Provinsi Nusa Tenggara Barat mendapat kuota Jemaah haji sebanyak 4.476 orang tahun ini. Dari jumlah itu, terselip jemaah tertua, Kedim, alias Amak Rukman (92), asal Desa Dangiang, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
Provinsi Nusa Tenggara Barat mendapat kuota jemaah haji sebanyak 4.476 orang tahun ini. Dari jumlah itu, terselip anggota jemaah tertua, Kedim, alias Amak Rukman (92) asal Desa Dangiang, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.
”Alhamdulillah, tunas doa adek tiang dait selapuq Jemaah haji selamat tulak-lalo beribadah haji, (Alhamdulillah, saya minta doa supaya semua anggota jemaah selamat pergi-pulang menunaikan ibadah haji,” katanya.
Ditemui di sela-sela mengikuti manasik haji, Kamis (27/6/2019), di Asrama Haji NTB, Mataram, Kedim tampak bersemangat menyimak cara memasang pakaian ihram dari petugas Kelompok Bimbingan Ibadah Haji. Malah ia berlari-lari kecil mengelilingi miniatur Kabah di Asrama Haji itu ketika jemaah calon haji lainnya kebanyakan berjalan.
Kepala Seksi Haji dan Umroh Kemenag Lombok Utara Muliartha mengatakan, jemaah calon haji asal lima kecamatan di Lombok Utara berjumlah 126 orang, tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 9, yang akan diberangkatkan 17 Juli dari Embarkasi Lombok menuju Madinah, Arab Saudi. Jemaah calon haji Lombok Utara termasuk kloter gabungan bersama jemaah asal Kota Mataram dan Lombok Barat.
Kedim salah satu di antaranya yang mendapatkan prioritas karena berusia lanjut. Dari total anggota jemaah Lombok Utara itu, ada 13 orang yang berusia di atas 80 tahun. ”Tahun lalu usianya 91 tahun, tahun ini sudah 92 tahun, dia anggota jemaah paling tua,” kata Muliartha tentang usia Kedim setelah dikonfirmasi petugas dari keluarga dan kerabatnya di Desa Dangiang.
Menurut Kedim, niat berhaji tercetus sejak 30 tahun lalu. Sejak saat itu, ia menyisihkan sen demi sen hasil penjualan tanaman jagung dan kacang tanah dari lahan garapannya seluas 1.200 meter persegi, kemudian ditabung untuk mencicil biaya pemberangkatan ibadah haji (BPIH) Rp 38,5 juta tahun ini.
Tahun lalu usianya 91 tahun, tahun ini sudah 92 tahun, dia anggota jemaah paling tua.
Uang penjualan komoditas pertanian itu juga digunakan untuk membeli sapi. Setelah usia tertentu, ternak sapi itu dijual kemudian hasil penjualannya ditabung di sebuah bank syariah di Lombok Utara. Niat untuk segera berangkat sudah tidak terbendung lagi sehingga tidak ada pilihan lain kecuali menjual ternak sapinya satu per satu.
Empat tahun lalu, Kedim bisa melunasi setoran awal sebanyak Rp 25 juta. Uang itu diperoleh dari penjualan 15 sapi. Selama menunggu pemberangkatan, Kedim terus berdoa agar segera mendapatkan panggilan berhaji. Sekitar akhir November 2018, doanya terkabulkan menyusul adanya kepastian dari Kemenag NTB, ia termasuk anggota jemaah yang berangkat haji Juli ini.
”Alhamdulillah Nenek Kaji Si Kuase pirengan penunasan tiang sak jari panjak ne,” (Alhamdulillah, Allah Yang Maha Kuasa mendengar permintaan saya sebagai umat-Nya),” ucapnya.
Agar bisa berangkat, ia harus melunasi BPIH tahun ini. Caranya ia menjual sapi peliharaannya sebanyak 12 ekor. Saat ini Kedim sibuk memelihara empat kambing miliknya.
Setoran BPIH itu murni dari hasil jerih payah kakek 13 cucu dari 8 istri sebagai petani dan peternak. Tidak ada keluarga yang mendampinginya berhaji, tetapi Kedim tetap semangat dan percaya diri.
Dari tiga jenis haji—haji tamattu, ifrat, dan qiran—Kedim memilih menjalankan haji tamattu haji. Pilihan haji tamattu karena ia sering lupa, selain persyaratannya lebih longgar seperti bisa melepas pakaian ihram setelah ibadah umrah, tahallul (cukur), tawaf dan Sa’i di Masjidil Haram.