Ruang Bermain Berperan Mengurangi Kenakalan Remaja
Ruang publik terpadu ramah anak dinilai sebagai solusi tepat mengembangkan potensi anak agar mereka terhindar dari perilaku negatif. Sayangnya, ketersediaan ruang publik terpadu ramah anak di Ibu Kota masih kurang.
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Salah satu penyebab maraknya kenakalan remaja, seperti tawuran, narkoba, seks bebas, dan perundungan, yang sering terjadi di Jakarta adalah keterbatasan ruang bermain. Ruang publik terpadu ramah anak dinilai sebagai solusi tepat mengembangkan potensi anak agar mereka terhindar dari perilaku negatif.
Sayangnya, ketersediaan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Ibu Kota masih kurang. RPTRA yang sudah ada juga belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas anak.
Kepala Suku Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Jakarta Barat Unas Affandi, Rabu (26/6/2019), mengatakan, di Jakarta Barat saat ini baru tersedia 56 RPTRA. Jumlah itu masih jauh dari yang dibutuhkan masyarakat karena RPTRA seharusnya ada di setiap wilayah rukun warga (RW).
”Keberadaan lokasi tanah juga bisa memengaruhi karena susah mencari lahan kosong. Namun, saat ini sedang ada proses pembangunan taman bermain dan dua RPTRA,” kata Unas saat meninjau kegiatan peluncuran CSR oleh Mowilex Indonesia di Cengkareng, Jakarta Barat.
Data dari jakarta-tourism.go.id menyebutkan, pada 2018, Pemerintah Provinsi DKI sudah mendirikan 290 RPTRA di setiap kelurahan. Jumlah itu melampaui target yang ditentukan, yaitu sebanyak 267 RPTRA.
Ia menambahkan, meskipun jumlah RPTRA di Jakarta Barat masih kurang, pemerintah tetap mendorong masyarakat agar memanfaatkan secara maksimal RPTRA yang tersedia. Salah satu kegiatan positif yang dapat dilakukan adalah membuka ruang bagi remaja untuk mengembangkan bakatnya di bidang yang disukai, seperti olahraga, seni lukis, atau seni tari.
Salah satu kegiatan positif yang dapat dilakukan adalah membuka ruang bagi remaja untuk mengembangkan bakatnya di bidang yang disukai, seperti olahraga, seni lukis, atau seni tari.
Lomba mural
Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan potensi anak dan menjauhkan mereka dari pergaulan bebas adalah kegiatan lomba melukis mural dan dialog interaktif. Kegiatan itu digelar di RPTRA Utama Cengkareng pada Rabu pagi.
Acara itu diikuti para pelajar dari 12 sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Cengkareng. Mereka ditantang membuat karya mural yang berisi pesan untuk menjauhi narkoba, stop perundungan, menjauhi seks bebas, dan stop kekerasan pada perempuan serta anak.
”Di antara teman sendiri sering juga terjadi perundungan. Jadi, salah satu tujuan acara ini adalah agar mereka tahu bahwa perundungan itu bagian dari kekerasan,” katanya.
Ada juga perlombaan melukis mural tentang stop narkoba yang bertujuan mengingatkan generasi muda tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Sebab, pola penggunaan narkoba belakangan ini mulai bergeser dan menyasar generasi muda Indonesia.
Unas berharap, dengan keterlibatan para pelajar dalam kegiatan ini, mereka bisa membagikan pengetahuan itu di lingkungan bermain ataupun sekolah masing-masing.
She & GA Department Head Mowilex Indonesia Suratman menambahkan, kegiatan CSR yang dilakukan Mowilex Indonesia diselenggarakan sebagai upaya perusahan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sosial. Kegiatan ini juga bertujuan membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewujudkan DKI Jakarta sebagai kota layak anak.
”Kami mendukung apa pun yang dilakukan pemerintah. Salah satu tolok ukur (kota layak anak) adalah sisi pengelolaan RPTRA,” kata Suratman.