompok lintas agama.
“Strategi lainnya yaitu dapat memperkuat lingkungan kampus pro-moderasi dengan mendorong lingkar studi. Dengan ini, pandangan-pandangan moderat akan lebih menguat jika bisa masuk dari dalam kampus sejak awal,” katanya.
Staf Khusus Kedeputian I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suaib Tahir mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk melakukan kontra-narasi tentang Islam moderat.
“Kami sudah berencana ke depan akan mengoptimalkan semua ormas Islam yang moderat, contohnya NU harus menjadi leading sector-nya. Ini harus dibekali dan diikutkan dalam penanggulangan paham-paham radikal. Sebab, ormas-ormas moderat ini yang dulu pernah memainkan peran terhadap kebangkitan Indonesia,” ujarnya.