Titik Tertinggi Terlewati, Inflasi Tahun Ini Bakal Terkendali
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Setelah melewati masa Ramadhan-Lebaran, laju kenaikan indeks harga konsumsi atau inflasi sepanjang semester-I 2019 tercatat 2,05 persen. Dengan pencapaian ini, inflasi nasional sepanjang 2019 diprediksi terkendali dan dapat sesuai target asalkan ada strategi yang mampu menjaga pergerakan harga pangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, inflasi nasional pada Juni 2019 sebesar 0,55 persen secara bulanan dan 3,28 persen secara tahunan. "Berdasarkan tren tahunan, inflasi tertinggi ada di masa Ramadhan-Lebaran. Jika pemerintah dapat mengendalikan harga selama semester-II 2019, terutama pada akhir tahun tahun, target inflasi dapat tercapai," tutur Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, bahan makanan memiliki andil tertinggi pada inflasi bulanan pada Juni 2019, yakni sebesar 0,38 persen. Subkelompok sayur-sayuran mengalami inflasi terbesar, yakni senilai 5,93 persen. Contoh komoditas yang menyumbang inflasi bahan makanan ialah, cabai merah, bayam, dan tomat sayur.
Sepanjang semester-I 2019, inflasi bahan makanan mencapai 4,97 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan semester-I 2018 yang sebesar 3,47 persen.
BPS mendata, sejumlah subkelompok bahan makanan mengalami inflasi di atas 1 persen lebih dari tiga kali secara bulanan sepanjang Januari-Juni 2019. Misalnya, ikan segar, ikan yang diawetkan, buah-buahan, bumbu-bumbuan, dan sayur-sayuran.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, pemerintah ke depan akan fokus pada pengendalian harga pangan sebagai bagian dari komponen harga bergejolak. Akan tetapi, setiap komoditas pangan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan bersifat musiman sehingga strategi pengendaliannya pun beragam.
Secara umum, Darmin memprediksi, dengan inflasi sebesar 2,05 persen sepanjang semester-I 2019, pada akhir 2019 angkanya dapat mencapai 4 persen jika tidak ada usaha pengendalian. "Laju inflasi itu bisa diturunkan. Untuk semester-II 2019, pengendaliannya mesti dimulai dari saat ini," katanya.
Menurut Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro, pengendalian harga pangan membutuhkan transparansi data produksi dan konsumsi di tingkat daerah. Data ini mesti dikoordinasikan antardaerah dan nasional sehingga kebijakan pangan yang diambil tepat sasaran.
Oleh sebab itu, Satria berpendapat, koordinasi antara tim pengendali inflasi daerah (TPID) dan tim pengenali inflasi pusat harus diperkuat. "Karakteristik inflasi Indonesia masih berbasis ketersediaan pasokan pangan terhadap kebutuhan konsumsi," katanya.
Penerbangan deflasi
Sementara itu, kelompok pengeluaran trasportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks harga konsumen (IHK) atau deflasi sebesar 0,14 persen. Andil deflasinya mencapai 0,03 persen.
Dalam kelompok itu, penyumbang deflasi terbesar berasal dari komoditas tarif angkutan udara, yakni senilai 0,03 persen. Padahal, sejak Januari 2019, tarif angkutan udara menjadi penyumbang inflasi terbesar pada kelompok pengeluaran trasportasi, komunikasi, dan jasa keuangan secara bulanan.
Menurut Suhariyanto, penurunan harga tiket pada Juni 2019 dibandingkan bulan sebelumnya merupakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam menurunkan tarif batas atas tiket pesawat. "Sebanyak 32 kota dari survey kami mengalami penurunan harga tiket pesawat. Misalnya di Makassar, penurunannya 12 persen dibandingkan bulan sebelumnya," katanya. (JUD)