Operasi Pasar Harian Jadi Solusi Sementara Penumpukan Beras Bulog
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Penumpukan beras di gudang Perum Bulog menandakan macetnya perputaran stok. Sebagai solusi sementara, Bulog mengandalkan saluran melalui operasi pasar setiap hari dibandingkan bantuan pangan nontunai (BPNT) yang masih menunggu mekanisme teknis.
Bulog ditargetkan menyalurkan beras 1,48 juta pada 2019 lewat operasi pasar setiap hari dalam program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH). "Saat ini kami berkonsentrasi untuk melaksanakan KPSH," kata Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal, di Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Hingga saat ini, Iqbal menyebutkan, realisasi penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) melalui operasi pasar KPSH baru mencapai 30-40 persen. Pelaksanaan KPSH dilakukan dengan membanjiri pasar dengan beras atau dijual di gerai ritel milik Bulog.
Meskipun demikian, Iqbal menyatakan, pihaknya menyadari masih ada stok beras di masyarakat usai masa panen raya. Namun, dia menilai, operasi KPSH ini merupakan langkah antisipasi dalam menjaga harga beras di konsumen.
Terkait penumpukan, Iqbal mengatakan, hal itu menandakan Bulog tetap menyerap gabah/beras dari petani dalam negeri untuk pengadaan CBP. Oleh sebab itu, pihaknya menilai KPSH dan BPNT dapat menjadi sarana penyaluran untuk mempercepat perputaran beras sehingga tidak terjadi penumpukan.
Berdasarkan analisisnya, Iqbal memaparkan, penumpukan mayoritas terjadi di daerah sentra produsen beras seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Saat ini, korporasi tengah fokus dalam distribusi pasokan dari daerah sentra ke daerah-daerah nonprodusen beras.
Iqbal menambahkan, sebagian stok beras yang ada di gudang merupakan pengadaan dari 2017. Di sisi lain, Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan CBP menyatakan, Perum Bulog mesti melepas beras yang telah disimpan dalam jangka waktu minimal empat bulan.
Namun, Iqbal menyatakan, korporasi berkomitmen menjaga mutu beras untuk disalurkan. Salah satunya dengan teknik aerasi atau menjaga kelembaban udara gudang agar tetap kering.
Secara teknis, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan Perum Bulog Tomi Wijaya memaparkan, ada fumigasi dan penyemprotan yang dilakukan secara rutin untuk menjaga kualitas beras. Di tingkat pusat, mutu maupun perlakuan terhadap beras di gudang-gudang daerah terpantau secara rutin.
Operasi pasar tiap hari yang dilakukan pada pascapanen raya saat ini merupakan langkah yang tidak logis
Di sisi lain, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa berpendapat, operasi pasar tiap hari yang dilakukan pada pascapanen raya saat ini merupakan langkah yang tidak logis. Operasi pasar tersebut dapat memicu penumpukan di penggilingan tingkat kecil dan mengakibatkan penyerapan gabah di tingkat petani tersendat.
Pelaksanaan operasi pasar dalam kerangka KPSH diputuskan dalam rapat koordinasi tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, keputusan itu diambil dalam rangka memberikan kanal penyaluran bagi Bulog demi kelancaran perputaran stok beras.
Sebelumnya, Darmin memaparkan, Bulog memiliki kepastian penyaluran melalui program beras sejahtera (rastra) sebesar 230.000 ton per bulan. Namun, sejak rastra beralih menjadi BPNT, Bulog kehilangan kanal penyaluran tersebut.
Tunggu mekanisme
Saat ini, Iqbal mengatakan, Bulog tengah menunggu rincian mekanisme dan teknis penyaluran beras melalui BPNT. Sebelumnya, Kementerian Sosial memberikan kuota sebanyak 70 persen dalam penyaluran beras BPNT.
Iqbal menyoroti adanya persaingan pasar dan tuntutan memenuhi selera pasar dalam menyalurkan BPNT. Dalam BPNT, keluarga penerima manfaat (KPM) memiliki kebebasan dalam memilih beras yang dijual di E-warong. Meskipun demikian, pihaknya optimistis, kualitas beras Bulog mampu bersaing dalam BPNT.
Dibandingkan operasi pasar setiap hari melalui program KPSH, Dwi berpendapat, pemerintah dan Bulog mestinya lebih fokus dalam penyaluran beras melalui BPNT sebagai strategi melancarkan perputaran stok. "Bulog memiliki keunggulan secara operasional sehingga dapat memberikan harga yang lebih murah untuk kualitas beras yang sama dalam BPNT," katanya.