Fans, Pemilik Sesungguhnya Sebuah Klub Sepak Bola
Pemilik, pelatih, maupun pemain sepak bola dapat berganti, tetapi loyalitas fans merupakan mesin penggerak sesungguhnya dari sebuah klub sepak bola.
Pemilik, pelatih, maupun pemain sepak bola dapat berganti, tetapi loyalitas fans merupakan mesin penggerak sesungguhnya dari sebuah klub sepak bola.
Ketika musim transfer pemain sepak bola dibuka, rekor pembelian pemain baru selalu dinanti. Hingga saat ini, rekor nilai pembelian pemain baru masih dipegang oleh Neymar saat diboyong Paris Saint-Germain dari FC Barcelona pada musim 2017/2018 dengan harga 222 juta euro. Khusus musim 2019/2020 ini, sementara rekor nilai transfer dipegang Eden Hazard yang dibeli Real Madrid dari Chelsea dengan mahar 100 juta euro.
Melihat besarnya nilai pengeluaran klub untuk pembelian pemain, dari mana pendapatan sebuah klub sepak bola berasal? Seberapa besar peran pemilik dibandingkan fans dalam menyumbangkan uang bagi pendapatan sebuah klub sepak bola?
Sebagai salah satu industri olahraga dengan perputaran yang terbesar, sepak bola menarik minat para pemilik modal besar untuk ikut mengelola. Lima liga sepak bola nasional dengan pendapatan terbesar di dunia musim 2017/2018 dipegang oleh Liga Premier di Inggris, diikuti Bundesliga di Jerman, La Liga di Spanyol, Serie A di Italia, dan Ligue 1 di Perancis.
Dari 20 tim peserta Liga Premier, sejumlah 13 tim telah dimiliki secara penuh atau mayoritas saham oleh warga negara non-Inggris. Bahkan, dari enam klub paling kaya di Liga Premier, lima di antaranya telah dimiliki oleh warga negara non-Inggis, yakni Arsenal, Chelsea, Liverpool, Mancester City, dan Manchester United. Hanya Tottenham Hotspur yang masih dimiliki oleh warga negara Inggris, yakni Joe Lewis dan Daniel Levy.
Sebagai miliarder cum pengusaha, para pemilik klub sepak bola melihat klub juga sebagai mesin penghasil uang, termasuk para pemain di dalamnya. Hal tersebut didukung dengan data tahunan Deloitte tentang total pendapatan klub-klub Liga Premier yang menunjukkan nilai pendapatan yang semakin meningkat dari musim 2011/2012 hingga 2017/2018.
Dalam tujuh tahun terakhir, rasio total gaji pemain dibandingkan pendapatan klub-klub Liga Premier turun dari 70 persen menjadi 59 persen. Turunnya rasio berarti beban klub untuk membayar gaji semakin kecil. Artinya, pendapatan yang masuk ke klub semakin besar.
Mesin uang
Sedemikian menariknya industri sepak bola di Inggris sehingga mampu mendatangkan para miliuner untuk ikut serta masuk di dalamnya. Logika tersebut juga berlaku vice versa. Dengan masuknya para miliuner sebagai pemilik klub sepak bola, industri sepak bola di Inggris semakin menguntungkan dan semakin berani membelanjakan pemain dengan harga mahal. Pendapatan klub semakin bertambah, terutama di Liga Premier.
Total pendapatan klub-klub peserta Liga Premier pada musim 2017/2018 mencapai 4,8 miliar poundsterling. Nilai tersebut naik 6 persen dari pendapatan musim sebelumnya 4,5 miliar poundsterling. Apabila dibandingkan dengan pendapatan musim 2015/2016, terdapat kenaikan 32 persen dari pendapatan 3,6 miliar poundsterling.
Total pendapatan di atas diperoleh dari tiga sektor pendapatan, yakni dari hari pertandingan, dari komersial, dan dari hak siar televisi. Dari total pendapatan 20 klub Liga Premier musim 2017/2018, sebanyak 59 persen atau 2,8 miliar poundsterling didapat dari hak siar televisi. Sisanya diperoleh dari sektor komersial sebesar 27 persen atau 1,3 miliar poundsterling dan dari sisi hari pertandingan sebesar 14 persen atau 0,7 miliar poundsterling.
Total pendapatan klub-klub peserta Liga Premier pada musim 2017/2018 mencapai 4,8 miliar poundsterling. Nilai tersebut naik 32 persen dari pendapatan 2015/2016.
