Eropa menjalankan diplomasi intensif membujuk Iran agar negeri itu tak melanggar kesepakatan nuklir dengan menyiapkan jalur mekanisme khusus perdagangan.
KAIRO, KOMPAS— Masa depan kelanjutan kesepakatan nuklir Iran akan ditentukan dalam pertemuan lima negara yang kerap disebut E3+2 (Perancis, Inggris, Jerman, plus China dan Rusia) dengan Iran di Vienna, Austria, Jumat (28/6/2019) ini. Kelompok E3+2 terus membujuk Iran agar tetap berkomitmen pada kesepakatan nuklir.
Sumber diplomatik di Vienna mengungkapkan, pada Kamis (27/6) Iran tak akan menambah pengayaan uranium melebihi batas yang ditetapkan dalam kesepakatan, yakni 300 kilogram, seperti ultimatum Teheran pada 17 Juni lalu. Menurut sumber itu, kemungkinan ada ”alasan politik” terkait intensifnya upaya deeskalasi ketegangan di Teluk oleh Eropa dalam beberapa hari terakhir ini.
Kesepakatan nuklir Iran, yang dikenal dengan nama resmi Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), ditandatangani Iran dan enam negara besar (AS, Perancis, Inggris, China, Rusia, plus Jerman) pada Juli 2015. AS telah mundur secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran itu pada Mei 2018, lalu menjatuhkan sanksi pada Iran.
Sebagai upaya akhir untuk menyelamatkan JCPOA, negara-negara Eropa dalam forum pertemuan Vienna, Jumat ini, akan mengumumkan stimulus jalur khusus kredit jutaan euro untuk mempermudah hubungan dagang Iran dan negara-negara Eropa tanpa mendapat sanksi dari AS.
Mekanisme Instex
Jalur khusus itu, yang disebut mekanisme Instex, merupakan saluran khusus keuangan agar perdagangan Iran dan negara-negara Eropa terus berlanjut tanpa terkena sanksi dari AS. Mekanisme Instex diperkenalkan negara-negara Eropa pada Januari lalu dalam upaya menyelamatkan JCPOA.
Uni Eropa akan membujuk Teheran bahwa jalur kredit melalui mekanisme Instex bisa dimanfaatkan Iran untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan Eropa. Namun, UE belum mengumumkan jenis komoditas yang bisa ditransaksikan dengan Iran melalui Instex karena khawatir dipantau AS.
Keputusan UE memberdayakan secara maksimal mekanisme Instex itu merupakan upaya UE membendung tekad Iran melakukan pengayaan uranium dan produksi air berat yang bisa berujung pada ambruknya JCPOA. Seperti diketahui, Iran mengeluh dan sering mengancam akan keluar dari JCPOA. Hal itu karena E3+2 dianggap tak berbuat memadai untuk menyelamatkan JCPOA dengan membuka dan meningkatkan perdagangan dengan Iran.
Puncaknya, Iran, awal Mei lalu, memberi ultimatum tenggat 60 hari pada E3+2 untuk tetap berkomitmen terhadap JCPOA dengan tetap membuka perdagangan dengan Iran. Ultimatum tenggat waktu 60 hari tersebut akan berakhir pada 7 Juli nanti.
Jubir lembaga atom Iran, Behruz Kamalundi, mengungkapkan, Iran mulai kemarin akan melakukan pengayaan uranium melebihi batas yang ditetapkan JCPOA, yakni 300 kilogram. Sekjen Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Ali Shamhani menegaskan, Iran akan melakukan langkah tahap kedua mengurangi komitmen terhadap JCPOA mulai 7 Juli nanti.
Di Markas Besar PBB di New York, AS, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan, penghormatan terhadap JCPOA selama ini hanya dilakukan satu pihak. Padahal, lanjut Ravanchi, ”Sebuah perjanjian multilateral tidak bisa diimplementasi secara unilateral. Iran sendiri tidak dapat, tidak boleh, dan tidak akan memikul beban lagi untuk menjaga kesepakatan JCPOA,” kata Ravanchi, Rabu.