Abduh Aziz, Sosok Kreatif yang Ingin Budaya Jadi Basis Pembangunan Indonesia
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
Direktur Produksi Film Negara M Abduh Aziz, menghembuskan nafas terakhir pada Minggu (30/6/2019) malam, di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat, akibat serangan jantung. Jenazah Abduh yang juga dikenal sebagai Ketua Pengurus Koalisi Seni Indonesia, dimakamkan pada Senin (1/7/2019) di tempat pemukiman umum Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Beberapa film karyan pria yang berusia 51 tahun ini antara lain The Rainmaker atau Impian Kemarau (2004), serta K vs K atau Kita Versus Korupsi (2011).
Di kediamannya di Villa Jatiwaringin, Jakarta Timur, puluhan ucapan belasungkawa terpasang di sepanjang jalan perumahan. Suasana pada Senin menjelang sore itu terasa tenteram. Beberapa orang dari keluarga dan rekan kerja Abduh menyempatkan diri untuk menyampaikan duka cita.
Sang istri, Heni Wiradimaja (49) menceritakan, pada Minggu, Abduh mengalami penyumbatan di salah satu pembuluh darah. "Tiba-tiba, Abduh mengalami kejang. Serangannya itu dahsyat sekali," ujar Heni.
Upaya resusitasi jantung atau CPR sempat dilaksanakan selama hingga satu jam. "Pada 15 menit pertama ada hasilnya. Karena masih berharap, saya meminta kepada perawat untuk terus melakukan CPR. Perawat sampai ganti-gantian karena capai," tambah Heni.
Alhasil, Sang Maha Kuasa berkehendak lain. Abduh dinyatakan meninggal dunia pada Minggu malam pukul 23.05.
Sosok kreatif dan terbuka
Bagi Heni, Abduh merupakan sosok yang kreatif yang mempu mengubah suatu hal biasa atau cliché menjadi sesuatu lebih berdampak dan penuh makna. Beberapa karya film oleh Abduh yang Heni paling suka adalah The Rainmaker atau Impian Kemarau (2004), serta K vs K atau Kita Versus Korupsi (2011).
"Abduh itu manajerial banget orangnya. Jadi dia memang lebih ke creative producer. Karyanya sebagian besar merupakan hasil kerja sama ramai-ramai. Dia yang mengarahkan penajaman-penajaman ide. Yang tadinya mungkin cliché, dia bisa mengubahnya sehingga ide itu menjadi meaningful dan impactful," tutur Heni.
Selain menciptakan film, Abduh juga cukup aktif berinteraksi dengan komunitas mahasiswa. Heni menceritakan, Abduh sering ke kampus Univeristas Indonesia misalnya untuk mendukung pegelaran acara teater.
Bagi Abduh, acara teater penting untuk terus dikembangkan karena melalui kegiatan seperti itulah mahasiswa dapat berinteraksi. Abduh adalah seorang alumni Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia angkatan 1986 jurusan sejarah.
Kebudayaan
Kepedulian Abduh terhadap banyak isu kemanusiaanlah yang mempertemukannya dengan sang istri, Heni. Mereka bertemu saat masih di kampus.
"Kita punya minat yang sama soal isu-isu yang hangat saat itu, seperti feminisme. Abduh pernah jadi moderator dalam sebuah diskusi mengenai peran perempuan dalam film Indonesia," kata Heni yang pernah bekerja di salah satu media di bawah Kelompok Kompas Gramedia pada 1997-2017.
Dalam artikel opini yang dipublikasikan harian Kompas pada 28 Juni 2019, Abduh menyampaikan, kebudayaan merupakan basis pembangunan manusia Indonesia ke depan. Opininya menanggapi rencana Presiden Joko Widodo yang ingin fokus pada pembangunan sumber daya manusia pada periode kepemimpinannya yang kedua, setelah sebelumnya fokus mendorong pembangunan infrastruktur.
Semoga legasi Abduh dalam mengembangkan seni dan budaya Indonesia dapat terus berkembang, demi kemajuan manusia Indonesia. Selamat jalan Pak Abduh!