Sentra Padi di Jabar Terancam
Ribuan hektar lahan di Kabupaten Cirebon, Kuningan, Subang, dan Karawang, yang merupakan sentra padi di Jawa Barat, dilanda kekeringan dan terancam puso.
CIREBON, KOMPAS — Kekeringan yang melanda sentra padi di Jawa Barat berdampak bagi petani. Selain menambah ongkos produksi, petani terpaksa memanen lebih awal. Tanpa langkah antisipasi, ribuan hektar sawah terancam puso.
Dari pantauan pada Selasa (25/6/2019), kekeringan melanda sejumlah daerah di Kabupaten Cirebon dan Kuningan. Ancaman kekeringan juga ditemui di Subang dan Karawang. Batang padi tampak kecoklatan dan tanah retak-retak. Saluran irigasi kering. Kalaupun masih ada air, petani mengandalkan pompa untuk menyedot air tanah dan mengalirkannya ke sawah.
Di Desa Kamarang, Kecamatan Greged, Cirebon, petani memanen lebih awal. Padi yang berumur lebih dari dua bulan itu kehabisan pasokan air. Akibatnya, hasil panen anjlok.
”Dari 250 bata (3.500 meter persegi) hasilnya cuma 2,5 kuintal gabah kering giling (GKG). Normalnya bisa 1,5 ton GKG. Ada sekitar 50 hektar sawah di sini yang kekeringan. Kalau membuat sumur, kedalamannya harus sekitar 80 meter. Biayanya Rp 300-an juta,” kata Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Desa Kamarang Ero Sumanto.
Di Desa Lebak Mekar, Greged, petani terpaksa membeli air untuk menyelamatkan lahannya. Upaya itu pun tidak optimal karena medan yang sempit dan menanjak. ”Saya beli 8.500 liter air seharga Rp 350.000. Namun, hanya cukup mengairi lahan seluas 36 meter persegi,” ujar Suhadi (45), petani yang menggarap 1,4 hektar sawah.
Ia khawatir, panen musim gadu kali ini tidak mampu meraup hasil normal, yakni 7 ton GKG. ”Dapat setengahnya saja bagus. Modal tanam saya bertambah dari Rp 15 juta menjadi Rp 20 juta. Ini untuk beli air dan menjalankan mesin pompa,” ujarnya.
Hingga Selasa siang, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, areal yang terdampak kekeringan mencapai 846 hektar dengan 200 hektar kategori berat atau terancam gagal panen. Adapun 4.459 hektar lainnya termasuk dalam kategori terancam kekeringan. Padahal, dalam setahun, Cirebon mampu memproduksi sekitar 560.000 ton GKG.
Imbauan beralih
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Herman Hidayat menyatakan telah mengimbau petani untuk beralih komoditas dari padi ke palawija untuk daerah yang kerap dilanda kekeringan. Apalagi, saat ini, dari sasaran tanam April-September seluas 42.980 hektar, baru sekitar 43 persen yang ditanami padi.
”Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk menambah mesin pompa,” ujarnya. Kemarin, tim Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai Kementerian Pertanian Wilayah Jabar mengecek lahan yang dilanda kekeringan di Cirebon.
Di Desa Tanjungrasa, Patokbeusi, Subang, sejumlah petani memilih risiko tetap menanam padi meskipun kekeringan mengancam. Tarkim (72), petani setempat, mengatakan, risiko menanam padi saat ini adalah biaya bertambah untuk mesin pompa dan membeli selang. ”Setiap tiga hari sekali butuh tambahan biaya hingga Rp 70.000 guna membeli bensin untuk pompa air,” ujarnya. Saat ini usia tanaman padi miliknya sekitar 20 hari dan akhir September diperkirakan panen.
Berbeda dengan Deden (33), petani di Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, yang menunda menanam padi karena minimnya pasokan air irigasi. Saat ini, sawahnya seluas 8.200 meter persegi itu belum diolah dan menunggu air bendungan.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Subang Asep Heryana, sekitar 2.600 hektar terancam kekeringan. Adapun target panen di Subang untuk musim ini seluas 93.891 hektar. Hingga kini, Dinas Pertanian Subang menyalurkan 20 mesin pompa air, tersebar di Kecamatan Compreng, Cipunagara, Pauaran, Cikaum, Patokbeusi, dan Binong.
Sementara itu, di wilayah Kabupaten Karawang terdapat sejumlah kecamatan yang rawan kekeringan, antara lain Kecamatan Tegalwaru, Pangkalan, Pakisjaya, Batujaya, Cibuaya, dan Cilamaya Wetan.
Untuk menekan dampak kekeringan, Dinas Pertanian Karawang juga menyalurkan mesin pompa air ke daerah-daerah yang memiliki sumber air dari sungai dan embung. Sementara di daerah yang lahannya memiliki sumber air yang kurang mencukupi, disarankan tidak menanam padi. (MEL/IKI)