Chile sempat diragukan bisa mempertahankan gelar juara Copa America. Keraguan itu terhapus setelah mereka menang atas Kolombia dan melaju ke semifinal.
SAO PAULO, SABTU - Kematangan Chile sebagai juara bertahan Copa America teruji di Arena Corinthians, Sao Paulo, Brasil, Sabtu (29/6/2019) WIB. Mereka menyingkirkan Kolombia melalui babak adu penalti pada laga perempat final meski sempat kelelahan karena terjebak macet di perjalanan menuju stadion dan merelakan dua gol mereka dibatalkan wasit.
Kesabaran yang berbuah tiket ke semifinal itu membuat Chile lega karena Kolombia adalah tim yang banyak berkembang dan kian sulit ditaklukkan. Kolombia merupakan satu-satunya tim di turnamen ini yang meraih poin penuh selama fase penyisihan grup tanpa pernah kebobolan.
Ketenangan dan konsentrasi tinggi pun menjadi modal utama yang dibutuhkan Chile menghadapi Kolombia. Namun, kondisi Sao Paulo tidak mendukung mereka. Bus skuad Chile terjebak macet saat menuju stadion. Mereka membutuhkan waktu hampir 2 jam dari hotel menuju stadion.
Laga perempat final yang seharusnya dimulai pukul 06.00 WIB itu terpaksa molor 20 menit karena skuad ”La Roja”, julukan Chile, terlambat tiba. Para pemain Kolombia juga menunda sesi pemanasan dan menunggu lawan mereka datang. Ketika sampai di stadion, para pemain Chile tidak punya banyak waktu untuk menenangkan diri.
“Selama di bus, para pemain sudah gelisah. Kami berusaha keras agar keterlambatan itu tidak mempengaruhi mental mereka,” kata pelatih Chile Reinaldo Rueda. Kegelisahan itu bisa teratasi dan para pemain akhirnya bisa berlaga. Namun, masalah lainnya terjadi di atas lapangan.
Kolombia mampu mendominasi dan mengancam pertahanan Chile pada menit-menit awal berkat pergerakan bola cepat yang diinisiasi Juan Cuadrado, Mateus Uribe, dan James Rodriguez. Masalah Pelatih Kolombia Carloz Queiroz hanya satu, yaitu striker Radamel Falcao (33) yang kemampuannya terus menurun. Dia tidak mampu menyelesaikan dengan baik peluang gol yang tercipta.
Chile akhirnya menemukan celah dengan memanfaatkan sisi lebar lapangan untuk menusuk pertahanan Kolombia. Chile sempat bersorak ketika Charles Aranguiz mencetak gol pada menit ke-15. Namun, gol itu dianulir setelah wasit menggunakan asisten video wasit (VAR) mendapati Alexis Sanchez terperangkap off-side.
Kejadian serupa terulang pada menit ke-70 ketika bola yang ditendang Arturo Vidal tak terjangkau kiper Kolombia, David Ospina. Konsultasi dengan wasit VAR memperlihatkan bola lebih dahulu menyentuh lengan bek Chile, Guillermo Maripan.
”Kami harus terbiasa dengan situasi ini. Hasil pengecekan dengan menggunakan VAR ini sungguh membuat frustrasi. Kami sudah merayakan gol, tetapi harus menerima ketika wasit menganulir gol tersebut,” ujar Rueda. Sekali lagi Rueda lega karena para pemain tidak kehilangan ketenangan.
Babak adu penalti pun menjadi ujian berat terakhir bagi Chile malam itu. Empat penendang pertama Kolombia, yaitu Rodriguez, Edwin Cardona, Cuadrado, dan Yerry Mina, sukses memasukkan bola.
Titik terang untuk Chile baru muncul ketika tendangan keli Kolombia, yang dilakukan bek William Tesillo, melenceng. Ini menjadi momen bagi Chile untuk kembali menaruh kepercayaan kepada Alexis Sanchez sebagai penendang terakhir yang menentukan. Pemain Manchester United itu kembali tampil sebagai pahlawan dan Chile memenangi adu penalti dengan skor 5-4.
“Sebenarnya hasil adu penalti selalu berada di tangan Tuhan, bukan di kaki para pemain. Ini merupakan kekalahan yang menyakitkan, tetapi juga merupakan kemajuan bagi Kolombia,” kata Quieroz. Setidaknya hasil ini lebih baik dibandingkan hasil laga perempat final Copa America Centenario 2016 ketika Kolombia dikalahkan Chile 0-2 dalam waktu normal 90 menit.
Menjawab kritikan
Keberhasilan Chile melaju ke babak semifinal dimanfaatkan sang kapten, Gary Medel, untuk menjawab kritikan yang mereka dapatkan selama ini. “Kami bisa ke semifinal karena menggunakan kecerdasan di lapangan. Kami juga selalu percaya diri, tidak seperti media massa Chile yang terus meragukan kami,” kata Medel seperti dikutip La Tercera.
Copa America 2019 ini menjadi arena bagi Chile untuk membuktikan, mereka bisa bangkit setelah gagal menuju ke Piala Dunia Rusia 2018. Kini mereka mengincar target besar, yaitu menjadi tim yang tiga kali berturut-turut menjuarai Copa America. Argentina merupakan tim terakhir yang bisa melakukannya pada 1945, 1946, dan 1947.
Vidal ikut menebar ancaman dengan mengatakan bahwa timnya kini semakin kuat dan sejauh ini mereka belum mengeluarkan seluruh kemampuan. Ia bisa kembali membuktikan ucapannya itu pada laga semifinal melawan Uruguay atau Peru, yang berlaga, Minggu (30/6/2019) pagi waktu Indonesia. (AP/AFP)