Beras Bulog Butuh Solusi
Pemerintah perlu memikirkan solusi atas problem stok ribuan ton beras yang rusak yang menumpuk terlalu lama di gudang-gudang Bulog di sejumlah daerah karena tak tersalurkan.
JAKARTA, KOMPAS Ribuan ton beras stok lama yang menumpuk di gudang Bulog di sejumlah daerah perlu mendapat perhatian serius. Tanpa solusi penyaluran yang memadai, ribuan ton beras Bulog itu terancam rusak dan sia-sia.
Di gudang Bulog Jawa Barat, beras yang tersimpan hingga Juni 2019 sudah memenuhi stok mencapai 300.000 ton. Jumlah itu termasuk stok beras tahun 2018 sekitar 48.000 ton. Hingga akhir tahun ini diperkirakan masih ada penambahan lagi dari penyerapan petani sekitar 50.000 ton.
”Stok beras yang menumpuk dari 2018 dan Januari 2019 sampai Juni ini belum dapat disalurkan. Kalau terlalu lama disimpan, lebih dari tiga bulan, tentu akan terjadi penurunan kualitas. Sehebat apa pun perawatan, kalau terlalu lama disimpan bisa membusuk,” kata Kepala Divre Jawa Barat Perum Bulog Benhur Ngkaimi di Bandung, Rabu (26/6/2019).
Benhur menuturkan, Bulog kesulitan menyalurkan beras ke pasar umum karena berat bersaing dengan kompetitor atau perusahaan swasta lain yang memiliki keleluasaan harga dalam membeli beras dari petani. Hal ini karena Bulog diwajibkan menyerap beras petani dengan harga yang sudah ditentukan, sementara di pasar umum harus bersaing dengan harga pasar yang jauh lebih murah.
Persediaan beras di gudang Bulog Jawa Tengah juga masih melimpah, yakni 150.000 ton. Kepala Perum Bulog Divre Jateng Taufan Akib mengatakan, persediaan beras itu berasal dari pengadaan tahun 2018 hingga Juni 2019.
Jumlah persediaan beras di gudang tahun ini lebih banyak karena penyaluran rutin beras Bulog melalui program beras sejahtera dan beras untuk rumah tangga miskin sudah tidak ada. Padahal, saat program-program tersebut masih berjalan, kebutuhan penyaluran beras mencapai sekitar 43.000 ton per bulan.
Sebagian beras yang sudah lama tersimpan di gudang Bulog Jateng juga mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu tersebut meliputi perubahan warna beras menjadi lebih kusam dan berat beras menurun. Di gudang Bulog Subdivre Banyumas, Jateng, 500 ton beras yang tersimpan rusak. Beras diserang hama Rhyzoperta akibat terlalu lama menumpuk di gudang.
Kepala Bulog Subdivre Banyumas Sony Supriyadi mengatakan, saat ini di sembilan gudang milik Bulog terdapat persediaan beras 19.400 ton. Dari jumlah itu, 10.000 ton adalah beras lama yang masuk ke Bulog pada periode April-Juli 2018. Dari jumlah 10.000 ton beras lama itu, 500 ton rusak terserang Rhyzoperta.
Sebelumnya, diberitakan, ribuan ton beras siap distribusi di gudang-gudang Bulog Jawa Timur terancam rusak atau tidak layak konsumsi. Saat ini setidaknya 10.000 ton beras di Jatim atau hampir 50 persen dari jumlah beras tidak layak secara nasional dinyatakan tidak layak konsumsi dan harus didisposal (Kompas, 26/6).
Secara terpisah, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir di Jakarta, menyatakan, pemerintah perlu memberikan saluran penjualan dari gabah atau beras dari petani yang diserap Bulog. Dengan demikian, gabah atau beras dari petani yang diserap Bulog berdasarkan penugasan pemerintah itu tidak menumpuk di gudang, tetapi mendapat penyaluran penjualan beras.
Bentuk-bentuk penyaluran beras Bulog itu, misalnya alokasi beras untuk pegawai negeri sipil serta anggota TNI dan Polri. Pemberian bantuan beras kepada PNS serta anggota TNI dan Polri tidak berupa uang, tetapi beras secara langsung.
Selain itu, menurut Winarno, pemerintah, terutama Kementerian Sosial, juga dapat meningkatkan pembelian beras dari Bulog untuk memasok beras di daerah dalam program bantuan pangan non-tunai (BPNT).(SEM/XTI/DKA/REN/FER)