Dilihat dari proporsi pendapatan semua klub yang bertanding di Liga Premier tiga musim terakhir, proporsi pendapatan dari sisi hak siar televisi adalah yang terbesar. Proporsi pendapatan dari hak siar televisi memenuhi dua pertiga total pendapatan klub yang berlaga di Liga Premier.
Kenaikan terbesar nilai dan proporsi pendapatan dari hak siar terjadi pada musim 2016/2017. Sebelumnya, pada musim 2015/2016, proporsi pendapatan dari televisi berada pada angka 53 persen dengan nilai 1,9 miliar poundsterling. Nilai tersebut meningkat hampir 1 miliar poundsterling menjadi 2,8 miliar poundsterling pada musim 2016/2017. Mulai musim itulah, proporsi pendapatan televisi ajek berada di kisaran 60 persen.
Besarnya uang yang dibagi-bagi kepada tiap tim peserta Liga Premier, baik dari sektor hak siar televisi maupun komersial, semakin memperbesar daya tarik Liga Premier, baik bagi fans, investor, maupun pengiklan.
Dengan pendapatan yang semakin besar, semakin besar pula kesempatan bagi sebuah klub untuk mendatangkan pemain dengan nilai tinggi. Pada gilirannya, pemain-pemain yang besar diharapkan dapat mengangkat prestasi klub. Dari sisi bisnis, peningkatan prestasi sebuah klub berarti daya jual klub yang semakin besar, entah dari sisi hak siar televisi maupun dari sisi komersial.
Dijamin TV
Khusus untuk setiap klub peserta Liga Premier, terdapat jaminan pendapatan, baik posisi juara maupun posisi akhir. Sebagai liga sepak bola paling menyedot perhatian dunia, Liga Premier memiliki tiga pendapatan utama, pertama dari penyiaran pertandingan langsung di dalam negeri, kedua penyiaran internasional, dan ketiga dari sisi komersial.
Di akhir musim pertandingan, pendapatan tersebut dibagi kepada ke-20 klub peserta liga dan kebanyakan dibagi secara merata. Pendapatan yang dibagi rata kepada semua peserta adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan hak siar internasional (international TV) dan komersial (central commercial). Pendapatan yang tidak dibagi rata adalah pendapatan dari hak siar pertandingan secara langsung di tingkat nasional.
Akan tetapi, 50 persen dari pendapatan hak siar nasional pun dibagi rata kepada semua peserta liga (equal share). Sisanya, sebesar 25 persen dibagi secara proporsional berdasarkan prestasi tiap klub di akhir musim kompetisi (merit payment). Sebesar 25 persen yang lain dibagi proporsional berdasarkan frekuensi pertandingan klub yang disiarkan secara langsung (facility fees) di Inggris.
Baca juga: Stadion-stadion Piala Dunia 2018
Dengan pembagian pendapatan dari keikutsertaan di Liga Premier, klub yang berkompetisi mendapatkan jaminan pendapatan di akhir musim. Jaminan tersebut menunjukkan bahwa Liga Premier ingin terus menjaga agar tiap klub dapat terus bersaing secara kompetitif, bahkan masih bisa membeli pemain baru.
Pada akhir musim 2018/2019, tiap klub peserta Liga Premier akan menerima minimal 82,5 juta poundsterling di luar prestasi dan banyaknya liputan langsung terhadap klub. Hal ini juga membuat banyak klub papan bawah tertarik untuk masuk dalam kompetisi di Liga Premier. Tak heran, perebutan untuk masuk ke Liga Premier pun selalu menarik untuk diikuti.
Faktor pembeda
Yang menjadi faktor pembeda pembagian adalah prestasi klub di akhir musim serta proyeksi dari pemenang tender televisi terhadap banyaknya penonton terhadap pertandingan sebuah klub. Dari sisi sumber pendapatan, hanya 50 persen dari sepertiga pendapatan televisi yang dibagi proporsional bagi peserta Liga Premier.
Klub yang mengakhiri musim dengan baik akan mendapatkan pembagian pendapatan lebih besar daripada klub yang bermain buruk di musim yang sama. Selain itu, semakin banyak pertandingan suatu klub yang disiarkan secara langsung, semakin besar pula pendapatan yang diperoleh klub tersebut.
Para pemenang tender hak siar pertandingan akan memilih paket-paket pertandingan antarklub di Liga Premier untuk disiarkan secara langsung. Klub yang dianggap paling berpotensi mendatangkan penonton akan dipilih untuk disiarkan secara langsung karena mendatangkan iklan. Sebaliknya, pertandingan klub yang dianggap tak banyak diminati penonton tak akan disiarkan secara langsung.
