Habitat bekantan di Balikpapan, Kalimantan Timur, semakin menyempit akibat alih fungsi lahan mangrove.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS – Habitat bekantan di Balikpapan, Kalimantan Timur, semakin menyempit akibat alih fungsi lahan mangrove. Akibatnya, binatang endemik Kalimantan itu kerap bersinggungan dengan manusia dan dianggap hama.
Seekor bekantan atau Nasalis larvatus ditemukan warga di sekitar Pelabuhan Penyeberangan Ferry Kariangau Balikpapan, Kamis (27/6/2019) lalu. Terdapat empat luka sayatan di kakinya dan membuat binatang berhidung panjang itu lemas.
Menurut catatan Mangrove Center Balikpapan, ini merupakan temuan keempat dalam tiga tahun terakhir. Ketua Mangrove Center Balikpapan Agus Bei mengatakan, bekantan tidak mungkin mendekati pemukiman manusia jika habitatnya tidak terganggu.
“Sifat bekantan itu pemalu. Dia pasti akan menjauh ketika melihat manusia. Ketika hutan mangrove sebagai habitatnya semakin menyempit, otomatis ruang geraknya juga sedikit. Masuklah dia ke wilayah yang dekat dengan manusia,” kata Agus saat ditemui Jumat (28/6/2019).
Sifat bekantan itu pemalu. Dia pasti akan menjauh ketika melihat manusia. Ketika hutan mangrove sebagai habitatnya semakin menyempit, otomatis ruang geraknya juga sedikit. Masuklah dia ke wilayah yang dekat dengan manusia
Belum ada catatan berapa luasan alih fungsi hutan mangrove di Balikpapan. Namun, Agus menilai, temuan bekantan yang terluka setiap tahun di sekitar permukiman menunjukkan adanya interaksi dengan manusia. Masih ada masyarakat yang menganggap bekantan itu hama sehingga dilukai.
Hutan daratan yang dirusak untuk dijadikan kebun dan pemukiman disinyalir menjadi penyebab menyempitnya habitat bekantan. Agus menilai, bekantan tidak mungkin bermigrasi terlampau jauh jika sumber makanan utamanya, termasuk buah mangrove, tersedia. Ia terpaksa mencari tempat baru untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.
Hal serupa juga ditemukan di beberapa hutan di Kaltim. Berdasarkan penelitian Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop) pada 2013-2017 di beberapa hutan Kaltim, bekantan mengalami perubahan perilaku (Kompas, 24/11/2017). Bekantan mulai bergerak di atas permukaan tanah, bahkan terpantau di areal sawit, hutan tanaman industri, hingga reklamasi tambang.
Sifat bekantan lebih banyak dihabiskan dari pohon ke pohon, sekalipun tidur. Ia hanya sesekali turun dari pohon untuk bermain dan langsung kembali beraktivitas di atas pohon.
Pada November 2018, bekantan juga ditemukan dalam keadaan kritis tetapi tidak terselamatkan di Balikpapan. Agus Bei mengatakan, pemerintah perlu membuat peraturan dan melakukan pengawasan yang ketat terkait pembukaan lahan di Balikpapan. Jika pembukaan lahan tak terkendali, bekantan akan semakin tersisih.
“Di wilayah Mangrove Center dengan luas 150 hektare, tersisa sekitar 500 bekantan. Jika tidak dijaga, ekosistem akan tidak seimbang. Akan ada binatang atau tanaman lain juga yang terancam punah,” katanya.
Kritis
Bekantan yang ditemukan terluka di Balikpapan itu tidak bereaksi sama sekali saat melihat manusia. Ia hanya tertunduk lemas meskipun manusia menghampirinya. Padahal, sifat bekantan sangat pemalu. Ia akan menjauh ketika melihat manusia.
Masyarakat yang menemukan bekantan malang itu langsung mengamankannya. Sebagaian lain menghubungi pegiat lingkungan dan Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Bekantan itu langsung dibawa ke dokter hewan terdekat untuk diberikan pertolongan pertama.
“Kami mendapat kabar pukul 16.00 Wita. Sekitar pukul 19.00 Wita kami sudah bawa ke klinik hewan terdekat. Bekantan itu diberi vitamin dan diberi antibiotik untuk menurunkan demam,” ujar Amos, Staff SKW III BKSDA Kalimantan Timur, Jumat (28/6/2019).
Bekantan itu kemudian dikirim ke Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) untuk diberikan perawatan intensif. Dokter Hewan BOSF Agus Irwanto mengatakan, bekantan itu dalam keadaan syok sepsis akibat luka yang diderita. Selain demam yang tinggi, bekantan itu juga dalam keadaan dehidrasi.
“Kami pasang infus dan pasang selang oksigen untuk membantu pernafasan si bekantan. Kondisinya sudah sangat kritis. Ditinjau dari lukanya, bekantan itu terkena sayatan benda tajam,” ujar Agus.