13 Warga Yahukimo Meninggal akibat Tidak Tertangani
Sebanyak 13 warga Distrik Bomela, Kabupaten Yahukimo, Papua meninggal dunia akibat penyakit infeksi saluran pernapasan, diare, dan demam dalam sebulan terakhir. Mereka tewas diduga tidak segera mendapat pelayanan kesehatan akibat ketiadaan petugas di sekitar tempat tinggalnya.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 13 warga Distrik Bomela, Kabupaten Yahukimo, Papua, meninggal akibat penyakit infeksi saluran pernapasan, diare, dan demam dalam sebulan terakhir. Mereka meninggal setelah diduga tidak segera mendapat pelayanan kesehatan akibat ketiadaan petugas di sekitar tempat tinggal.
Perjalanan dari Deikai, ibu kota Yahukimo, ke Bomela tidak mudah ditempuh. Hanya pesawat berbadan kecil, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, yang relatif bisa memudahkan aktivitas masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo Suhayatno saat dihubungi dari Jayapura pada Minggu (30/6/2019) mengatakan, kasus 13 warga meninggal itu muncul berdasarkan hasil temuan di empat kampung di Distrik Bomela. Tim Dinas Kesehatan Yahukimo diterjunkan ke Bomela, 19 Juni-26 Juni 2019.
Suhayatno mengatakan, tujuh orang berasal dari Kampung Kitikni, Kampung Bomela (2), Kampung Kubilayar (3), dan Kampung Palamdua (1). Usia korban juga bervariasi. Lima orang berusia di atas 45 tahun, 3 orang usia 25-45 tahun, dan empat anak. Sementara satu korban belum terdeteksi usianya karena berada di Kampung Palamdua, yang aksesnya paling sulit ditempuh.
Ia menuturkan, penyebab belasan warga meninggal bukan karena penyakit berbahaya, melainkan karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Dampaknya sangat fatal. Selain tidak ada tenaga medis, lanjut Suhayatno, kesadaran pola hidup bersih dan sehat masyarakat setempat juga masih rendah.
”Saya akan berkoordinasi dengan Bupati Yahukimo Abock Busup terkait dengan hasil temuan ini. Intinya, kami akan memberikan sanksi bagi petugas kesehatan yang meninggalkan tempat tugas di Bomela sehingga menyebabkan belasan warga meninggal,” kata Suhayatno tegas.
Ia menambahkan, Dinas Kesehatan Yahukimo akan memperketat pengawasan terhadap semua tenaga medis yang bertugas di 31 puskesmas. Salah satu upaya menyiapkan radio satelit agar pelayanan kesehatan bisa terus terpantau.
”Rencananya setiap minggu saya akan terjun langsung ke setiap puskesmas di Yahukimo. Tujuannya memantau kegiatan pelayanan kesehatan di sana,” ucapnya.
Panuel Malin, warga Bomela, saat dihubungi, mengatakan, selama enam bulan terakhir tidak ada tenaga kesehatan di kampung halamannya. Padahal, warga setempat sangat membutuhkan kehadiran tenaga kesehatan.
”Tenaga kesehatan lebih memilih berada di Deikai, ibu kota Yahukimo. Kami berharap Pemerintah Kabupaten Yahukimo bisa menyediakan tenaga kesehatan yang bertugas setiap hari di Bomela,” ucapnya.
Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey (baju merah) menyampaikan hasil investigasi insiden penembakan lima warga Fayit di Jayapura, Jumat (31/5/2019).Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey menyesalkan minimnya pelayanan kesehatan di Distrik Bomela. Ia berharap dinas terkait dan Pemerintah Kabupaten Yahukimo lebih berkomitmen meningkatkan kualitas pelayanan di sektor kesehatan, baik dari sisi perencanaan maupun pengawasan tenaga medis.
”Hak untuk mendapatkan kesehatan yang layak termasuk salah satu unsur hak asasi manusia. Diperlukan sanksi yang tegas bagi tenaga medis yang meninggalkan tempat tugasnya karena sangat merugikan masyarakat,” kata Frits.