Sebagai perbandingan, pada Liga Premier musim kompetisi 2018/2019, total pendapatan Manchester City sebagai kampiun Liga Premier 150,9 juta poundsterling. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan yang dibagi rata sebesar 82,5 juta poundsterling, dari sektor equal share, international TV, dan central commercial.
Pendapatan Liga Premier 2017/2018 diperoleh dari tiga sektor pendapatan, yakni dari hari pertandingan, dari komersial, dan dari hak siar televisi.
Selain itu, City juga mendapatkan 38,3 juta poundsterling karena menjadi juara Liga Premier 2018/2019. Dari 26 pertandingan secara langsung di Inggris, City mendapatkan 30,1 juta poundsterling.
Pendapatan yang diperoleh City di atas hampir dua kali lipat dari pendapatan Huddersfield Town yang menyelesaikan musim kompetisi di posisi terbawah.
Huddersfield mendapatkan 82,5 juta poundsterling sebagai nilai pembagian yang sama untuk semua klub. Sebagai tambahan, Huddersfield mendapat 1,9 juta poundsterling karena finis di posisi terbawah.
Selain itu, karena hanya 10 pertandingan yang disiarkan secara langsung di Inggris, klub ini hanya mendapatkan pembagian 12,2 juta poundsterling. Total, Huddersfield mendapatkan pembagian pendapatan 96,6 juta poundsterling pada akhir musim 2018/19.
Perbandingan mencolok pendapatan City dan Huddersfield di atas menunjukkan bahwa prestasi akhir sebuah klub sangat menentukan perolehan pembagian pendapatan sebuah klub peserta Liga Premier.
Hal yang menarik pada musim 2018/2019 adalah bahwa pemenang Liga Premier tidak otomatis memperoleh jatah pembagian pendapatan paling besar. Total pembagian pendapatan Manchester City sebagai juara Liga Premier masih kalah besar dari Liverpool.
Perolehan pembagian pendapatan Liverpool menyalip Mancester City karena jumlah pertandingan yang ditayangkan secara langsung. Liverpool mendapatkan 29 kali siaran langsung terhadap pertandingan mereka, sedangkan City hanya 26 kali. Jumlah tersebut berpengaruh langsung terhadap total pendapatan dari sektor facility fees.
Karena perbedaan tersebut, Liverpool menjadi klub di Liga Premier yang memperoleh pembagian pendapatan dari televisi paling besar meski tidak menjadi juara liga. Liverpool memperoleh total 152 juta poundsterling, 2 juta poundsterling lebih besar dari sang juara liga, Manchester City.
Lima liga sepak bola nasional dengan pendapatan terbesar di dunia musim 2017/2018 dipegang oleh Liga Premier di Inggris, diikuti Bundesliga di Jerman, La Liga di Spanyol, Serie A di Italia, dan Ligue 1 di Perancis.
Ternyata, faktor pendongkrak pendapatan di Liga Premier tak hanya masalah prestasi, tetapi juga faktor jumlah siaran langsung pertandingan klub tersebut. Salah satu ukurannya adalah jumlah fans klub yang berpotensi menonton pertandingan. Hal itu bisa diraba dari banyaknya pengikut di media sosial dan terutama di channel Youtube tiap klub.
Sebagai perbandingan, per 13 Juni 2019, Liverpool memiliki pengikut 11,9 juta akun di Twitter jauh melampaui pengikut akun Twitter City yang hanya 6,9 juta. Di Instagram, pengikut Liverpool berjumlah 16,8 juta, lebih unggul daripada Manchester City dengan 13 juta pengikut. Yang paling menonjol adalah pengikut channel Youtube Liverpool yang berada di angka 2,5 juta pengikut. Sementara pengikut Manchester City hanya berjumlah 1,8 juta.
Selain jumlah suporter Liverpool lebih banyak, loyalitas mereka pun lebih tinggi. Dalam jajak pendapat yang dibuat oleh Free Supertip Love the Game yang dikutip Manchester Evening News 14 Februari 2019, loyalitas fans Liverpool ada di angka 92,2 persen, di atas loyalitas fans City sebesar 84,8 persen.
Banyaknya subscriber channel Youtube ditambah loyalitas fans memberi potensi besarnya penonton pertandingan Liverpool daripada klub Liga Premier lainnya. Oleh karena itu, walaupun Liverpool hanya menjadi runner-up Liga Premier 2018/2019, pertandingan yang diikuti Liverpool lebih berpotensi mengundang banyak penonton.
