Jembatan Teluk Kendari Bakal Percepat Konektivitas
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Perkembangan pembangunan Jembatan Teluk Kendari di Sulawesi Tenggara sepanjang 1,34 kilometer mencapai lebih dari 59 persen. Jembatan yang ditargetkan tuntas pada Februari 2020 ini diyakini akan mempercepat konektivitas wilayah. Namun, kendala pembebasan lahan masih membayangi penyelesaian jembatan senilai Rp 800,9 miliar ini.
Pembangunan jembatan yang menghubungkan dua sisi selatan Teluk Kendari ini terus dilakukan, Kamis (27/6/2019). Sejumlah pekerja terlihat bekerja, baik di sisi jalan pendekat maupun tiang utama yang sedang dikerjakan.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XXI Kendari Yohanis Tulak Todingara mengatakan, jembatan ditargetkan selesai pada Februari 2020 mendatang. Setelah tuntas dan bisa digunakan, jembatan akan menyingkat waktu tempuh dari Kota Lama ke daerah Bungkutoko.
Saat ini, untuk mencapai kedua sisi kota tersebut, dibutuhkan waktu puluhan menit berkendara. Jarak kedua lokasi ini mencapai 25 km. Saat berkendara dari Kota Lama ke Bungkutoko, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Sebagian warga yang ingin menyingkat waktu menggunakan sampan untuk menyeberang dengan biaya Rp 10.000.
“Dari segi waktu pasti akan sangat singkat karena dari 25 km menjadi 1,3 km dengan adanya jembatan. Dengan jembatan akan sangat cepat dan mendukung integrasi kota. Sebab, di Bungkutoko ada pelabuhan baru (new port) dan di sisi kota satu ada depo pertamina,” jelas Tulak.
Tidak hanya itu, tambahnya, kehadiran jembatan juga akan mendukung pariwisata kota ke depannya. Lokasi-lokasi wisata yang ada akan mudah ditempuh dan dicapai dengan Jembatan Teluk Kendari ini.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Pembangunan Jembatan Teluk Kendari Kementerian PUPR Armen Adekristi menyebutkan, progres pembangunan jembatan mencapai 59,15 persen. Salah satu fokus utama yang sedang dikerjakan adalah pembangunan dua tiang utama setinggi 84 m.
“Sekarang sedang melanjutkan berbagai pekerjaan, utamanya untuk dua tiang utama. Masing-masing tingginya 84 m dan terbagi dalam 21 tingkat. Untuk saat ini sudah terbangun 12 tingkat. Masing-masing tingkatnya rata-rata 3-3,5 m,” jelas Armen yang dihubungi dari Kendari.
Dua buah tiang utama jembatan ini, lanjut Armen, nantinya akan terhubung dengan bentang jalan utama sepanjang 200 m. Meski begitu, saat ini, baru dilakukan pembangunan bentang pendekat di satu sisi jembatan. Pembangunan jembatan hingga tuntas ditargetkan pada Februari 2020 mendatang. Ia optimis jembatan bisa selesai pada waktunya karena semua fondasi dan tiang yang menjadi titik kritis telah berdiri.
Konstruksi Jembatan Teluk Kendari resmi dikerjakan sejak Agustus 2016 lalu. Jembatan senilai Rp 800,9 miliar ini dikerjakan konsorsium PT PP dan PT Nindya Karya dengan kontrak tahun jamak. Jembatan ini direncanakan selebar 20 m yang terdiri dari empat lajur lengkap dengan median jalan dan trotoar.
Akan tetapi, tambah Armen, memang masih ada beberapa kendala di lapangan. Salah satunya adalah kendala lahan yang belum bebas. Pihaknya, bersama Pemerintah Provinsi Sultra berusaha untuk melakukan sosialisasi agar hal ini cepat selesai.
Pembebasan lahan
Jembatan Teluk Kendari awalnya direncanakan selesai Juli 2019. Waktu ini telah menjadi bagian dari penambahan waktu pertama karena adanya keterlambatan pengerjaan, akibat pembersihan ranjau laut terlebih dahulu.
“Kontrak awal kita itu November 2015. Tapi karena ada pembersihan, kami baru kerja pada Juli 2016. Ada keterlambatan delapan bulan, jadi kami ajukan adendum pertama selesai pada Juli 2019,” terang Armen.
Dalam pengerjaannya, tambah Armen, juga ada revisi tentang konstruksi tiang pancang. Hal itu merujuk konstruksi yang dibangun harus tahan gempa. Tiang yang awalnya sedalam 40 m, bertambah jadi 60 m. Dimensi tiang, juga desain otomatis berubah yang berdampak pada waktu.
Selain kedua hal ini, salah satu hal utama yang juga menghambatnya adalah adanya kendala pembebasan lahan. Sejauh ini, masih ada 13 bidang tanah yang belum dibebaskan sehingga beberapa proses pembangunan tidak bisa langsung dikerjakan. Sebagian besar bidang tanah yang belum bebas itu terdapat di sisi Kota Lama. Beberapa bangunan tua terlihat masih berdiri di sektiar wilayah pengerjaan bagian jalan pendekat jembatan.
“Karena lahan ini juga, maka kami ajukan adendum penyelesaian pada Februari 2020. Ini baru ditandatangani kemarin.” katanya.
Pemerintah pusat sebenarnya telah membebaskan 20 bidang lahan yang dibebaskan pada 2018 lalu. Pemprov Sultra sendiri telah menyelesaikan sekitar 30 bidang lahan pada 2015 lalu. Namun, pada 2016 dan 2017, Pemprov Sultra tidak lagi menganggarkan dana untuk pembebasan lahan. Hingga saat ini, 13 bidang lahan menunggu untuk diselesaikan.
“Oleh karena itu, kami putuskan untuk ambil alih saja tahun ini. Tentunya sayang kalau jembatannya seperti ini tapi tidak tuntas karena ada sebagian lahan yang belum bebas. Kami ajukan anggaran di daftar isian pelaksanaan anggaran sekitar Rp 7 miliar untuk membebaskan 13 bidang lahan ini,” urai Armen.
Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.