Para Penulis Nasional Hadiri Makassar International Writers Festival 2019
Oleh
RENY SRI AYU
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Makassar International Writers Festival yang digelar sejak Rabu (26/6/2019) disambut antusias, terutama oleh pegiat literasi. Berbagai hal dibahas dalam acara ini, mulai dari literasi bencana, menulis di era digital, budaya, pendidikan, hingga hidup harmoni di antara kaum mayoritas dan minoritas.
Berpusat di Benteng Rotterdam, Makassar International Writers Festival (MIWF) disambut antusias pengunjung yang memadati kawasan itu sejak pagi hingga malam. Acara digelar dalam berbagai bentuk, di antaranya seminar, diskusi, peluncuran dan pameran buku, pentas teater dan pembacaan puisi serta dongeng, hingga forum lain untuk berbagi ide dan kreativitas.
Selain di Rotterdam, acara ini juga digelar di lima kampus di Makassar, yakni Universitas Hasanuddin, Universitas Bosowa, Universitas Islam Negeri Alauddin, Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Universitas Kristen Indonesia Paulus. Total ada 58 acara dalam pergelaran ini.
Tahun ini, 68 penulis dan pembicara ikut berbagi pengalaman dan cerita tentang karya-karyanya di MIWF. Pembicara dan penulis hadir dari banyak daerah di Indonesia, di antaranya Joko Pinurbo, Fira Basuki, Sangkot Marzuki, Faisal Odang, dan Aan Mansyur.
Sejumlah peneliti ataupun praktisi dari sejumlah negara turut hadir, seperti John Van Wyhe, William Letford, John McGlynn, dan Kazuhisa Matsui. Neni Muhidin, salah satu pegiat literasi dan pemilik Perpusatakaan Nemu Buku di Palu, hadir menjadi pembicara untuk literasi bencana.
”Kita butuh banyak usaha untuk membuat masyarakat menjadi lebih literat, terutama soal bencana dan kegempaan. Di Palu, misalnya, masyarakat tahu mereka berada di Sesar Palu Koro, tapi tak cukup paham harus melakukan apa. Pemerintah juga harus lebih paham agar lebih siap,” kata Neni.
Penggagas MIWF, Lily Yulianti Farid, mengatakan, tahun ini, MIWF yang digelar ke sembilan kalinya mengusung tema ”People” sebagai respons terhadap pemilu yang baru saja selesai.
”Dalam bahasa Inggris, People berarti ’orang’, tapi juga bisa berarti ’rakyat’. People atau rakyat sering kali hanya diperhatikan saat perebutan kekuasaan. MIWF mencoba menempatkan People dengan cakupan yang lebih luas, dengan membuka banyak ruang percakapan tentang orang-orang yang berdedikasi di berbagai bidang,” kata Lily.
Tahun ini, kata Lily, MIWF juga mengusung konsep ”Zero Waste Festival” sebagai bentuk kampanye melarang penggunaan plastik sekali pakai. Komitmen ramah lingkungan ini dimulai oleh para sukarelawan dan tim kerja yang wajib membawa botol air minum isi ulang. Harapannya, hal ini bisa dilakukan bersama-sama sebagai wujud nyata kepedulian untuk ikut menjaga Bumi.