Kesan Pertama Menjajal Honda Genio, Skutik Terbaru AHM
Pabrikan sepeda motor Astra Honda Motor memperkenalkan produk anyar mereka, Honda Genio, di Jakarta, Jumat (21/6/2019). Produk ini ditargetkan untuk menyasar pengguna sepeda motor pemula yang masih cukup besar pasarnya di Indonesia.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
Pabrikan sepeda motor Astra Honda Motor memperkenalkan produk anyar mereka, Honda Genio, di Jakarta, Jumat (21/6/2019). Produk ini ditargetkan untuk menyasar pengguna sepeda motor pemula yang masih cukup besar pasarnya di Indonesia. Kompas mendapat kesempatan menjajal untuk pertama kali skutik baru ini.
Peluncuran produk baru ini dilakukan oleh Presiden Direktur PT Astra Honda Motor (AHM) Toshiyuki Inuma, Executive Vice President Director PT AHM Johannes Loman, dan jajaran direksi pabrikan otomotif roda dua tersebut di sebuah hotel di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Inuma dalam peluncuran itu menyatakan, pengembangan desain motor anyar itu mencoba menyerap keinginan pengguna muda. Begitu juga dengan performa, fitur, hingga masalah konsumsi bahan bakar, hal itu didapat berdasarkan masukan dari para pengguna produk AHM.
”Ada tiga konsep yang membuat Honda Genio berbeda. Desainnya kasual dan fashionable. Ukuran bodi kompak. Cocok untuk kondisi jalan yang padat. Performa serta ragam fiturnya lengkap sesuai yang diharapkan konsumen,” kata Inuma.
Executive Vice President Director AHM Johannes Loman mengatakan, perkembangan tren skutik semakin beragam. Hal ini membuat mereka mencoba mengakomodasinya dengan memproduksi sepeda motor yang kinerja dan kenyamanannya sesuai dengan keinginan konsumen. ”Kami optimistis kehadiran skutik terbaru Honda ini akan disenangi masyarakat,” katanya.
Desain
Secara keseluruhan desain skutik Honda Genio ini mengingatkan konsumen dengan desain skutik AHM sebelumnya, Honda Scoopy. Jika Scoopy menggunakan konsep desain retro atau vintage, skutik anyar Genio ini sekilas mencoba menggabungkan antara konsep yang disematkan pada Scoopy dan beberapa pembaruan yang membuatnya tampak menjadi lebih modern.
Satu hal yang terlihat jelas adalah panelmeter digital (semacam multi-information display/MID). Panelmeter digital menyajikan berbagai informasi, termasuk penunjuk kecepatan, odometer, bahan bakar, dan indikator mode berkendara ECO sebagai panduan berkendara efisien.
Kaori Kanoko, desainer produk ini, mengatakan, hal lain yang berbeda dengan produk Honda sebelumnya adalah penggunaan material penyusun rangka kendaraan yang lebih kuat dan ringan.
Menurut dia, dengan material yang baru ini, secara keseluruhan berat kendaraan berkurang sekitar 8 persen. Meski begitu, rangka ini memiliki kekuatan yang lebih baik ketika kendaraan melintasi jalan yang tidak rata atau bergelombang.
Impresi berkendara
Kompas sempat menjajal motor ini dan mendapatinya cukup mudah dikendalikan. Meski tergolong sangat ringan, tetap saja motor ini mudah dikendalikan.
Menggunakan mesin eSP 110 cc SOHC dengan sistem pembakaran PGM-FI, motor ini mampu menghasilkan tenaga 6,6 kW pada 7.500 rpm. Data AHM, skutik ini mampu diajak berlari 0-200 meter dalam waktu 12,4 detik.
Seperti halnya skutik lain produksi Honda, motor ini memiliki respons yang cukup baik ketika diajak berlari. Namun, tentu saja berbeda dengan motor lain yang menggunakan kopling, skutik tidak akan bereaksi terlalu cepat ketika sang pengemudi mengajaknya berlari.
Pengguna skutik mungkin akan menyukai motor ini karena ringan dan mudah dikendalikan, khususnya bagi penduduk Indonesia yang memiliki tinggi kurang dari 170-an sentimeter (cm). Postur tubuh mungil rerata perempuan dan laki-laki di Indonesia akan terasa cocok dengan skutik ini.
Namun, agak menyulitkan bagi perempuan atau laki-laki Indonesia yang memiliki tinggi lebih dari 175 cm atau tungkai kaki yang panjang untuk mengajak skutik ini menyelinap di antara padatnya kendaraan atau di tengah kemacetan.
Dengan postur 180-an cm, Kompas mengalami kesulitan ketika melakukan manuver zig-zag, menghindari cone yang terpasang di trek, karena jarak antara lutut dan setang motor sangat dekat. Manuver harus dilakukan perlahan untuk menghindari kemungkinan sentuhan antara lutut dan setang motor yang bisa membuat kendaraan terjatuh.
Solusinya, posisi duduk di jok agak harus lebih ke belakang meski kalau harus berboncengan akan memakan porsi jok penumpang belakang.
AHM, seperti yang disampaikan Loman, optimistis bisa memperoleh pasar yang tinggi untuk produk ini. Menurut Thomas Wijaya, Direktur Pemasaran PT AHM, pasar skutik di Indonesia mencapai 2 juta unit per tahun. Dan, masih menurut Thomas, hasil survei mereka menunjukkan, delapan dari 10 pengguna skutik di Indonesia adalah pengguna produk AHM. Hal itulah yang membuat mereka optimistis terhadap produk baru ini.