G-20 Osaka Sukses Besar
Pertemuan puncak KTT G-20 di Osaka, Jepang, mencapai sukses besar. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bersepakat mengurangi tensi perdagangan.
Kesepakatan kedua pemimpin dunia itu melegakan. Sebab, jika benar-benar direalisasikan, akan menghapus salah satu akar resesi ekonomi global. Kedua pemimpin tersebut melakukan pertemuan bilateral pada Sabtu (29/6/2019).
Seusai pertemuan itu, Trump mengatakan, perusahaan AS sudah bisa menjual komponen ke Huawei. Trump juga mengatakan tidak akan menambah tarif atas impor China. Trump bahkan berencana menarik tekanan ekonomi terhadap China. Realisasi atas semua ini akan dilakukan pada pertemuan delegasi kedua negara yang terhenti sejak 10 Mei 2019.
Tidak terdengar kalimat langsung dari Xi soal pertemuan itu. Hanya saja sebelum pertemuan itu Xi menekankan pentingnya kerja sama bilateral yang dalam 40 tahun terakhir menguntungkan kedua negara.
Pernyataan Trump sekaligus menjawab permintaan China. Jumat lalu, juru bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng, menegaskan, jika perundingan dagang bilateral bisa dimulai lagi, segala tindakan yang merugikan China harus dihentikan.
Sebelumnya, AS telah mengenakan tarif 25 persen terhadap 250 miliar dollar AS produk impor asal China. Trump mengancam akan mengenakan lagi tarif 10 persen terhadap 300 miliar dollar AS produk impor asal China dan melarang perusahaan AS menjalin relasi bisnis dengan Huawei, raksasa teknologi informasi China.
China membalas dengan menghentikan impor pertanian asal AS dan mengenakan tarif atas 100 miliar dollar AS produk impor dari AS. China mengancam akan menekan perusahaan asing, terutama AS, yang dianggap mendistorsi pasar China.
The Wall Street Journal edisi 27 Juni menyajikan tuntutan China bahwa pencabutan sanksi oleh AS terhadap Huawei adalah syarat utama untuk mengawali lagi perundingan dagang. Jika tuntutan ini dipenuhi, China akan mengimpor produk pertanian AS lebih banyak dari yang diminta AS.
Menenggelamkan isu lain
Isu perang dagang itu mendominasi pertemuan KTT G-20 yang berlangsung Jumat dan Sabtu. Komunike G-20 pun terasa hambar. Meski demikian, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berperan di balik sukses pertemuan Xi dan Trump. Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan ucapan selamat kepada PM Abe.
Pertemuan G-20 kali ini tidak mempertontonkan kegelisahan Trump. Pada pertemuan G-20 di Buenos Aires, Argentina, tahun lalu, Trump ingin buru-buru keluar dari pertemuan. Pada pertemuan G-7 di Kanada, tahun lalu, Trump langsung menuju Singapura untuk bertemu Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tanpa menghadiri jumpa pers G-7.
Walau mendominasi pertemuan G-20, sukses pertemuan Xi dan Trump amat penting bagi dunia. AS dan China adalah dua perekonomian terbesar dunia. Investor global dari banyak negara berproduksi di dua negara ini. Ekspor-impor di antara dua negara ini, sekitar 700 miliar dollar AS, tidak lagi mutlak sebagai ekspor-impor dua negara tersebut. Perusahaan Taiwan, misalnya, memiliki banyak investasi di China dengan tujuan ekspor ke AS.
Oleh karena itu, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Sekjen Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) Angel Gurria menegaskan, solusi atas kemelut dagang AS-China harus diselesaikan. Seiring dengan itu Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto Azevedo mengingatkan bahaya perang dagang. Berdasarkan data, anggota G-20 makin gencar menaikkan tarif impor. Fenomena ini menakutkan karena dunia pernah memasuki resesi pada 1929 yang berakar dari aksi perang dagang.
Pencapaian AS-China di KTT G-20 melegakan banyak negara. Alasannya, pertikaian dagang AS-China merembet ke aksi saling mengajak kawan untuk memboikot. AS, misalnya, mengajak banyak negara memboikot Huawei. Perdamaian dagang AS-China mencegah perang ekonomi lanjutan.
Pada pertemuan G-20 kali ini juga muncul sukses lain. Kawasan Amerika Latin (Mercosur) beranjak pada rencana pembentukan blok perdagangan dengan Uni Eropa. Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker menyebutkan, kesepakatan ini sebagai dukungan pada perdagangan berbasis aturan multilateral. Mercosur beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, Uruguay, dan Venezuela, serta segera diikuti Bolivia.
Sukses itu juga terletak pada proses yang terjadi. Menjelang pertemuan puncak G-20 kali ini, Presiden Xi dan PM Abe bertemu. Mereka sepakat membuang stigma warisan sejarah masa lalu dan mengutamakan kolaborasi. Ini sangat kondusif bagi Asia secara keseluruhan. Perdagangan antar-Asia sudah lebih dari setengah dibandingkan total perdagangan Asia ke seluruh dunia.
Pamor Asia terus melejit secara perekonomian dan relatif rendah kemelut politik kawasan. Ini membuat dunia berpaling ke Asia, kawasan ekonomi paling prospektif. Geethanjali Nataraj, ekonom dari The Brookings Institution India, menyatakan, G-20 menjadi ajang dialog berguna. Asia membuat G-20 lebih menarik karena pertumbuhan ekonominya dan menjauhi proteksionisme. Korporasi global memang mengincar investasi di Asia, dengan penduduk muda dan prospektif sebagai kosumen di masa depan.
(AFP/AP/REUTERS)