Hari Bhayangkara Ke-73: Peran Brimob, Tegas dan Humanis
Dalam beberapa peristiwa penting antara lain penumpasan pemberontakan di Madiun (1948), APRA (1950), Andi Aziz (1950), DI/TII (1950), Pembebasan Irian Barat (1961-1962) dan konfrontasi dengan Malaysia (1963), Brimob turut berperan aktif.
Oleh
Johnny TG
·4 menit baca
Hari Bhayangkara ke 73 akan diperingati pada Senin (1/7/2019). Peran kepolisian sebagai penegak hukum terus diuji seiring dengan perkembangan zaman.
Dalam kemeriahan Pekan Raya Dwi Dasawarsa Kemerdekaan RI di Yogyakarta, Brigpol Kasimin menjumpai seorang pemuda berseragam Brigmob (Brigade Mobil) Yon 1131 dengan pangkat Agen Klas II yang tingkah lakunya mencurigakan. Setelah diadakan pendekatan, ternyata seragamnya palsu. Dalam pemeriksaan diketahui namanya Sutarno, asal Desa Bendungan, Godean, Kabupaten Sleman. Ia memakai tanda-tanda anggota milik kakaknya yang sedang bertugas di Sulawesi, sedangkan seragamnya dibeli di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. (Kompas, Senin, 19/7/1965, hlm 2).
Selama menggunakan “seragam”nya, Sutarno berhasil menipu tiga orang dengan janji untuk mencarikan pekerjaan di kantor Kepolisian di Jakarta, asalkan setiap orang menyetor Rp 20.000 sebagai uang lelah. Sutarno ditahan di kantor kepolisian Ngupasan, Yogyakarta untuk pemeriksaan selanjutnya.
Polisi yang harusnya mengayomi, jika berada di tangan yang salah menjadi merugikan masyarakat.
Sebagai bagian dari kepolisian, Brimob yang memiliki kemampuan khusus paramiliter terus disempurnakan sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. Dalam pidato menyambut hari jadi ke-24 Brimob di lapangan Mabak (sekarang Mabes Polri), Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (14/11/1969), Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Drs Hugeng mengatakan, “Pembentukan Brigade Mobil (Brimob) bukanlah semata-mata didorong oleh kebutuhan akan pasukan cadangan dan striking force untuk dapat menanggulangi meningkatnya gangguan keamanan dan ketertiban. Namun juga sebagai wadah penampungan gelora dan aspirasi patriotik perjuangan bersenjata warga kepolisian dalam perjuangan besar pembebasan bangsa dan tanah air dari penjajahan.
Hal itu terbukti dengan peran aktif Brimob dalam beberapa peristiwa penting antara lain penumpasan pemberontakan seperti di Madiun (1948), APRA (1950), Andi Aziz (1950), DI/TII (1950), Pembebasan Irian Barat (1961-1962) dan konfrontasi dengan Malaysia (1963). Karena itu, keberadaan Brimob tetap diperlukan dan disesuaikan dengan kebutuhan Kepolisian secara menyeluruh,” kata Hugeng.
Penyesuaian tugas dan fungsi Brimob pernah terjadi pada September 1968. Saat itu 2/3 dari 20 ribu anggota Brimob dialihkan ke tugas-tugas polisi biasa, sedangkan tugas tempur Brimob hanya bersifat membantu Angkatan Perang.
Asisten Bidang Operasi Brigadir Jenderal Polisi Drs Saleh Iranto, ketika membuka pendidikan pengemudi Polisi Jalan Raya (PJR) angkatan ke II di Ciputat, Rabu (3/9/1968), mengingatkan adanya peningkatan kesibukan lalu lintas umum yang perlu diantisipasi penanganannya, tidak hanya di Jawa tapi juga di beberapa kota besar di luar Jawa seperti Makasar, Padang, Medan dan Palembang.
Untuk itu sebanyak 40 siswa tamtama dari Resimen Pelopor Brimob selama satu bulan diajarkan teknik mengemudi kendaraan bermotor, pengetahuan motor, telekomunikasi dan tata tertib lalu lintas. Angkatan pertama yang diikuti oleh 60 orang telah menyelesaikan pendidikannya pada Juni lalu.
Selain fungsinya yang adaptif, kedekatan dengan masyarakat telah memberi warna tersendiri dalam tugasnya sebagai penegak hukum. Minggu (11/7/1965), bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, diresmikan sebuah jalan baru sepanjang lima kilometer dan sebuah jembatan di daerah Cigombong, Bogor. Jalan dan jembatan itu merupakan kerjasama anggota Brimob dengan warga setempat. Peristiwa lain adalah diadakannya sebuah festival hiburan di daerah Lokasari, Jakarta selama hampir satu bulan (25/9-20/10 1965) yang ditujukan untuk pengumpulan dana bagi pembangunan dan perbaikan asrama-asrama Brimob Batalyon 101 dan asrama Komdak VII Jaya.
Beragam atraksi disuguhkan oleh bintang-bintang film dan TVRI, band, biduan dan biduanita, pelawak populer serta stand hiburan dan makanan murah. Dalam bakti sosial menyambut Hari Bhayangkara ke-20, 1966 di Irian Barat, batalyon 1028 Korps Brimob menyerahkan tanah seluas satu hektar di daerah Jokapantai, Sukarnapura. Tanah tersebut telah ditanami 1000 buah pohon kopi sebagai tanaman pokok dan jagung serta kasbi sebagai tanaman selingan. Selain itu, tanah seluas 1,5 hektar dengan tanaman kopi juga diserahkan batalyon tersebut kepada warga yang tinggal di Waena, Sukarnapura. Kegiatan ini bertujuan untuk mendidik dan mengajak masyarakat untuk berdikari dalam pangan.
Pidato Pangak (Panglima Angkatan Kepolisian) Komjen Polisi Drs Hugeng menyambut Hari Bhayangkara ke 22, Senin (1/7/1968) masih relevan dengan tugas-tugas kepolisian saat ini. Pidato Hugeng saat itu mengingatkan untuk mengembalikan fungsi Polisi sebagai penegak hukum, penyelenggara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dirgahayu Hari Bhayangkara ke 73 ...