OSAKA, KOMPAS Para pemimpin dunia yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 20 (G-20) negara ekonomi utama dunia di Osaka, Jepang, yang dimulai Jumat (21/6/2019) menekankan pentingnya nilai-nilai yang telah dihidupi dan menjadi dasar kerja sama antarnegara, seperti multilateralisme, di tengah meningkatnya kecenderungan untuk bersifat unilateral dan proteksionis.
Penekanan tersebut berkelindan dengan seruan global dalam menangkis ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi. ”Ekonomi yang bebas dan terbuka adalah dasar bagi perdamaian dan kemakmuran,” kata Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe di depan para pemimpin G-20.
Presiden RI Joko Widodo adalah salah satu pemimpin yang hadir dalam KTT itu bersama pemimpin lain, seperti Presiden AS Donald Trump, Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India Narendra Modi. Isu senada diangkat Presiden Putin saat bertemu Presiden Xi dan PM Modi di sela-sela KTT. Mereka menyepakati perlunya mengandalkan hukum internasional, menghormati kedaulatan nasional, dan menahan diri.
Putin menekankan, Rusia, China, dan India dengan tegas menentang proteksionisme, tindakan sepihak, dan sanksi yang melanggar hukum. Pernyataan seperti itu merupakan pukulan atas pendekatan Presiden Trump dengan slogannya, ”America First”. Slogan itu dinilai menolak multilateralisme, tetapi pada saat yang sama juga menarik garis kritik terhadap pemerintahan otoriter, seperti China dan Rusia.
Terkait isu perang dagang, Presiden Trump berharap dapat menggelar pembicaraan yang produktif dengan Presiden Xi pada Sabtu ini. Namun, Trump tidak menjanjikan penangguhan penerapan tarif lanjutan terhadap Beijing. Semua keputusan Washington akan bertumpu pada isi dan hasil pertemuan Trump-Xi.
Wakil Perdana Menteri China Liu He pun telah bertemu menteri keuangan Trump, Steven Mnuchin, dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer di hotel tempat delegasi AS menginap.
Sulit
Tidak mudah mencapai titik temu untuk mengurangi ketegangan perang dagang antara AS dan China. Pada sesi pertama KTT, setiap pihak bertahan pada posisi mereka. Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangan pers di sela-sela G-20 berpendapat, isu perang dagang antara AS dan China tak bisa dimungkiri menjadi salah satu isu penting dalam G-20 di Osaka. Meski sifatnya persoalan bilateral, dampaknya sampai memengaruhi perekonomian global.
Menurut Sri Mulyani, masih ada jarak cukup lebar di antara para pemimpin G-20, terutama antara Presiden Trump dan para pemimpin lainnya. Dalam paparannya, Sri Mulyani melanjutkan, Presiden Trump menyebut adanya negara predator. Artinya, masih ada negara yang hanya memanfaatkan keuntungan sepihak dari perekonomian AS.
”Ini menggambarkan bahwa dalam konsep Presiden Trump, masih ada negara-negara yang melakukan praktik-praktik yang dianggap merugikan AS. Oleh karena itu, Presiden Trump mengajak menghilangkan distorsi itu untuk bisa menciptakan kesejahteraan bersama,” kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, Sri Mulyani melanjutkan, Presiden Xi Jinping menganggap bahwa situasi perdagangan global saat ini dipicu oleh kebijakan yang disengaja oleh suatu negara. Dengan demikian, keinginan untuk menciptakan win-win solution sangat bergantung kepada pihak tersebut untuk mencari solusi atau tidak. ”Semua mata melihat, besok ada pertemuan Presiden Trump dan Presiden Xi,” kata Sri Mulyani.
Selain isu itu, dalam KTT di Osaka, para pemimpin G-20 juga menyerukan reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Reformasi tersebut ditujukan untuk mencapai perdagangan yang berkeadilan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (AP/AFP/REUTERS/BEN)