Dongkrak Kunjungan, Waduk Jatiluhur Tingkatkan Daya Tarik
Jumlah kunjungan wisatawan ke Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Pihak pengelola pun berupaya meningkatkan daya tarik objek wisata tersebut.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS - Jumlah kunjungan wisatawan ke Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Pihak pengelola pun berupaya meningkatkan daya tarik objek wisata tersebut dengan menambah wahana dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pariwisata.
General Manager Unit Usaha Pariwisata dan AMDK Perum Jasa Tirta II Dindin Hendriana, Senin (1/7/2019), menjelaskan, jumlah kunjungan wisatawan lokal selama tiga tahun terakhir di Jatiluhur menurun. Pada tahun 2016, tercatat sebanyak 221.761 kunjungan wisatawan. Namun, pada tahun 2017, kunjungan berkurang menjadi 211.779 dan menurun lagi pada tahun 2018 menjadi 183.551 kunjungan.
Sejauh ini, daya tarik Waduk Jatiluhur adalah wisata kuliner dan Jatiluhur Water World. Berbagai menu ikan dijajakan deretan restoran di tepi waduk. Wisatawan bisa menyantap hidangan sambil melihat pemandangan alam Jatiluhur.
Pengunjung dapat pula menikmati suasana perairan dengan kapal motor bertarif Rp 15.000-Rp 20.000 per orang. Pengunjung juga bisa menggelar tikar di tepi waduk sambil memancing. Selain itu, ada Istora Jatiluhur yang menawarkan spot foto dengan latar menarik.
Menurut Dindin, daya tarik Jatiluhur perlu ditambah untuk mendongkrak jumlah pengunjung. Untuk itu, ia pun menyiapkan berbagai agenda acara dan penambahan wahana wisata baru agar dapat menggenjot jumlah pengunjung.
Terkait upaya mempromosikan wisata Jatiluhur, Perum Jasa Tirta II akan menggelar sejumlah kegiatan, antara lain Paddle Board Festival pada 13-14 Juli 2019, Internasional Jatiluhur Jazz Festival pada 14-15 September 2019, dan ajang lari bertajuk ”Fun and Family Run 10K” pada akhir tahun 2019.
“Melalui acara tersebut, semoga branding Jatiluhur semakin dikenal luas. Kami menargetkan ada peningkatan pengunjung sebanyak 15 persen,” ujar Dindin.
Dari aspek wahana, pada 2018, Dindin bersama tim telah mengajukan konsep pembuatan jogging track sepanjang 1,5 kilometer di tepi Jatiluhur. Di sisi kanan-kiri lokasi itu akan dilengkapi taman bunga dan kursi untuk bersantai. Proyek ini ditargetkan rampung pada pertengahan tahun 2020.
Selain itu, berdekatan dengan Jatiluhur Water World, di lahan seluas 10 hektar akan dibangun kebun binatang mini dan wahana akuarium koleksi ikan air tawar. “Terkait desain dan tata bentuknya, kami sedang berdiskusi dengan sejumlah instansi terkait dan para arsitek,” ujar Dindin.
Kurang publikasi
Keberadaan wisata air di Jatiluhur tampaknya belum dikenal luas oleh masyarakat. Merry Destiati (30), pengunjung asal Pasar Minggu, Jakarta, baru pertama kali berkunjung ke Jatiluhur. Informasi mengenai wisata alam itu baru ia ketahui melalui unggahan foto Instagram temannya.
Pemandangan di sini sungguh indah, bisa menghilangkan stres dari pekerjaan. Sayang banget, saya baru mengetahuinya akhir-akhir ini.
Ia pun menyesal karena terlambat mengetahui potensi wisata Jatiluhur tersebut. “Pemandangan di sini sungguh indah, bisa menghilangkan stres dari pekerjaan. Sayang banget, saya baru mengetahuinya akhir-akhir ini,” ujar Merry.
Ia bersama suami, Fahrul (30), menghabiskan waktu lebih kurang empat jam perjalanan dari Jakarta dengan menggunakan sepeda motor. Mereka pun berencana meluangkan waktu setiap akhir pekan untuk berlibur di Jatiluhur.
Fahrul menyayangkan, pihak pengelola Jatiluhur belum mempromosikan potensi wisata alam itu secara gencar. Padahal, banyak hal menarik dan kegiatan yang bisa menjadi daya tarik wisatawan. “Bagus banget pemandangan alam di sini. Hanya saja promosi masih kurang ya, saya baru mengetahuinya dari foto-foto saudara saya,” ungkapnya.
Berbeda dengan Noey (31) dan Riska (31), pengunjung asal Kecamatan Pasawahan, Purwakarta, yang telah rutin ke Jatiluhur untuk menikmati pemandangan matahari tenggelam (sunset). Menurut mereka, suasana Jatiluhur begitu tenang sehingga cocok untuk melepas penat.
Keduanya mengaku kerap mengunggah foto yang mereka ambil ke media sosial. Dari situ, banyak teman-teman mereka yang menjadi tertarik untuk mengujungi Jatiluhur.
Terkait promosi yang kurang, Dindin tidak menampiknya. Ia mengakui masih banyak hal yang perlu dibenahi, terutama untuk menggenjot minat kunjungan masyarakat. “Kami akan membuat divisi khusus yang menangani promosi ini. Untuk menjadi destinasi wisata tingkat nasional dan internasional, perlu branding yang kuat dan usaha keras,” kata Dindin.