Besarnya potensi itulah yang dapat dijadikan daya pikat untuk menarik pembeli hak siar menayangkan pertandingannya secara langsung. Dengan demikian, bertambah pula pendapatan dari sektor televisi.
Pendapatan lain
Selain pendapatan televisi yang memang menjadi penghasil uang terbesar suatu klub, masih terdapat sektor pendapatan lain dari sisi hari pertandingan, yakni penjualan tiket dan makan minum. Selain itu, masih ada juga pendapatan dari sisi komersial menyangkut kerja sama dan sponsorship dari produk-produk yang dipampangkan oleh klub di seragam dan materi cetak serta baliho.
Berkebalikan dengan pendapatan sektor televisi yang mengalami kenaikan dari sisi proporsi dan nilai, proporsi pendapatan dari sisi komersial dan hari pertandingan cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir. Akan tetapi, walaupun proporsinya turun, nilainya tetap naik dari tahun ke tahun.
Pada musim 2015/2016, klub-klub peserta Liga Premier mendapatkan total 1.090 juta poundsterling dari sisi komersial. Nilai tersebut naik menjadi 1.390 juta poundsterling pada musim 2017/2018. Artinya, terdapat kenaikan nilai pendapatan melulu dari sisi komersial sebesar 27,5 persen.
Baca juga: Manchester City: Ancaman Eksistensi di Tengah Banjir Prestasi
Pada musim 2015/2016, pendapatan dari sisi hari pertandingan semua klub peserta Liga Premier mencapai 622 juta poundsterling. Nilai tersebut hanya naik 7,7 persen menjadi 670 juta poundsterling pada musim 2017/18.
Kenaikan nilai yang tak begitu besar terhadap pendapatan dari hari pertandingan dapat dipahami mengingat jumlah kursi di stadion yang terbatas serta harga tiket pertandingan tak dapat dengan mudah dinaikkan.
Sebaliknya, kenaikan nilai pendapatan dari sisi komersial dapat didongkrak semaksimal mungkin karena di dalamnya tergantung nilai kontrak dari perusahaan yang akan menjadi sponsor sebuah klub sepak bola. Karena potensi besarnya pendapatan dari sponsor inilah, EUFA mengatur klub-klub yang bernaung di bawahnya dengan aturan Financial Fair Play (FFP).
Penyumbang terbesar
Dengan melihat logika besar kecilnya pendapatan sebuah klub sepak bola di atas, tiga sektor pendapatan sebuah klub sepak bola dapat digolongkan menjadi dua bagian besar. Pertama pendapatan dari perusahaan besar, kedua dari fans.
Pendapatan dari perusahaan besar terdiri dari pendapatan sektor komersial. Sementara pendapatan dari sektor televisi dan pertandingan masuk dalam pendapatan dari fans.
Sektor televisi dimasukkan dalam pendapatan dari fans karena besar kecilnya pendapatan dari televisi ditentukan oleh potensi sebuah pertandingan ditonton banyak orang alias ditonton oleh fans. Banyak sedikitnya fans menentukan besar kecilnya potensi pertandingan sebuah klub disiarkan langsung oleh televisi.
Tiga perempat pendapatan klub-klub Liga Premier musim 2017/2018 disokong oleh para fans.
Dengan kacamata di atas, dapat dikatakan bahwa tiga perempat pendapatan klub-klub Liga Premier musim 2017/2018 disokong oleh para fans. Dari sektor langsung, pertandingan, para fans menyumbangkan 670 juta poundsterling atau 14 persen.
Dari sektor tidak langsung, alias hak siar televisi, para fans berkontribusi tidak langsung dengan memberikan 2.844 juta poundsterling atau 59 persen. Sehingga total 73 persen pendapatan klub peserta Liga Premier disumbangkan oleh para fans mereka, baik langsung maupun tidak langsung.
Dengan peran yang sedemikian besar, tak heran bahwa semakin besar klub, semakin sadar dan berlomba memberikan pelayanan yang maksimal kepada fans mereka. Mulai dari halaman khusus fans di setiap laman klub, membuka cabang fansclub di setiap negara, hingga memberikan kesempatan kepada fans untuk mengalami suasana di klub.
Kesadaran tersebut didasari oleh pemahaman bahwa fanslah yang menyokong keberadaan sebuah klub, baik dukungan finansial langsung dan tak langsung maupun dukungan fanatisme yang tak ternilai dengan uang. (LITBANG KOMPAS)