Saluran Irigasi Rusak di Karawang Mendesak Diperbaiki
Sebagian petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan kekurangan air karena kondisi saluran irigasi yang rusak dan dangkal. Akibatnya, mereka harus menunda masa tanam dan petani lainnya rentan mengalami gagal panen.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sebagian petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengeluhkan kekurangan air karena kondisi saluran irigasi yang rusak dan dangkal. Akibatnya, mereka harus menunda masa tanam dan petani lainnya rentan mengalami gagal panen.
Asep Saepudin (38), Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, mengemukakan, kondisi saluran irigasi di daerahnya rusak sejak tahun 2015. Kondisi itu rentan membuat 200 hektar lahan sawah milik petani di desa itu terancam kekeringan dalam tiga tahun terakhir.
”Lebih banyak air yang terbuang ke luar sawah. Hal itu membuat sawah kering karena tidak mendapatkan aliran air,” kata Asep.
Air saluran irigasi sekunder di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, berasal dari Waduk Jatiluhur di Purwakarta. Saluran irigasi itu melintas di empat desa, yakni Bengle, Ciranggon, Lemahmulya, dan Majalaya, sepanjang lebih dari 3.000 meter.
Berdasarkan pantauan Kamis (27/6/2019), kebocoran di sisi kanan-kiri saluran irigasi tampak membasahi bagian luar. Air yang merembes mengalir ke arah saluran pembuangan menuju desa lainnya. Di beberapa ruas, dinding saluran bolong dan ditambal dengan tumpukan karung berisi tanah.
Minimnya debit air yang mengaliri sawah membuat mayoritas petani memilih menunda masa tanam. Solehudin (35), petani Desa Majalaya, menunda masa tanam padi sawahnya karena jumlah air yang ada belum mencukupi. Ia khawatir, jika mengolah padinya sekarang, tanaman padinya akan kekurangan air di puncak musim kemarau.
Ia mengatakan sudah dua kali berturut-turut gagal panen pada musim kemarau. ”Kalau saluran irigasinya baik, tentu air akan mengalir ke sawah saya yang letaknya ada di hilir. Sayangnya, saluran itu tidak segera diperbaiki,” ujar Soleh.
Hal senada juga dikeluhkan Deden (33), petani Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon. Menurut dia, debit irigasi yang minim membuatnya harus menunda pengolahan sawah sehingga mundur tiga minggu. ”Belum ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki irigasi di sekitar sawah kami,” ungkapnya.
Adapun, kendala lain yang dihadapi adalah pendangkalan saluran irigasi yang menyebabkan debit air tidak maksimal. Debit air berkurang drastis di daerah hilir akibat pendangkalan di sepanjang saluran. Tak hanya itu, sampah eceng gondok dan rumah tangga juga memenuhi saluran irigasi. Akibatnya, air yang tertampung tumpah di kanan-kiri badan saluran. Camat Majalaya Agus Kurnia mengaku sudah mengajukan proposal ini sejak 2015. Namun, dia baru mendapatkan respons pada Juni 2019.
Supervisor PJT II Unit Telagasari Alimin menyebutkan, pihaknya telah berupaya membantu para petani memenuhi kebutuhan air sebaik mungkin. Dibutuhkan sinergi berbagai pemangku kepentingan untuk menyelesaikannya
Dalam pendistribusian air di wilayah tersebut, PJT II mengalirkan air dengan debitnya 500 liter per detik. Sejak tiga tahun terakhir, PJT II menambah debit air menjadi 800 liter air per detik. Penambahan itu berdasarkan keluhan para petani yang sawahnya tidak mendapatkan air karena letaknya di bagian hilir.
Upaya untuk mencegah kebocoran air irigasi juga dilakukan petani setempat dan PJT II melalui kerja bakti sebanyak dua kali dalam seminggu, antara lain pembersihan eceng gondok, pengangkatan sampah yang menutupi pintu air, serta pemasangan karung berisi tanah untuk menutup kebocoran di tembok saluran.
Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karawang akan melakukan perbaikan saluran irigasi sekunder secara bertahap. Menurut Kepala Seksi Perencanaan Sumber Daya Air di Dinas PUPR Karawang Rabudi Priyana, prakiraan anggaran untuk proyek perbaikan di Majalaya sekitar Rp 600 juta. ”Daerah ini menjadi prioritas yang mendesak untuk diselesaikan. Proyek ini ditargetkan selesai sebelum musim kemarau berakhir,” kata Rabudi.