Bank Dunia Pangkas Proyeksi Perekonomian Indonesia
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia tahun 2019 diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 2018 kendati masih stabil di atas 5 persen. Ketidakpastian ekonomi global dan konflik geopolitik menjadi risiko utama yang mesti dihadapi. Pengembangan ekonomi maritim pun menjadi salah satu solusi.
Bank Dunia, dalam laporan perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia edisi Juni 2019, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen. Proyeksi itu lebih rendah dari capaian 2018, yang sebesar 5,17 persen. Pada 2020, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 5,2 persen.
“Perubahan proyeksi itu karena mengakomodasi dinamika ekonomi global sekaligus mengantisipasi masa depan. Apa yang akan terjadi dalam 6-9 bulan ke depan masih sulit diprediksi,” ujar Ekonom Senior World Bank Indonesia Frederico Gil Sander saat memaparkan laporan triwulanan perekonomian Indonesia di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Menurut Sander, risiko utama perekonomian Indonesia bersumber dari faktor eksternal. Setidaknya ada empat risiko yang mesti diwaspadai, yakni pembaharuan tensi perdagangan global dari dinamika perang dagang AS-China dan keputusan Brexit, perlemahan pertumbuhan ekonomi China, volatilitas pasar modal negara-negara berkembang, dan penurunan harga komoditas.
Ada empat risiko yang mesti diwaspadai, yakni perang dagang AS-China dan Brexit, perlemahan pertumbuhan ekonomi China, volatilitas pasar modal negara-negara berkembang, dan penurunan harga komoditas.
Faktor eksternal akan menghambat kinerja perdagangan Indonesia. Ekspor dan impor diperkirakan turun cukup signifikan, tetapi justru memperkecil defisit dan menumbuhkan net ekspor. Bank dunia memperkirakan ekspor Indonesia tahun 2019 tumbuh 2,6 persen, sementara impor nyaris 0 persen. Padahal, pada 2018, ekspor tumbuh 6,5 persen dan impor 12 persen.
“Dibutuhkan pendekatan yang halus dan tidak bisa terburu-buru untuk mengatasi risiko akibat perang dagang AS-China,” kata Sander.
Meski demikian, Bank Dunia menilai prospek pertumbuhan investasi tahun 2019 cukup baik. Investasi paling tidak tumbuh sekitar 5 persen seiring tumbuhnya kepercayaan investor. Mereka menilai pelaksanaan pemilu 2019 berjalan cukup kondusif dan pemimpin terpilih sesuai ekspektasi pasar. Investasi akan deras mengalir pada semester II-2019.
Sander mengatakan, selain investasi, perekonomian tahun 2019 tetap ditopang konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah masing-masing tumbuh 5,2 persen dan 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi masih bisa dipacu dengan mengoptimalkan potensi maritim.
Ekonomi maritim
Menurut Sandar, ekonomi martim berpotensi mendorong perekonomian Indonesia tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan. Mengutip data Bank Dunia, pekerja di sektor perikanan mencapai 7 juta orang dengan kontribusi terhadap PDB sekitar 26,9 miliar dollar AS. Sektor perikanan juga menyumbang 2,4 persen dari total ekspor.
Ekonomi martim berpotensi mendorong perekonomian Indonesia tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan
Di sektor pariwisata, sekitar 76 persen spesies terumbu karang terdapat di Indonesia. Wisata terumbu karang menghasilkan sekitar 3,1 miliar dollar AS per tahun dan 44 persen kunjungan wisatawan berasal dari mancanegara. Orientasi kebijakan pemerintah sebaiknya uang yang dibelanjakan, bukan jumlah kunjungan wisatawan.
“Jika ekonomi maritim dikelola optimal dan berkelanjutan akan memberi kontribusi cukup besar perekonomian, terutama dari pendapatan pariwisata dan perikanan,” kata Sander.
Ekonomi maritim salah satunya dikembangkan Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pengembangan ekonomi maritim ditempuh melalui pendekatan berbasis rakyat. Mereka didorong menjaga kebersihan pantai untuk menumbuhkan geliat pariwisata. Selain itu, investor swasta tidak diizinkan membangun hotel di area pantai tertentu.
“Kami hanya izinkan homestay milik petani atau nelayan di area itu. Rakyat di sekitar garis pantai tidak boleh teralienasi dalam upaya pengembangan ekonomi maritim,” kata Anas.
Pemerintah juga mengusung berbagai festival untuk menarik wisatawan. Pada 2019, Banyuwangi akan menggelar 99 festival berbagai tema, seperti pengelolaan sampah dan toilet bersih. Tujuannya menumbuhkan rasa cinta dan peduli lingkungan. Penyelenggaraan festival dikoordinasikan warga setempat sehingga tidak membutuhkan biaya besar.
Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) Tiza Mafira menambahkan, pengembangan ekonomi maritim dihadapkan pada permasalahan sampah. Sekitar 70 persen sampah di lautan berasal dari daratan. Dibutuhkan komitmen pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaku wisata, untuk mengatasi masalah sampah.
“Tantangan utama saat ini meyakinkan masyarakat bahwa mereka dekat dengan laut,” kata Tiza.