Perdagangan dan Industri Pengolahan Melambat, Rasio Kredit Bermasalah Mei 2019 Naik Tipis
Rasio kredit bermasalah industri perbankan pada Mei 2019 tercatat meningkat tipis dibandingkan rasio di bulan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan dampak dari pertumbuhan penyaluran kredit perbankan ke sektor perdagangan dan industri jasa pengolahan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rasio kredit bermasalah industri perbankan pada Mei 2019 tercatat meningkat tipis dibandingkan dengan rasio di bulan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan dampak dari pertumbuhan penyaluran kredit perbankan ke sektor perdagangan dan industri jasa pengolahan.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terdiri dari NPL gross dan NPL net. NPL gross membandingkan antara kredit kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang disalurkan. Adapun NPL net membandingkan kredit macet terhadap kredit yang disalurkan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPL gross perbankan pada Mei 2019 sebesar 2,61 persen, meningkat tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,57 persen. Sejalan dengan ini, rasio NPL net perbankan juga naik menjadi 1,18 persen dari April 2019 sebesar 1,15 persen.
Dihubungi pada Jumat (28/6/2019), Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot mengatakan, terhambatnya pembayaran kredit dari sektor perdagangan dan industri jasa pengolahan kepada perbankan turut berkontribusi terhadap peningkatan rasio NPL.
”Secara sektoral, kontributor peningkatan NPL berasal dari sektor perdagangan dan industri pengolahan. Masing-masing dari kedua sektor ini mengalami peningkatan,” ujarnya.
Secara sektoral, kontributor peningkatan NPL berasal sektor perdagangan dan industri pengolahan. Masing-masing dari kedua sektor ini mengalami peningkatan.
Menurut Sekar, kenaikan tersebut berada di level yang terjaga, yakni di bawah ambang batas aman NPL yang ditetapkan OJK sebesar 5 persen. OJK secara rutin melakukan uji ketahanan untuk mengetahui daya tahan industri perbankan di Tanah Air sehingga dapat mengantisipasi jika muncul kondisi terburuk.
”Di sisi lain, kenaikan tipis pada rasio NPL sejalan dengan pertumbuhan kredit pada dua sektor tersebut,” kata Sekar.
Data Statistik Perbankan Indonesia per April 2019 menunjukkan, total kredit yang diberikan bank umum untuk lapangan usaha perdagangan besar dan eceran mencapai Rp 981,74 triliun. Adapun nilai nilai total NPL gross ke sektor tersebut mencapai Rp 36,62 triliun per April 2019.
Realisasi penyaluran ke sektor perdagangan besar dan eceran tersebut lebih tinggi dibandingkan Maret 2019 yang berjumlah Rp 972,70 triliun. Adapun nilai NPL gross sektor perdagangan besar dan eceran pada Maret 2019 tercatat Rp 36,75 triliun.
Sementara pemberian kredit ke sektor industri pengolahan pada April 2019 tercatat mencapai Rp 867,74 triliun dengan nilai NPL gross sebesar Rp 25,87 triliun. Penyaluran kredit di sektor ini sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Rp 868,89 triliun, dengan nilai NPL gross Rp 24,15 triliun.
Stabilitas terjaga
Terlepas dari kenaikan tipis rasio NPL, rapat Dewan Komisioner OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan pada Mei 2019, khususnya perbankan, masih dalam kondisi terjaga dengan profil risiko terkendali.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK Anton Prabowo mengatakan, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan masih positif di tengah sentimen negatif di pasar keuangan berupa perlambatan perekonomian global.
Per Mei 2019, penyaluran kredit perbankan mencatatkan pertumbuhan 11,05 persen dibandingkan Mei 2018. Sepanjang periode yang sama, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,27 persen, didorong pertumbuhan deposito sebesar 8,84 persen.
”Meski fungsi intermediasi perbankan terjaga, OJK akan terus mencermati perkembangan risiko kredit serta kondisi likuiditas sektor jasa keuangan agar senantiasa terjaga pada level yang memadai,” ujarnya.
Uang beredar
Bank Indonesia (BI) mencatat, uang beredar dalam arti luas tumbuh meningkat pada Mei 2019 sebesar 7,8 persen atau Rp 5.861,3 triliun bila dibandingkan dengan posisi Mei 2018. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 6,8 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyatakan, akselerasi pertumbuhan uang beredar dalam arti luas didorong naiknya uang kartal seiring dengan meningkatnya kebutuhan di bulan Ramadhan hingga Lebaran.
”BI mencatat, pertumbuhan uang kartal pada Mei 2019, bertepatan dengan bulan Ramadhan, mencapai 7,4 persen bila dibandingkan dengan Mei 2018,” ujarnya.