Hindari Serangan Hama, Gudang Beras Disemprot Pestisida
Perawatan dan pemeliharaan rutin di gudang, seperti fumigasi dan penyemprotan pestisida, dilakukan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah untuk menjaga beras tak dimakan serangga atau berjamur.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Perawatan dan pemeliharaan rutin di gudang, seperti fumigasi dan penyemprotan pestisida, dilakukan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah untuk menjaga beras tak dimakan serangga atau berjamur. Sebagian beras yang disimpan berasal dari pengadaan tahun 2018.
Sejak program beras sejahtera dan beras untuk rumah tangga miskin ditiadakan, kegiatan penyaluran rutin beras Bulog Divisi Regional (Divre) Jateng hampir tidak ada. Padahal, penyerapan beras dari petani terus dilakukan.
Kepala Bulog Divre Jateng Taufan Akib mengatakan, tidak adanya lagi penyaluran rutin membuat stok beras lama menumpuk di gudang. Untuk menjaga kualitas beras tetap baik, secara rutin Bulog melakukan fumigasi di karung beras dan penyemprotan pestisida di dinding dan langit-langit gudang.
”Fumigasi itu dilakukan dengan menyemprotkan senyawa kimia yang disebut fumigan. Fumigasi ini bersifat kuratif sehingga fumigan dapat membunuh serangga dalam tumpukan karung hingga serangga di dalam biji-bijian,” kata Taufan saat ditemui di kantornya, Kamis (27/6/2019).
Fumigasi tersebut dilakukan ketika pengendali mutu menemukan adanya indikasi serangan hama di dalam gudang. Lama proses fumigasi berkisar 7-10 hari, tergantung dari jenis hama. Menurut Taufan, fumigasi aman disemprotkan pada beras.
Adapun penyemprotan pestisida merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum atau sesudah fumigasi. Pestisida disemprotkan di dinding dan langit-langit gudang. Kegiatan ini biasanya dilakukan sekali dalam sebulan.
Saat ini, stok beras di gudang Bulog Divre Jateng sebesar 150.000 ton. Menurut Taufan, beras tersebut berasal dari pengadaan dari dalam dan luar negeri pada 2018 hingga 2019. Kini, sebagian beras dalam keadaan turun mutu. Warna beras menjadi lebih kusam dan beberapa kandungan vitaminnya menurun.
Berdasarkan pantauan di Gudang Bulog Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Kamis siang, tumpukan beras sekitar 7.700 ton bersih dari hama. Sebab, beras di gudang tersebut baru selesai difumigasi pada 10 Juni. Beras paling lama di gudang ini berasal dari pengadaan Maret 2019.
Sementara itu, di gudang Bulog Subdivre Pekalongan, penumpukan stok beras juga terjadi. Hingga saat ini ada sekitar 30.770 ton yang menumpuk. Mayoritas beras yang menumpuk berasal dari pengadaan pada tahun 2018.
”Untuk pengadaan tahun ini ada 10.000 ton. Sementara sekitar 20.770 ton lainnya merupakan beras dari pengadaan tahun lalu,” ucap Kepala Bulog Subdivre Pekalongan Rasiwan.
Selain melakukan fumigasi dan penyemprotan pestisida, Bulog Subdivre Pekalongan juga mencoba menjual beras yang menumpuk melalui operasi pasar dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH). Jumlah beras yang terjual melalui KPSH sejauh ini baru sebesar 10.000 ton. Sementara saat masih ada penyaluran rutin, setidaknya ada sekitar 4.000 ton beras yang keluar setiap bulan.
”Beras yang kami jual sulit bersaing dengan beras yang dijual di pasaran. Sebab, mayoritas beras di pasaran merupakan beras baru dengan tampilan butir beras yang lebih menarik,” ucap Rasiwan.
Tahun ini, Bulog Subdivre Pekalongan menyalurkan 2.000 ton beras ke Sumatera Selatan. Penyaluran ini sedikit membantu mengurangi penumpukan yang terjadi.
Menurut Rasiwan, penyaluran biasanya dilakukan oleh daerah yang surplus beras kepada daerah lain yang defisit beras. Hal ini bisa dilakukan apabila mendapatkan rekomendasi dari pimpinan Bulog pusat.
Rasiwan berencana mengajukan kembali penyaluran beras ke daerah lain setelah ini. Ia juga berharap, pemerintah segera memberikan alternatif penyaluran rutin agar beras tidak menumpuk terlalu lama dan rusak.