BELO HORIZONTE, SENIN – Timnas Jepang hadir di Copa America 2019 bersama Qatar sebagai tim undangan. Namun, kehadiran tim ”Samurai Biru” tidak sepenuhnya diharapkan. Mereka dicibir karena membawa pasukan usia muda di Brasil.
Publik sepak bola sebetulnya penasaran dengan sepak terjang Jepang di Piala Dunia Rusia 2018. Ketika itu mereka menjadi satu-satunya wakil Asia yang lolos ke babak 16 besar, memaksa bintang seperti Robert Lewandowski (Polandia) dan Sadio Mane (Senegal) mengepak koper lebih cepat.
Samurai Biru bahkan menggegerkan ketika sempat unggul 2-0 atas tim peringkat satu dunia saat itu, Belgia, berkat gol Takashi Inui dan Genki Haraguchi, pada babak 16 besar. Meski akhirnya kalah 2-3, mereka disambut meriah saat tiba di Tokyo.
Setahun berlalu, publik mengharapkan suguhan serupa dari Samurai Biru di Copa America 2019. Menariknya, tidak ada Inui, Haraguchi, maupun Shinji Kagawa di Brasil. Jepang membawa anggota skuad timnas U-23 seperti Ayase Ueda dan Takafusa Kubo.
Langkah Jepang itu bertolak belakang dengan yang dilakukan peserta lain seperti Uruguay dan Chile, yang memboyong para pemain gaeknya seperti Alexis Sanchez dan Diego Godin ke Brasil. Jepang pun dianggap ”alien”. Pelatih Venezuela Rafael Dudamel misalnya, menilai Jepang tidak menghargai Copa America, turnamen internasional tertua sejagat.
”Saya tidak setuju dengan hadirnya Jepang menggunakan skuad U-23 di turnamen ini. Itu menunjukkan mereka kurang menghargai turnamen kami. Copa America semestinya hanya diikuti anggota CONMEBOL,” ungkap Dudamel seperti diberitakan Japan Today.
Pelatih Paraguay Eduardo Berizzo juga tidak suka Copa America mengundang tim di luar CONMEBOL meskipun itu telah menjadi tradisi lama. Jepang pernah tampil pada edisi 1999. Saat itu, mereka menjadi juru kunci grup A. ”Saya tidak pernah melihat tim Amerika Selatan di Piala Eropa. Copa America pun semestinya hanya untuk tim Amerika,” ujarnya.
Pelatih Jepang Hajime Moriyasu mengabaikan suara-suara sumbang yang memojokkan timnya. Terlepas dari skuad yang dibawanya, Jepang selalu tampil dengan ciri khas yaitu kompetitif dan selalu mengejar kemenangan. Meskipun muda, tim itu tampil percaya diri dan bertumbuh di Brasil. Sempat kalah 0-4 dari Chile pada laga pertama grup C, Jepang bangkit dan menahan Uruguay 2-2.
Jepang berpeluang lolos ke perempat final jika menang atas Ekuador pada laga terakhir grup, Selasa (25/6/2019) pukul 06.00 WIB, setidaknya sebagai tim peringkat ketiga terbaik. ”Kami bekerja keras dan mencari tantangan. Kami punya peluang bagus lolos ke babak berikutnya,” ujar Moriyasu.
Kehadiran tim U-23 Jepang di Brasil tidak lepas dari visi besar negara itu. Mereka ingin skuad muda itu mencicipi atmosfer sengit di Copa America 2019 sebagai modal tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Jepang menargetkan juara Olimpiade di rumah sendiri.
Selain Copa America, para pemain yang sama, seperti Ueda dan Koji Miyoshi, juga telah diasah lebih dulu di Asian Games Jakarta-Palembang, 2018 silam. Tatkala tim-tim lain seperti Korea Selatan menghadirkan para pemain berpengalaman, termasuk Son Heung-min, Jepang tetap fokus ke para pemain mudanya. Tim yang juga diplot untuk Piala Dunia Qatar 2022 itu menjadi runner up Asian Games 2018. Samurai Biru seolah menunjukkan, mereka ingin menjemput masa depan. (AP)