Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memperoleh kecaman dari sejumlah bakal calon presiden Partai Demokrat. Trump dinilai membahayakan keamanan dan kepentingan nasional AS.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memperoleh kecaman dari sejumlah bakal calon presiden Partai Demokrat. Trump dinilai membahayakan keamanan dan kepentingan nasional AS.
Untuk pertama kali dalam sejarah, Trump sebagai Presiden AS yang masih menjabat bertemu dengan Kim di zona demiliterisasi antara Korea Utara dan Korea Selatan, Minggu (30/6/2019). Trump menginjak wilayah Korut selama beberapa detik sebelum kembali ke wilayah perbatasan.
Juru bicara kampanye bakal calon presiden dari Demokrat, Joe Biden, yakni Andrew Bates, mengatakan, Trump lagi-lagi terbujuk oleh Kim. Kimi dinilai sebagai sosok yang mampu membuat Trump melakukan pengecualian sehingga memperoleh keuntungan.
”Trump memanjakan diktator sehingga mempertaruhkan keamanan dan kepentingan nasional AS. Ini merupakan satu dari berbagai cara berbahaya ia menghapus AS dari dunia,” kata Bates melalui pernyataan.
Bakal calon presiden Demokrat lainnya, Elizabeth Warren, turut mengeluarkan pendapat yang menyerang Trump. Menurut Warren, Trump tidak menerapkan prinsip diplomasi AS.
”Presiden seharusnya tidak menyia-nyiakan pengaruh Amerika untuk foto dan ”bertukar surat cinta” dengan seorang diktator yang kejam. Sebaliknya, kita harus berurusan dengan Korea Utara melalui prinsip diplomasi yang mempromosikan keamanan AS, membela sekutu kita, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia,” kata Warren melalui kicauan di Twitter.
Bakal calon presiden Demokrat, Bernie Sanders, menyampaikan, AS dan Korea Utara perlu untuk melanjutkan diplomasi mengenai senjata nuklir Korut, bukan hanya sekadar berfoto. Namun, Sanders menyatakan tidak mempermasalahkan keputusan Trump untuk bertemu dengan Kim Jong Un.
Menurut Sanders, berdiskusi dengan lawan terkadang diperlukan. Trump diharapkan melakukan hal serupa dalam menangani masalah di Timur Tengah, khususnya Teluk Persia.
Elizabeth Warren turut mengeluarkan pendapat yang menyerang Trump. Menurut Warren, Trump tidak menerapkan prinsip diplomasi AS.
Pertemuan Trump dan Kim yang ketiga itu dilakukan tanpa terencana. Negosiasi di antara kedua kepala negara tersebut menemui jalan buntu pada pertemuan kedua di di Hanoi, Vietnam, Februari 2019. Trump ingin Korut segera melucuti semua fasilitas nuklir, sedangkan Kim ingin agar sanksi ekonomi dicabut terlebih dulu.
Trump dan Kim pertama kali bertemu pada Juni 2018. Dalam pertemuan perdana itu, mereka sepakat mewujudkan Semenanjung Korea yang bebas nuklir dan memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
Dalam pertemuan ketiga tersebut, Trump mengundang Kim untuk berkunjung ke Gedung Putih, Washington DC. Kim bebas untuk datang kapan pun ketika ia berkenan.
Pujian China
China justru memuji pertemuan Trump-Kim. Beijing mengimbau agar semua pihak memanfaatkan peluang yang ada dari pertemuan itu untuk membuat progres rencana denuklirisasi Semenanjung Korea.
Dalam pertemuan ketiga tersebut, Trump mengundang Kim untuk berkunjung ke Gedung Putih, Washington DC.
”Perkembangan ini harus disambut baik. Secara khusus, Korut dan AS setuju untuk segera melanjutkan diskusi yang mana ini sangat penting. China sangat mendukung,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang dalam temu media.
China merupakan satu-satunya sekutu besar Korut. Meskipun begitu, kedua negara sering kali bersitegang akibat uji coba nuklir yang dilakukan Korut. Presiden China Xi Jinping baru saja berkunjung ke Pyongyang, Korea Utara, untuk memperkuat hubungan bilateral China-Korut pada 20-21 Juni 2019.
Pengamat menilai, Xi kemungkinan menggunakan kunjungannya ke Korut untuk memengaruhi Trump. Xi dan Trump bertemu untuk membahas perang dagang AS-China dalam pertemuan G-20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019). (AFP)