Warga yang Tenggelam di Perairan Kuta Lombok Ditemukan Tewas
Tim gabungan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram, Polisi Air dan Udara Kuta, Kepolisian Sektor Kota, dan Taruna Siaga Bencana, Kamis (27/6/2019), berhasil menemukan Setiadi (33), warga yang tenggelam di Teluk Dundang
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
PUJUT, KOMPAS — Setelah melakukan pencarian selama enam hari, tim gabungan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram, Polisi Air dan Udara Kuta, Kepolisian Sektor Kota, dan Taruna Siaga Bencana, Kamis (27/6/2019), berhasil menemukan Setiadi (33), warga yang tenggelam di Teluk Dundang, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Untuk menghindari kejadian serupa, Basarnas Mataram mengimbau masyarakat untuk mewaspadai gelombang tinggi di pantai selatan Lombok.
Agus Hendra Sanjaya dari Bagian Hubungan Masyarakat Basarnas Mataram, Kamis siang, di Mataram, mengatakan, Setiadi ditemukan dalam kondisi meninggal sekitar pukul 08.30. Jenazah warga Dusun Baturiti, Desa Kuta, itu ditemukan sekitar 0,25 mil laut (463 meter) dari lokasi pertama ia hanyut di Teluk Dundang, sekitar 29 kilometer selatan Praya, ibu Kota Lombok Tengah.
Menurut Agus, Setiadi hilang pada Sabtu (22/6/2019). Kejadian bermula ketika korban dan rekannya memancing di kawasan Teluk Dundang. Sekitar pukul 15.00 Wita, saat korban memancing di sekitar karang, tiba-tiba datang ombak besar. Ombak itu mengempas Setiadi dan membuatnya terjatuh ke laut. Setelah itu, tubuhnya hilang diseret ombak.
”Rekan korban langsung menginformasikan kepada keluarga. Selanjutnya, mereka bersama-sama mencari korban dengan perahu. Tetapi, ombak besar membuat pencarian dihentikan,” kata Agus.
Selain pencarian di permukaan, menurut Agus, selama enam hari tim gabungan juga menyelam. Hanya saja, pencarian terkendala gelombang yang lumayan tinggi. ”Selain itu, arus bawah laut juga sangat kencang sehingga membahayakan penyelaman,” katanya.
Menurut dia, korban pertama kali ditemukan oleh salah seorang nelayan yang tengah mencari ikan. Berdasarkan informasi itu, tim gabungan kemudian menuju tempat jenazah Setiadi berada dan mengevakuasinya. ”Setelah berhasil dibawa ke tepi, jenazah korban kemudian dibawa ke rumah duka untuk diserahkan kepada keluarga,” kata Agus.
Waspada
Menyusul kejadian tersebut, Agus meminta masyarakat untuk mewaspadai ombak di pantai selatan Lombok. Hal itu karena kawasan tersebut sudah cukup banyak memakan korban. Kejadian serupa terjadi pada akhir Desember 2018, ketika salah seorang nelayan tenggelam dan saat ditemukan sudah meninggal.
”Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat agar selalu waspada mengingat ombak di pantai selatan cukup tinggi,” ujar Agus.
Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat agar selalu waspada mengingat ombak di pantai selatan cukup tinggi.
Prakirawan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kelas II Bandara Internasional Lombok, Wulan Wandarana, mengatakan, selain peningkatan kecepatan angin di wilayah NTB, masyarakat juga harus mewaspadai gelombang tinggi yang diperkirakan hingga 2 meter.
Menurut Wulan, gelombang tinggi itu tidak hanya di Selat Lombok bagian selatan, tetapi juga di Selat Lombok bagian utara, Selat Alas bagian selatan, Laut Sumbawa, Samudra Hindia Selatan NTB, dan Selat Sape.