Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mulai mengembangkan kota tua di Kecamatan Jamblang untuk menarik wisatawan. Kawasan itu memiliki sejumlah bangunan usia ratusan tahun, kuliner khas nasi jamblang, dan kerajinan gerabah.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mulai mengembangkan kota tua di Kecamatan Jamblang untuk menarik wisatawan. Kawasan itu memiliki sejumlah bangunan usia ratusan tahun, kuliner khas nasi jamblang, dan kerajinan gerabah.
”Cirebon tidak kalah dengan Kota Tua Jakarta. Di Jamblang, tidak hanya bangunan tua, tetapi juga ada kuliner, kerajinan, dan simbol toleransi,” ujar Pelaksana Tugas Bupati Cirebon Imron Rosyadi saat acara Deklarasi Destinasi Wisata Kota Tua Jamblang, Kamis (27/6/2019), di Wihara Dharma Rhakita, Desa Jamblang.
Imron mencontohkan, Wihara Dharma Rhakita yang diperkirakan berdiri pada abad ke-15 merupakan wujud toleransi di Cirebon. Alasannya, sebuah batang kayu yang masih berada di atap wihara berasal dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kota Cirebon. Masjid itu peninggalan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Sanga, sembilan tokoh penyebar agama Islam di Jawa.
Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat mengatakan, saat itu, Sunan Gunung Jati menyetujui permintaan warga Tionghoa untuk membangun kelenteng di Jamblang. ”Meskipun penyebar agama Islam, beliau tetap menghormati budaya dan agama lain,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Arief, peninggalan bangunan bersejarah seperti Wihara Dharma Rhakita memiliki potensi pariwisata yang besar. Dalam kesempatan itu, Arief yang juga Ketua Forum Bisnis Cirebon menandatangani naskah kesepahaman dengan pemerintah desa setempat untuk mendukung pengembangan kawasan kota tua Jamblang.
Apalagi, Jamblang memiliki kuliner khas nasi jamblang. Kuliner berupa nasi putih dan aneka lauk yang disajikan dengan daun jati tersebut beberapa tahun terakhir kerap diincar wisatawan. Rumah makan dan restoran dengan menu nasi jamblang menjamur di Kota Cirebon.
Padahal, kuliner itu berasal dari Jamblang, sekitar 18 kilometer dari pusat pemerintahan Kota Cirebon. Selain kuliner, Jamblang juga terkenal dengan gerabah Sitiwinangun. Aneka produk tanah liat, seperti celengan, gelas, dan gentong, tersaji di sana.
Namun, menurut Arief, kawasan kota tua Jamblang perlu ditata. Sejumlah gedung tua, misalnya, kotor dan berdebu. Sampah juga masih berserakan di pinggir jalan. ”Kalau mau menjadi destinasi wisata, daerahnya harus aman, nyaman, dan bersih,” ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon Hartono mengatakan, terdapat 10 bangunan tua di Jamblang yang akan direvitalisasi pada 2020. ”Biayanya, Rp 15 miliar dari APBD Provinsi Jabar. Deklarasi destinasi wisata kota tua Jamblang ini baru awal. Selanjutnya, ada penataan,” tuturnya.
Selain Jamblang, pihaknya juga akan mengembangkan destinasi wisata baru di Desa Kamarang, Kecamatan Greged, untuk persawahan dan Batu Lawang, Gempol, untuk wisata panjat tebing. ”Harapannya, jumlah wisatawan ke Cirebon meningkat dari sebelumnya 1,6 juta menjadi 1,9 juta orang,” ujarnya.