Cuaca Buruk, Pencarian Helikopter MI-17 lewat Udara Dihentikan
Upaya pencarian helikopter MI-17 yang hilang kontak di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, melalui jalur udara terpaksa dihentikan karena terhambat cuaca buruk. Kondisi cuaca di Pegunungan Bintang yang sangat ekstrem dan tidak mudah diprediksi menyebabkan tim SAR mesti mengutamakan keselamatan operasi.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Upaya pencarian helikopter MI-17 yang hilang kontak di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, melalui jalur udara terpaksa dihentikan karena terhambat cuaca buruk. Kondisi cuaca di Pegunungan Bintang yang sangat ekstrem dan tidak mudah diprediksi menyebabkan tim SAR mesti mengutamakan keselamatan operasi.
Demikian informasi yang disampaikan Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letnan Kolonel Inf Dax Sianturi saat ditemui di Pangkalan Udara Silas Papare Jayapura, Sabtu siang. Menurut dia, dua helikopter dan satu pesawat CN 235 milik TNI Angkatan Udara belum dapat memasuki wilayah Oksibil pada Sabtu ini karena kondisi cuaca buruk.
Dua helikopter ini berperan dalam pencarian helikopter MI-17 yang hilang kontak sejak Jumat (28/6/2019) sekitar pukul 11.44 WIT. Adapun pesawat CN 235 difungsikan memasok bahan bakar avtur guna mendukung pencarian helikopter.
”Pesawat jenis Caravan yang diterjunkan dari Boven Digoel ke Oksibil juga tak dapat mendarat karena cuaca berkabut. Pencarian dari udara untuk sementara dihentikan,” kata Dax, Sabtu (29/6/2019). Dengan demikian, nasib 12 penumpang helikopter dengan nomor registrasi HA-5138, hingga Sabtu belum diketahui.
Ia menuturkan, dengan penghentian operasi SAR lewat jalur udara, otomatis pencarian helikopter MI-17 hanya menggunakan jalur darat. Terdapat dua tim SAR gabungan yang akan berjalan kaki menuju Distrik Oksop yang merupakan lokasi terakhir helikopter sebelum hilang kontak.
Tim SAR gabungan yang berjumlah sekitar 100 personel ini akan menggunakan kendaraan roda empat ke daerah Bulankop sekitar 90 menit. Dari Bulankop, tim melanjutkan perjalanan ke Oksop dengan berjalan kaki.
Pencarian difokuskan di Oksop. Pasalnya, ada laporan dari seorang warga yang melihat helikopter terbang di sekitar Gunung Mol, Distrik Okbape, pada Jumat sekitar pukul 12.00 WIT. Helikopter itu terbang rendah selama beberapa menit di sekitar Gunung Mol, kemudian menghilang karena tertutup kabut.
”Tim SAR gabungan akan mengambil keterangan dari para warga yang melihat helikopter tersebut terbang si sekitar Gunung Mol pada Jumat,” tutur Dax.
Komandan Pangkalan Udara Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Santoso mengatakan, upaya pencarian helikopter MI-17 melalui udara diprioritaskan faktor keamanannya. Sebab, kondisi cuaca di Pegunungan Bintang sangat ekstrem dan tidak mudah diprediksi.
”Apabila pesawat tak bisa mendekati lokasi karena faktor cuaca buruk, upaya pencarian dari udara harus dihentikan untuk sementara waktu,” katanya.
Data dari Penerangan Kodam XVII Cenderawasih menyebutkan, helikopter dengan 12 penumpang itu lepas landas dari Bandara Oksibil, Jumat pukul 11.44 WIT. Helikopter dilaporkan hilang kontak pada pukul 11.49 WIT dengan ketinggian 7.800 kaki.
Apabila pesawat tak bisa mendekati lokasi karena faktor cuaca buruk, upaya pencarian dari udara harus dihentikan untuk sementara waktu.
Seharusnya, helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 WIT.
Adapun penumpang helikopter terdiri dari tujuh awak helikopter dan lima anggota Batalyon Infanteri 725/Waroagi. Tujuh awak itu meliputi Kapten CPN Aris, Letnan CPN Ahwar, Kapten CPN Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Personel Yonif 725 meliputi Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.